TUGAS
MATA KULIAH
ANALISIS
LOKASI & POLA RUANG
TUGAS
1 : “RESUME
TEORI LOKASI VON THUNEN”
TUGAS
2 : “ANALISIS
STUDI KASUS SUB CENTER COMPACTION”
![]() |
Oleh :
Fadhilatus
Shoimah (135060601111023)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2014
Resume Teori
Lokasi Von Thunen
Teori lokasi von
thunen ditulis oleh seorang ekonom
jerman bernama Johan Heinrich von thunen pada tahun 1826 dalam karya tulisnya
yang berjudul der isoliertee staat (teori isolated state atau negara yang
terisolasi). Dalam karya tulisnya tersebut von thunen menganalisis areal
produksi pertanian, ia mengupas perbedaan teori lokasi dari berbagai kegiatan
pertanian atas dasar pertimbangan ekonomi yaitu perbedaan sewa tanah.
Model von Thunen
mengasumsikan bahwa wilayah tempatnya melakukan analisis bersifat terisolir
sehingga tidak mendapat pengaruh pasar dari kota lain; tipe pemukiman penduduk
yang sangat padat di pusat wilayah atau pusat pasar dan semakin berkurang
kepadatannya ketika menjauh dari pusat wilayah atau pusat pasar; seluruh
wilayah tempat von thunen melakukan analisis memiliki iklim, tanah dan
topografi yang seragam; sarana
pengangkutan masih primitif dan relatif seragam hal ini dapat dilihat dari
ongkos pengangkutan yang ditentukan oleh berat barang yang dibawa, karena pada
zaman itu belum semaju seperti sekarang ini; dan semua faktor alamiah yang
mempengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan konstan, kecuali perbedaan
jarak ke pasar.
Pola penggunaan lahan
dari von thunen adalah di sekitar kota ditanami produk-produk yang berhubungan
kuat dengan nilai (value), dan karenanya biaya transportasi yang mahal
menyebabkan distrik di sekitarnya yang lokasinya lebih jauh tidak dapat
menyuplainya; ditemukan produk-produk yang mudah rusak sehingga harus digunakan
secara cepat; dan lahan yang letaknya jauh dari kota memproduksi barang secara
progresif, dan karenanya biaya transportasi lebih murah dibandingkan dengan
nilainya. Pola penggunaan lahan yang sedemikian rupa menyebabkan terbentuknya
lingkaran-lingkaran konsentrik di sekeliling kota yang di setiap lingkarannya
terdapat produk pertanian utama tertentu dengan sistem pertanian tertentu yang
berbeda-beda di setiap lingkarannya. Pola penggunaan lahan dari von thunen
menggambarkan suatu kecenderungan pola ruang dengan bentuk wilayah yang
melingkar sekeliling kota.
Keterangan:
P
= Pasar
Cincin
1 = Pusat industri/kerajinan
Cincin
2 = Pertanian intensif (produksi susu dan sayur-sayuran)
Cincin
3 = Wilayah hutan (untuk menghasilkan kayu bakar)
Cincin
4 = Pertanian ekstensif (dengan rotasi 6 atau 7 tahun)
Cincin 5 = Wilayah peternakan
Cincin
6 = Daerah pembuangan sampah
Teori von thunen yang
lahir pada abad ke-19 dengan kondisi yang disesuaikan pada zamannya masih
diterapkan di abad ke-20 seperti yang terjadi di Kepulauan Fiji dengan kota
Suva sebagai pusat pemasaran dan kota pelabuhan.
Dasar konsep von thunen
menjelaskan bahwa penggunaan lahan sangat ditentukaan oleh biaya angkut produk
yang diusahakan yang pada akhirnya menentukan sewa tanah (land rent).
Pada dewasa ini, yang
terjadi adalah pusat kota didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Daerah
yang agak keluar kota didominasi oleh kegiatan industri rumah (home industry)
dan permukiman kumuh. Daerah yang lebih keluar lagi diambil alih oleh perumahan
elit karena faktor kenyamanan lebih diutamakan. Daerah di luar kota difungsikan
sebagai industri besar oleh pemerintah kota agar tidak menambah beban polusi di
dalam kota.
Perkembangan dari teori
von thunen adalah harga tanah yang tinggi di pusat kota dan makin menurun jika
makin menjauh dari pusat kota, harga tanah yang tinggi di jalan-jalan utama dan
makin menurun jika makin menjauh dari jalan-jalan utama. Semakin tinggi kelas
jalan-jalan utama tersebut maka makin mahal sewa tanah di sekitar jalan-jalan
utama tersebut
Jadi, dapat disimpulkan
bentuk gambar perkembangan teori van thunen adalah seperti kerucut (segitiga)
jaring laba-laba, di mana puncak kerucut itu adalah pusat kota. Dengan catatan
bahwa terdapat lokasi yang menyimpang dari ketentuan di atas karena terdapat
faktor khusus selain faktor keamanan, kenyamanan, dan telah adanya konsentrasi
tertentu di lokasi tersebut. Khususnya, untuk lahan pertanian perlu diingat mengenai
teori Ricardo yang mengatakan bahwa sewa tanah (land rent) terkait dengan kesuburan
tanah tersebut. Namun teori Ricardo ini tetap terikat pada jarak lahan
pertanian itu terhadap pusat kota sebagai wilayah pemasarannya.
Kesimpulan perkembangan
teori von Thunen :
1. keuntungan yang cenderung semakin
menurun akibat makin makin jauhnya lokasi produksi dengan pasar, namun terhadap
perbedaan laju penurunan (gradien) antar komoditas.
2. jumlah pilihan-pilihan menguntungkan
yang cenderung semakin menurun akibat makin jauhnya jarak ke pasar
Daftar Pustaka :
Rustiadi, Ernan., Sunsun Saefulhakim dan
Dyah R Panuju. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta : Crestpent
Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara
ANALISIS STUDI KASUS SUB CENTER
COMPACTION
“ TOYAMA, JEPANG “
Kota Toyama adalah
ibukota dari sebuah prefektur di sepanjang pantai utara Jepang di Region Chubu.
Kota kecil nan cantik dan menyenangkan ini memiliki luas mencapai 1.242 km² dengan
jumlah penduduk sebanyak 417.322 jiwa (sensus Maret, 2010). Angka
kepadatan penduduknya mencapai 336 jiwa/km². Angka yang tidak terlalu tinggi
jika dibandingkan dengan pusat kota Tokyo. Kota Toyama adalah salah satu sub
centers yang ada di region chubu. Kota Toyama menjadi salah satu sub centers
yang cantik, menyenangkan dan menarik bagi penduduk Jepang. Kota Toyama
berjarak sekitar 180km dari pusat kota Tokyo.
Sebuah kota tidak akan
pernah lengkap tanpa taman kota yang bersih nan menarik. Sebuah taman kota yang
asri, bersih dan menyenangkan untuk sekedar membuang lelah, menikmati akhir
minggu dengan orang tersayang. Kota Toyoma juga sangat mengutamakan aspek
lingkungan dilihat dari usahanya dalam pengurangan emisi gas CO2 dengan
merintis masyarakat rendah karbon, meningkatkan dan mempromosikan penggunaan
layanan transportasi umum, mempromosikan konsentrasi fungsi perkotaan di pusat
perkotaan dan daerah sepanjang rute transportasi umum, mempromosikan gaya hidup
ramah lingkungan dalam hubungannya dengan pengembangan kota kompak, mendorong
praktik bisnis ramah lingkungan dalam hubungannya dengan pengembangan kota
kompak.

Gambar 1 Taman Kota di Toyama
Sumber : Rijal,
2014
Tokyo, Osaka, dan
Nagoya adalah tiga kota besar di negari sakura yang mempunyai akses mudah ke
Kota Toyama. Ketiga kota yang berada di sisi utara kepulauan Jepang ini bisa di
akses dengan menaiki Kereta express dan Shinkansen. Dari Kota Tokyo, Kota
Toyama dapat diakses dengan menggunakan JR Joetsu Shinkasen sampai ke Kota Nagano,
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Hokuetsu Limited Express. Dari Kota Osaka,
Kota Toyama dapat diakses dengan menggunakan kereta dengan tujuan langsung Kota
Toyama yang bernama JR Thunderbird Limited Express. Sedangkan dari Kota Nagoya,
Kota Toyama dapat diakses dengan menggunakan kereta JR Shirasagi Limited
Express. Dari ketiga kota tersebut, Toyama dapat dicapai dalam waktu 3-4 Jam
saja.
Transportasi utama di
Kota Toyama adalah Tram. Centram
merupakan pengembangan dari Tram sendiri yang lebih modern.
Gambar 2 Centram
Sumber
: Rijal, 2014
Pemerintah kota Toyama
dewasa ini sedang mempromosikan program LRT (Light Rail Transit) di wilayahnya sebagai
upaya menangani transportasi massal yang menyenangkan, canggih serta nyaman.
Sistem LRT ini menggunakan sistem tiket kartu pintar. Terdapat area parkir
untuk penumpang yang akan menaiki LRT ini. LRT lebih dari sekedar alat
transportasi, yang merupakan simbol baru bagi Toyama yang berpotensi untuk
membuat kota lebih menarik. LRT memiliki banyak manfaat seperti, memberikan
kontribusi untuk lanskap perkotaan yang menarik, desain yang terkoordinasi dengan
baik dan melengkapi "tampilan" dari pusat kota Toyama, menyediakan
daya tarik baru bagi kota sesuai dengan lanskap perkotaan, mengurangi CO2 dengan mendorong orang untuk
berpikir dua kali tentang perjalanan mobil pendek dan mendorong orang untuk
mempertimbangkan menggunakan kombinasi transportasi umum dan sepeda di tempat perjalanan
panjang dengan mobil, revitalisasi pusat kota dengan lebih banyak lalu lintas
pejalan kaki dan sedikit sepeda diparkir di trotoar dan mendorong orang untuk
hidup lebih dekat ke pusat kota. Dibandingkan dengan bus, LRT tepat waktu dan
membawa lebih banyak penumpang, dampak lingkungan rendah, LRT beroperasi tidak
hanya di jalan, tetapi juga di bawah tanah, di jalan layang, dan kereta api
antarkota.

Gambar 3 Parking area for park and ride passengers
Sumber
: Masashi Mori ,2011

Gambar 4 Mobil Portram (Light Rail Transit System)
Sumber : Masashi Mori ,2011
Kota Toyama memiliki
trotoar yang luas dan nyaman untuk dipakai oleh pejalan kaki dan pengguna sepeda. Selain
trotoar, para pecinta sepeda juga dapat menggunakan fasilitas penyewaan sepeda
yang terdapat di berbagai titik di kota sebanyak 15 stasiun sepeda.

Gambar 5 stasiun penyewaan sepeda
Sumber
: Masashi Mori ,2011

Gambar 6 Trotoar bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda
Sumber
: Rijal, 2014
Berdasarkan penjelasan
diatas, dapat disimpulkan bahwa Kota Toyama memiliki beberapa kelemahan dan
juga kelebihan diantaranya
Kelebihan
|
Kelemahan
|
Desain kota lebih mengutamakan para pejalan kaki
dan pengguna sepeda untuk penggunaan perjalanan jarak dekat, dilihat dari
adanya trotoar yang luas dan nyaman untuk para pejalan kaki dan pengguna
sepeda dengan tetap memperhatikan ruang hijau yang asri.
|
Trotoar bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda
masih terdapat kelemahan yaitu belum adanya pelindung dari sinar matahari
maupun hujan sehingga dianggap kurang nyaman.
|
Akses yang mudah untuk pergi ke berbagai wilayah
di Jepang seperti Tokyo, Osaka & Nagoya.
|
Belum ada fasilitas bagi penderita tuna netra.
|
Desain kota lebih mengutamakan aspek lingkungan,
dilihat dari adanya berbagai usaha untuk mengurangi emisi gas CO2.
|
|
Terdapat fasilitas bagi pecinta sepeda yaitu
stasiun penyewaan sepeda sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi.
|
|
Desain transportasi massal menggunakan LRT dengan
berbagai keunggulannya.
|
|
Daftar Pustaka :
Kanayama, H. 2011. Toyama’s Compact City
Transport Policy. (http://www.iges.or.jp/en/archive/kuc/pdf/activity20110314/15_WS-S2A-4-Kanayama_Toyama_E.pdf)
Mori, M. 2011. Eco-model City Toyama
–Building a LRT Network-. (http://ecomodelproject.go.jp/upload/110211kokusaikaigi/23toyama_en.pdf)
Mohamadi, R. F. 2014. Jatuh Cinta
Pandangan Pertama pada Kota Toyama. (http://catperku.info/jatuh-cinta-pandangan-pertama-pada-kota-toyama/)
trimakasih atas berbagi tugasnya .....
BalasHapustrimakasih atas berbagi tugasnya .....
BalasHapus