Jumat, 02 Mei 2014

ESSAY KRITIKAN TERHADAP PEMIMPIN BANGSA

ESSAY KRITIKAN TERHADAP PEMIMPIN BANGSA

Suatu negara berdaulat pasti terdapat suatu pemerintahan yang absolut. Dalam sebuah sistem pemerintahan pasti terdapat kepemimpinan. Kepimimpinan tersebut tidak hanya meliputi meliputi pemimpin tetapi juga seluruh jajaran yang ada di dalamnya baik pusat, daerah, maupun lingkup instansi atau organisasi. Pemimpin dari tingkat terbawah yaitu ketua RT sampai pemimpin tingkat teratas yaitu presiden. Pemimpin tersebut mempunyai hak untuk mengatur segala isi yang ada dalam negaranya tersebut. Pemimpin suatu negara atau negeri adalah ibarat jantung bagi kehidupan manusia. Keberadaannya tidak dapat disangkal dengan alasan apapun.  Nah, pada era orde baru lah hak yang dimiliki para pejabat eksekutif negara banyak diselewengkan. Para pemimpin negara saat ini telah kehilangan kepercayaan dari rakyat yang memilih mereka duduk di kursi kehormatan. Penduduk yang sekian banyaknya yang terdiri dari beraneka ragam budaya, agama, suku, dan ras kini tak ubahnya seperti tikus di kandang harimau. Uang rakyat yang harusnya digunakan untuk pembangunan malah menjadi cemilan empuk bagi para pejabat.
Bumi pertiwi membutuhkan sosok – sosok yang berdaya pikir tajam serta kritis terhadap pemerintah, melawan keserakahan para pejabat yang hanya memperkaya diri sendiri. Jawabannya adalah pemuda, sosok yang mempunyai gejolak dan semangat berkobar demi perubahan ke arah yang lebih baik. Pemuda merupakan tonggak bangsa paling ampuh. Pemuda yang peka terhadap keadaan sosial di sekitarnya adalah aset berharga bagi negara berkembang seperti indonesia.
Mahasiswa, adalah bagian dari masyarakat yang sangat diharapkan keberadaannya. Mengapa? Karena secara tidak langsung maupun langsung keberadaan mahasiswa dapat mempengaruhi keadaan politik suatu bangsa. Mahasiswa turut mengawasi keputusan – keputusan pemerintah. Mahasiswa berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat. Mahasiswa adalah intelektual muda, karena dalam sejarahnya mahasiswa mampu untuk membawa perubahan pada indonesia dari era orde baru menuju era reformasi. Dengan mengemban peran tersebut, diharapkan mahasiswa dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Mahasiswa adalah pemuda – pemudi bangsa dengan berbagai macam keunggulan. Mereka pula yang menjaga kestabilan negara, membawa inovasi dan perubahan, serta benih pemimpin unggu.
Mahasiswa mempunyai andil besar dalam perkembangan bangsa, kewajiban mahasiswa dalam masyarakat ada tiga : yaitu sebagai agent of change, social control dan iron stock. Ketiga peran pokok mahasiswa tersebut saling menyambung satu sama lain.
Yang pertama, mahasiswa sebagai agent of change . mahasiswa dituntut untuk menjadi agen perubahan. Artinya, jika terjadi sesuatu yang salah di lingkungannya mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan yang diinginkan tentunya ke arah yang lebih baik.
Yang kedua, mahasiswa sebagai iron stock atau penerus bangsa. Mahasiswa diharapkan menjadi manusia – manusia yang tangguh dan memiliki kemampuan serta akhlak mulia yang nantinya akan digunaka sebagai bekal menggantikan orang – orang yang memimpin di pemerintahan nantinya, artinya mahasiswa akan menjadi generasi penerus untuk memimpin bangsa ini. Pergantian pimpinan oleh mahasiswa itu harus disertai dengan jiwa dan semangat yang keras sehingga para calon – calon pemimpin ini dapat mengontrol kehidupan masyarakat. Pemuda – pemudi yang berkualitas adalah calon pemimpin terbaik yang dimiliki bangsa.
Yang ketiga, mahasiswa sebagai social control. Disaat terjadi ketimpangan sosial di masyarakat, pada saat itlah mahasiswa sebagai social control melaksanakan fungsinya. Seperti yang terjadi di masa lalu, yaitu ketika masa pemerintahan yang otoriter yaitu ketika orde baru, banyak tuntutan mahasiswa yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan dengan melakukan aksi demo. Tak hanya berhenti di disitu, contoh lain adalah tuntutan para mahasiswa kepada para pejabat negara indonesia untuk memberantas tindak KKN. Dan kini, di era yang lebih maju, mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan raya, namun diperlukan usaha yang lebih baik yaitu dapat dilakukan dengan jalan diskusi, masalah dikaji lebih mendalam, dan lain sebagainya.
Zaman yang semakin maju, tidak diikuti dengan kemajuan moralitas para pemimpin bangsa. Pemimpin yang bermoral adalah pemimpin yang berakhlak mulia, tidak memakan uang – uang rakyat, tidak otoriter, tidak sewenang – wenang seenak jidatnya sendiri, lebih memikirkan nasib orang – orang yang dipimpinnya daripada dirinya sendiri serta golongannya.
Kita semua setuju, bahwa betapa pentingnya moral dalam memimpin. Sebagai seorang pejabat publik, haruslah orang yang betul-betul bisa menjadi panutan dan suri tauladan yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu cerminan apa yang akan dia lakukan untuk masyarakat nanti. Pejabat publik harus bersih, bukan hanya dari korupsi tapi juga mempunyai budi pekerti dan akhlak yang luhur. Moralitas itu diturunkan dalam perilaku yang etis, nasionalis, dan bervisi kerakyatan. Memang sulit mencari sosok yang memenuhi semua syarat itu secara sempurna. Tapi, kita harus cari tokoh yang setidaknya mendekati karakter itu. Seperti kata pepatah : tak ada tali rotan pun jadi. Kalaupun tidak ada yang sempurna, mungkin masih ada yang terbaik  dari yang baik, atau yang terbaik dari yang buruk,
Negeri ini didirikan atas lima dasar, ketuhanan, kemanusiaan yang beradil dan beradab (etika, sopan santun, dan ber-ahlak). Saat ini banyak tokoh mulai dari artis, agamawan, dokter, pelawak, pengusaha, politisi, birokrat, serta beragam profesi mengajukan diri menjadi bupati, walikota, caleg dan lain sebagainya. Mereka berlomba-lomba memperebutkan kursi panas. Memang ini adalah hak setiap setiap warga negara Indonsia dimana saja, dan sah-sah saha jika mengajukan diri menjadi calon walikota, bahkan presiden sekalipun. Namun, jika kita lihat dasar negara Indonesia yaitu Pancasila, yang salah satunya ialah” kemanusiaan yang adil dan beradab”. Tentunya, seorang pemimpin, baik itu walikota, bupati, gubernur, atau wakilnya harus memiliki moral yang tinggi. Sebab, jika tidak bermoral, seperti suka minum-minuman (mabuk), penjudi, selingkuh (berzina), tidaklah pantas. Ini bertentangan dengan sila ke-3. Pemimpin, mesti jujur, adil, bermoral, dan menegakkan hukum. Jika latar belakang seorang calon bupati atau walikota sudah tidak bermoral lagi, tentu yang bersangkutan tidak pantas lagi untuk dipilih menjadi pemimpin.
Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin masa depan yang berkarakter kuat. Sosoknya mesti bermoral. Pemimpin masa depan Indonesia haruslah memiliki moral Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah dan konstitusi bangsa ini. Pemimpin itu, harus menghayati tujuan didirikannya negara ini. Sebagaimana termaktub dalam UUD 1945, negara ini bertujuan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pada kata ‘melindungi segenap bangsa’ maka di situ pemimpin berperan. Bukannya memerosotkan dan menjatuhkan bangsa.
Seorang pemimpin hendaknya menjadi panutan bagi orang – orang yang ia pimpin. Pemimpin muslim, harusnya menjadikan baginda rasul muhammad SAW sebagai suri tauladan, apalagi indonesia terkenal dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Banyak sekali hal – hal yang bisa dicontoh oleh para pemimpin dari rasulullah, sehingga mungkin kita bisa membahasnya di lain topik.
Seorang pemimpin lebih baik jika hidup sederhana. Lebih mementingkan keadaan rakyatnya apakah mereka hidup dengan nyaman atau tidak. Apakah mereka dapat makan atau tidak. Apakah mereka mempunyai tempat untuk berlindung atau tidak. Seorang pemimpin yang taat beragama, sholat tepat waktu sesibuk apapun mereka.
Bangsa ini khususnya kami sebagai mahasiswa amat merindukan sosok pemimpin yang adil dalam memimpin bangsa ini. Kami mengharapkan pemimpin yang mempunyai karakteristik seperti kejujuran, berorientasi ke depan, kompeten, dan membangkitkan semangat pengikut. seorang pemimpin harus mempunyai sifat kejujuran yaitu yang berhubungan dengan keyakinan pemimpin dapat dipercaya, bisa dipegang kata-katanya atau janji-janjinya, dan pemimpin tidak suka memainkan peranan palsu. Integritas seorang pemimpin dibangun oleh kejujuran. Seorang pemimpin selain harus berpandangan ke depan juga harus memahami ke arah mana sasaran  organisasi yang telah ditentukan dan ingin dicapai. Kemampuan memandang ke depan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar