ESSAY KRITIKAN TERHADAP PEMIMPIN BANGSA
Suatu negara berdaulat pasti terdapat
suatu pemerintahan yang absolut.
Dalam sebuah sistem pemerintahan pasti terdapat kepemimpinan. Kepimimpinan
tersebut tidak hanya meliputi meliputi pemimpin tetapi juga seluruh jajaran
yang ada di dalamnya baik pusat, daerah, maupun lingkup instansi atau
organisasi. Pemimpin dari tingkat terbawah yaitu ketua RT sampai pemimpin
tingkat teratas yaitu presiden. Pemimpin tersebut mempunyai hak untuk mengatur
segala isi yang ada dalam negaranya tersebut. Pemimpin suatu negara atau negeri adalah
ibarat jantung bagi kehidupan manusia. Keberadaannya tidak dapat disangkal
dengan alasan apapun. Nah,
pada era orde baru lah hak yang dimiliki para pejabat eksekutif negara banyak
diselewengkan. Para pemimpin negara saat ini telah kehilangan kepercayaan dari
rakyat yang memilih mereka duduk di kursi kehormatan. Penduduk yang sekian
banyaknya yang terdiri dari beraneka ragam budaya, agama, suku, dan ras kini
tak ubahnya seperti tikus di kandang harimau. Uang rakyat yang harusnya
digunakan untuk pembangunan malah menjadi cemilan empuk bagi para pejabat.
Bumi pertiwi membutuhkan sosok – sosok
yang berdaya pikir tajam serta kritis terhadap pemerintah, melawan keserakahan
para pejabat yang hanya memperkaya diri sendiri. Jawabannya adalah pemuda,
sosok yang mempunyai gejolak dan semangat berkobar demi perubahan ke arah yang
lebih baik. Pemuda merupakan tonggak bangsa paling ampuh. Pemuda yang peka
terhadap keadaan sosial di sekitarnya adalah aset berharga bagi negara
berkembang seperti indonesia.
Mahasiswa, adalah bagian dari
masyarakat yang sangat diharapkan keberadaannya. Mengapa? Karena secara tidak
langsung maupun langsung keberadaan mahasiswa dapat mempengaruhi keadaan politik
suatu bangsa. Mahasiswa turut mengawasi keputusan – keputusan pemerintah.
Mahasiswa berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat. Mahasiswa adalah
intelektual muda, karena dalam sejarahnya mahasiswa mampu untuk membawa
perubahan pada indonesia dari era orde baru menuju era reformasi. Dengan
mengemban peran tersebut, diharapkan mahasiswa dapat membawa perubahan ke arah
yang lebih baik.
Mahasiswa adalah pemuda – pemudi
bangsa dengan berbagai macam keunggulan. Mereka pula yang menjaga kestabilan
negara, membawa inovasi dan perubahan, serta benih pemimpin unggu.
Mahasiswa mempunyai andil besar dalam
perkembangan bangsa, kewajiban mahasiswa dalam masyarakat ada tiga : yaitu
sebagai agent of change, social control dan iron stock. Ketiga peran pokok
mahasiswa tersebut saling menyambung satu sama lain.
Yang pertama, mahasiswa sebagai agent
of change . mahasiswa dituntut untuk menjadi agen perubahan. Artinya, jika
terjadi sesuatu yang salah di lingkungannya mahasiswa dituntut untuk merubahnya
sesuai dengan harapan yang diinginkan tentunya ke arah yang lebih baik.
Yang kedua, mahasiswa sebagai iron
stock atau penerus bangsa. Mahasiswa diharapkan menjadi manusia – manusia yang
tangguh dan memiliki kemampuan serta akhlak mulia yang nantinya akan digunaka
sebagai bekal menggantikan orang – orang yang memimpin di pemerintahan
nantinya, artinya mahasiswa akan menjadi generasi penerus untuk memimpin bangsa
ini. Pergantian pimpinan oleh mahasiswa itu harus disertai dengan jiwa dan
semangat yang keras sehingga para calon – calon pemimpin ini dapat mengontrol
kehidupan masyarakat. Pemuda – pemudi yang berkualitas adalah calon pemimpin
terbaik yang dimiliki bangsa.
Yang ketiga, mahasiswa sebagai social
control. Disaat terjadi ketimpangan sosial di masyarakat, pada saat itlah mahasiswa
sebagai social control melaksanakan fungsinya. Seperti yang terjadi di masa
lalu, yaitu ketika masa pemerintahan yang otoriter yaitu ketika orde baru,
banyak tuntutan mahasiswa yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan
dengan melakukan aksi demo. Tak hanya berhenti di disitu, contoh lain adalah
tuntutan para mahasiswa kepada para pejabat negara indonesia untuk memberantas
tindak KKN. Dan kini, di era yang lebih maju, mahasiswa bukan hanya sekedar
turun ke jalan raya, namun diperlukan usaha yang lebih baik yaitu dapat
dilakukan dengan jalan diskusi, masalah dikaji lebih mendalam, dan lain
sebagainya.
Zaman yang semakin maju, tidak diikuti
dengan kemajuan moralitas para pemimpin bangsa. Pemimpin yang bermoral adalah
pemimpin yang berakhlak mulia, tidak memakan uang – uang rakyat, tidak
otoriter, tidak sewenang – wenang seenak jidatnya sendiri, lebih memikirkan
nasib orang – orang yang dipimpinnya daripada dirinya sendiri serta
golongannya.
Kita semua setuju, bahwa betapa pentingnya
moral dalam memimpin. Sebagai seorang pejabat publik, haruslah orang yang betul-betul bisa
menjadi panutan dan suri tauladan yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu
cerminan apa yang akan dia lakukan untuk masyarakat nanti. Pejabat publik harus
bersih, bukan hanya dari korupsi tapi juga mempunyai budi pekerti dan akhlak
yang luhur. Moralitas itu diturunkan dalam perilaku yang etis, nasionalis, dan
bervisi kerakyatan. Memang sulit mencari sosok yang memenuhi semua syarat itu
secara sempurna. Tapi, kita harus cari tokoh yang setidaknya mendekati karakter
itu. Seperti kata pepatah : tak ada tali rotan pun jadi. Kalaupun tidak ada
yang sempurna, mungkin masih ada yang terbaik dari yang baik, atau yang
terbaik dari yang buruk,
Negeri ini didirikan atas lima dasar, ketuhanan,
kemanusiaan yang beradil dan beradab (etika, sopan santun, dan ber-ahlak). Saat
ini banyak tokoh mulai dari artis, agamawan, dokter, pelawak, pengusaha,
politisi, birokrat, serta beragam profesi mengajukan diri menjadi bupati,
walikota, caleg dan lain sebagainya. Mereka berlomba-lomba memperebutkan kursi
panas. Memang ini adalah hak setiap setiap warga negara Indonsia dimana saja,
dan sah-sah saha jika mengajukan diri menjadi calon walikota, bahkan presiden
sekalipun. Namun, jika kita lihat dasar negara Indonesia yaitu Pancasila, yang
salah satunya ialah” kemanusiaan yang adil dan beradab”. Tentunya, seorang
pemimpin, baik itu walikota, bupati, gubernur, atau wakilnya harus memiliki
moral yang tinggi. Sebab, jika tidak bermoral, seperti suka minum-minuman (mabuk),
penjudi, selingkuh (berzina), tidaklah pantas. Ini bertentangan dengan sila
ke-3. Pemimpin, mesti jujur, adil, bermoral, dan menegakkan hukum. Jika latar
belakang seorang calon bupati atau walikota sudah tidak bermoral lagi, tentu
yang bersangkutan tidak pantas lagi untuk dipilih menjadi pemimpin.
Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin masa depan yang
berkarakter kuat. Sosoknya mesti bermoral. Pemimpin masa depan Indonesia
haruslah memiliki moral Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah dan konstitusi
bangsa ini. Pemimpin itu, harus menghayati tujuan didirikannya negara ini.
Sebagaimana termaktub dalam UUD 1945, negara ini bertujuan untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pada kata
‘melindungi segenap bangsa’ maka di situ pemimpin berperan. Bukannya
memerosotkan dan menjatuhkan bangsa.
Seorang pemimpin hendaknya menjadi
panutan bagi orang – orang yang ia pimpin. Pemimpin muslim, harusnya menjadikan
baginda rasul muhammad SAW sebagai suri tauladan, apalagi indonesia terkenal
dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Banyak sekali hal – hal yang bisa
dicontoh oleh para pemimpin dari rasulullah, sehingga mungkin kita bisa
membahasnya di lain topik.
Seorang pemimpin lebih baik jika hidup
sederhana. Lebih mementingkan keadaan rakyatnya apakah mereka hidup dengan
nyaman atau tidak. Apakah mereka dapat makan atau tidak. Apakah mereka
mempunyai tempat untuk berlindung atau tidak. Seorang pemimpin yang taat
beragama, sholat tepat waktu sesibuk apapun mereka.
Bangsa ini
khususnya kami sebagai mahasiswa amat merindukan sosok pemimpin yang adil dalam
memimpin bangsa ini. Kami mengharapkan pemimpin yang mempunyai karakteristik seperti kejujuran,
berorientasi ke depan, kompeten, dan membangkitkan semangat pengikut. seorang pemimpin harus mempunyai sifat kejujuran yaitu yang
berhubungan dengan keyakinan pemimpin dapat dipercaya, bisa dipegang
kata-katanya atau janji-janjinya, dan pemimpin tidak suka memainkan peranan
palsu. Integritas seorang pemimpin dibangun oleh kejujuran. Seorang pemimpin
selain harus berpandangan ke depan juga harus memahami ke arah mana sasaran
organisasi yang telah ditentukan dan ingin dicapai. Kemampuan memandang
ke depan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk menetapkan atau memilih
tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar