Jumat, 02 Mei 2014

Teori Lokasi Von Thunen-Studi Kasus Subcenter Compaction

TUGAS MATA KULIAH
ANALISIS LOKASI & POLA RUANG



TUGAS 1 : “RESUME TEORI LOKASI VON THUNEN
TUGAS 2 : “ANALISIS STUDI KASUS SUB CENTER COMPACTION





Description: Description: logo-ub.png
 






  








Oleh :

Fadhilatus Shoimah (135060601111023)


JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2014
Resume Teori Lokasi Von Thunen

Teori lokasi von thunen  ditulis oleh seorang ekonom jerman bernama Johan Heinrich von thunen pada tahun 1826 dalam karya tulisnya yang berjudul der isoliertee staat (teori isolated state atau negara yang terisolasi). Dalam karya tulisnya tersebut von thunen menganalisis areal produksi pertanian, ia mengupas perbedaan teori lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar pertimbangan ekonomi yaitu perbedaan sewa tanah.           
Model von Thunen mengasumsikan bahwa wilayah tempatnya melakukan analisis bersifat terisolir sehingga tidak mendapat pengaruh pasar dari kota lain; tipe pemukiman penduduk yang sangat padat di pusat wilayah atau pusat pasar dan semakin berkurang kepadatannya ketika menjauh dari pusat wilayah atau pusat pasar; seluruh wilayah tempat von thunen melakukan analisis memiliki iklim, tanah dan topografi yang seragam;  sarana pengangkutan masih primitif dan relatif seragam hal ini dapat dilihat dari ongkos pengangkutan yang ditentukan oleh berat barang yang dibawa, karena pada zaman itu belum semaju seperti sekarang ini; dan semua faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan konstan, kecuali perbedaan jarak ke pasar.
Pola penggunaan lahan dari von thunen adalah di sekitar kota ditanami produk-produk yang berhubungan kuat dengan nilai (value), dan karenanya biaya transportasi yang mahal menyebabkan distrik di sekitarnya yang lokasinya lebih jauh tidak dapat menyuplainya; ditemukan produk-produk yang mudah rusak sehingga harus digunakan secara cepat; dan lahan yang letaknya jauh dari kota memproduksi barang secara progresif, dan karenanya biaya transportasi lebih murah dibandingkan dengan nilainya. Pola penggunaan lahan yang sedemikian rupa menyebabkan terbentuknya lingkaran-lingkaran konsentrik di sekeliling kota yang di setiap lingkarannya terdapat produk pertanian utama tertentu dengan sistem pertanian tertentu yang berbeda-beda di setiap lingkarannya. Pola penggunaan lahan dari von thunen menggambarkan suatu kecenderungan pola ruang dengan bentuk wilayah yang melingkar sekeliling kota.


Description: http://utariardian.files.wordpress.com/2012/09/no-91.png?w=560
Keterangan:
P = Pasar
Cincin 1 = Pusat industri/kerajinan
Cincin 2 = Pertanian intensif (produksi susu dan sayur-sayuran)
Cincin 3 = Wilayah hutan (untuk menghasilkan kayu bakar)
Cincin 4 = Pertanian ekstensif (dengan rotasi 6 atau 7 tahun)
Cincin 5 = Wilayah peternakan 
Cincin 6 = Daerah pembuangan sampah
Teori von thunen yang lahir pada abad ke-19 dengan kondisi yang disesuaikan pada zamannya masih diterapkan di abad ke-20 seperti yang terjadi di Kepulauan Fiji dengan kota Suva sebagai pusat pemasaran dan kota pelabuhan.
Dasar konsep von thunen menjelaskan bahwa penggunaan lahan sangat ditentukaan oleh biaya angkut produk yang diusahakan yang pada akhirnya menentukan sewa tanah (land rent).
Pada dewasa ini, yang terjadi adalah pusat kota didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Daerah yang agak keluar kota didominasi oleh kegiatan industri rumah (home industry) dan permukiman kumuh. Daerah yang lebih keluar lagi diambil alih oleh perumahan elit karena faktor kenyamanan lebih diutamakan. Daerah di luar kota difungsikan sebagai industri besar oleh pemerintah kota agar tidak menambah beban polusi di dalam kota.
Perkembangan dari teori von thunen adalah harga tanah yang tinggi di pusat kota dan makin menurun jika makin menjauh dari pusat kota, harga tanah yang tinggi di jalan-jalan utama dan makin menurun jika makin menjauh dari jalan-jalan utama. Semakin tinggi kelas jalan-jalan utama tersebut maka makin mahal sewa tanah di sekitar jalan-jalan utama tersebut
Jadi, dapat disimpulkan bentuk gambar perkembangan teori van thunen adalah seperti kerucut (segitiga) jaring laba-laba, di mana puncak kerucut itu adalah pusat kota. Dengan catatan bahwa terdapat lokasi yang menyimpang dari ketentuan di atas karena terdapat faktor khusus selain faktor keamanan, kenyamanan, dan telah adanya konsentrasi tertentu di lokasi tersebut. Khususnya, untuk lahan pertanian perlu diingat mengenai teori Ricardo yang mengatakan bahwa sewa tanah (land rent) terkait dengan kesuburan tanah tersebut. Namun teori Ricardo ini tetap terikat pada jarak lahan pertanian itu terhadap pusat kota sebagai wilayah pemasarannya.
Kesimpulan perkembangan teori von Thunen :
1. keuntungan yang cenderung semakin menurun akibat makin makin jauhnya lokasi produksi dengan pasar, namun terhadap perbedaan laju penurunan (gradien) antar komoditas.
2. jumlah pilihan-pilihan menguntungkan yang cenderung semakin menurun akibat makin jauhnya jarak ke pasar

Daftar Pustaka :
Rustiadi, Ernan., Sunsun Saefulhakim dan Dyah R Panuju. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta : Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara























ANALISIS STUDI KASUS SUB CENTER COMPACTION
“ TOYAMA, JEPANG “

Kota Toyama adalah ibukota dari sebuah prefektur di sepanjang pantai utara Jepang di Region Chubu. Kota kecil nan cantik dan menyenangkan ini memiliki luas mencapai 1.242 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 417.322 jiwa (sensus Maret, 2010). Angka kepadatan penduduknya mencapai 336 jiwa/km². Angka yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan pusat kota Tokyo. Kota Toyama adalah salah satu sub centers yang ada di region chubu. Kota Toyama menjadi salah satu sub centers yang cantik, menyenangkan dan menarik bagi penduduk Jepang. Kota Toyama berjarak sekitar 180km dari pusat kota Tokyo.
Sebuah kota tidak akan pernah lengkap tanpa taman kota yang bersih nan menarik. Sebuah taman kota yang asri, bersih dan menyenangkan untuk sekedar membuang lelah, menikmati akhir minggu dengan orang tersayang. Kota Toyoma juga sangat mengutamakan aspek lingkungan dilihat dari usahanya dalam pengurangan emisi gas CO2 dengan merintis masyarakat rendah karbon, meningkatkan dan mempromosikan penggunaan layanan transportasi umum, mempromosikan konsentrasi fungsi perkotaan di pusat perkotaan dan daerah sepanjang rute transportasi umum, mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan dalam hubungannya dengan pengembangan kota kompak, mendorong praktik bisnis ramah lingkungan dalam hubungannya dengan pengembangan kota kompak.
Description: Coba taman kota yang kelihatan sejuk ini ada di Indonesia ya! Sayangnya ini ada di Kota Toyama, Jepang!
Gambar 1 Taman Kota di Toyama
Sumber : Rijal, 2014
Tokyo, Osaka, dan Nagoya adalah tiga kota besar di negari sakura yang mempunyai akses mudah ke Kota Toyama. Ketiga kota yang berada di sisi utara kepulauan Jepang ini bisa di akses dengan menaiki Kereta express dan Shinkansen. Dari  Kota Tokyo, Kota Toyama dapat diakses dengan menggunakan JR Joetsu Shinkasen sampai ke Kota Nagano, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Hokuetsu Limited Express. Dari Kota Osaka, Kota Toyama dapat diakses dengan menggunakan kereta dengan tujuan langsung Kota Toyama yang bernama JR Thunderbird Limited Express. Sedangkan dari Kota Nagoya, Kota Toyama dapat diakses dengan menggunakan kereta JR Shirasagi Limited Express. Dari ketiga kota tersebut, Toyama dapat dicapai dalam waktu 3-4 Jam saja.
Transportasi utama di Kota Toyama adalah Tram. Centram merupakan pengembangan dari Tram sendiri yang lebih modern.
Description: Sama - sama tram, tetapi terlihat lebih modern, namanya Centram
Gambar 2 Centram
Sumber : Rijal, 2014
Pemerintah kota Toyama dewasa ini sedang mempromosikan program LRT (Light Rail Transit) di wilayahnya sebagai upaya menangani transportasi massal yang menyenangkan, canggih serta nyaman. Sistem LRT ini menggunakan sistem tiket kartu pintar. Terdapat area parkir untuk penumpang yang akan menaiki LRT ini. LRT lebih dari sekedar alat transportasi, yang merupakan simbol baru bagi Toyama yang berpotensi untuk membuat kota lebih menarik. LRT memiliki banyak manfaat seperti, memberikan kontribusi untuk lanskap perkotaan yang menarik, desain yang terkoordinasi dengan baik dan melengkapi "tampilan" dari pusat kota Toyama, menyediakan daya tarik baru bagi kota sesuai dengan lanskap perkotaan,  mengurangi CO2 dengan mendorong orang untuk berpikir dua kali tentang perjalanan mobil pendek dan mendorong orang untuk mempertimbangkan menggunakan kombinasi transportasi umum dan sepeda di tempat perjalanan panjang dengan mobil, revitalisasi pusat kota dengan lebih banyak lalu lintas pejalan kaki dan sedikit sepeda diparkir di trotoar dan mendorong orang untuk hidup lebih dekat ke pusat kota. Dibandingkan dengan bus, LRT tepat waktu dan membawa lebih banyak penumpang, dampak lingkungan rendah, LRT beroperasi tidak hanya di jalan, tetapi juga di bawah tanah, di jalan layang, dan kereta api antarkota.
Gambar 3 Parking area for park and ride passengers
Sumber : Masashi Mori ,2011
Description: C:\Users\ZYREX\Favorites\Downloads\Capture.JPG
Gambar 4 Mobil Portram (Light Rail Transit System)
Sumber : Masashi Mori ,2011
Kota Toyama memiliki trotoar yang luas dan nyaman untuk dipakai oleh pejalan kaki dan pengguna sepeda. Selain trotoar, para pecinta sepeda juga dapat menggunakan fasilitas penyewaan sepeda yang terdapat di berbagai titik di kota sebanyak 15 stasiun sepeda.
Gambar 5 stasiun penyewaan sepeda
Sumber : Masashi Mori ,2011
Description: Trotoarnya luas karena dipakai oleh pejalan kaki dan sepeda. Asiknya lagi, jangan takut diserobot sepeda motor seperti di Indonesia deh! :D
Gambar 6 Trotoar bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda
Sumber : Rijal, 2014
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Kota Toyama memiliki beberapa kelemahan dan juga kelebihan diantaranya
Kelebihan
Kelemahan
Desain kota lebih mengutamakan para pejalan kaki dan pengguna sepeda untuk penggunaan perjalanan jarak dekat, dilihat dari adanya trotoar yang luas dan nyaman untuk para pejalan kaki dan pengguna sepeda dengan tetap memperhatikan ruang hijau yang asri.
Trotoar bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda masih terdapat kelemahan yaitu belum adanya pelindung dari sinar matahari maupun hujan sehingga dianggap kurang nyaman.
Akses yang mudah untuk pergi ke berbagai wilayah di Jepang seperti Tokyo, Osaka & Nagoya.
Belum ada fasilitas bagi penderita tuna netra.
Desain kota lebih mengutamakan aspek lingkungan, dilihat dari adanya berbagai usaha untuk mengurangi emisi gas CO2.

Terdapat fasilitas bagi pecinta sepeda yaitu stasiun penyewaan sepeda sehingga dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Desain transportasi massal menggunakan LRT dengan berbagai keunggulannya.






Daftar Pustaka :
Kanayama, H. 2011. Toyama’s Compact City Transport Policy. (http://www.iges.or.jp/en/archive/kuc/pdf/activity20110314/15_WS-S2A-4-Kanayama_Toyama_E.pdf)
Mori, M. 2011. Eco-model City Toyama –Building a LRT Network-. (http://ecomodelproject.go.jp/upload/110211kokusaikaigi/23toyama_en.pdf)
Mohamadi, R. F. 2014. Jatuh Cinta Pandangan Pertama pada Kota Toyama. (http://catperku.info/jatuh-cinta-pandangan-pertama-pada-kota-toyama/)

Wikipedia Bahasa Indonesia. 2013. Prefektur Toyama. (http://id.wikipedia.org/wiki/Prefektur_Toyama)

2 komentar: