Jumat, 02 Mei 2014

Partisipasi Masyarakat dalam Ekowisata Bunaken

STUDI KASUS TENTANG PEMBANGUNAN /PERENCANAAN YANG BERBASIS MASYARAKAT DI DALAM NEGERI/LUAR NEGERI

MATA KULIAH
PENGEMBANGAN BERBASIS MASYARAKAT

“Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bunaken (Partnership)”
Description: logo-ub.png
 






Oleh
Fadhilatus Shoimah              (135060601111023)
Agustina P.F. Seran              (135060601111028)
Mayora Alvensi D.                (135060601111022)
Raihanah Rizky A.               (135060601111026)
Fatma Safura                        (135060601111007)
Fasal Ghifari Imaniar           (135060601111020)

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013

Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya tugas besar mata kuliah Pembangunan Berbasis Masyarakat dengan judul ”Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bunakendapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, atas petunjuk untuk selalu berada di jalan yang diridhoi-Nya.
Penulisan tugas besar ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tak lupa juga disampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.    Ibu Mustika Anggraeni, S.T., M.T., sebagai dosen pengampu yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan tugas besar ini.
2.    Ibu Christia Meidiana, S.T., M.Eng., Phd., sebagai dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan tugas besar ini.
3.    Ibu Ismu Rini Dwi Ari, S.T., M.T.,Phd., sebagai dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan tugas besar ini.
4.    Teman-teman seperjuangan jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, khususnya kelas C Fakultas Teknik Universitas Brawijaya serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas besar ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan tugas besar ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Malang, 12 Desember 2013


Penulis




Daftar Isi



Daftar Gambar





























BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata di Indonesia saat ini lebih mengarah kepadawisata alamiah yaitu mencakup wisata alam & wisata bahari. Artinya objek-objek wisata yang banyak dikunjungi adalah objek wisata alamiah, yang banyak di miliki di Indonesia. Oleh karena wisata alamiah menyangkut kondisi lingkungan maka keasrian, keaslian, kenyamanan & kebersihan objek wisata menjadi indikator penting bagi pengembangan ke arah yang lebih lanjut suatu objek wisata. Hal ini berarti objek wisata harus tetap terjaga ekosistem atau ekologi yang ada di objek wisata tersebut&disekitar objek wisata tersebut karena ini adalah konsep wisata berwawasan lingkungan. Konsep wisata berwawasan lingkungan berdasarkan pada prinsip konservasi & partisipasi masyarakat disekitarnya.
Konsep eco-tourism adalah konsep yang kini tengah populer & mulai banyak diadopsi oleh pemerintah atau pengelola suatu objek wisata dalam memberikan image atas objek wisatanya. Konsep eco-tourism pada dasarnya adalah konsep pengembangan pariwisata yang  memandang objek wisata adalah bagian dari ekosistem dimana terjadi interaksi antara sistem lingkungan, ekonomi & sosial sehingga dalam pengembangannya harus mempertimbangkan tercapainya ekologis, peningkatan kualitas hidup & keberlanjutan ekonomi.
Wisata alamiah terkait dengan konsep pelestarian alam&penduduk lokal. Ekowisata merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi & sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi karena dalam strategi pengembangan ekowisata digunakan strategi konservasi. Oleh karena itu, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggungjawab. Jadi ekowisata sangat tepat & berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan & keaslian ekosistem bahkan meningkatkan kualitas di objek wisata.
Kota Manado saat ini mempublikasikan kotanya sebagai kota eco-tourism. Hal ini perlu ditunjang oleh seluruh lapisan masyarakat Kota Manado pada khususnya & Provinsi Sulawesi Utara pada umumnya. Konsep eco-tourism dapat dikaitkan dengan konsep pengembangan pariwisata Sulawesi Utara yang berdasarkan pada meeting, conference&exhibition. Konsep eco-tourism mencakup strategi pariwisata yang ramah lingkungan. Suatu strategi pariwisata yang tidak hanya melihat aspek keuntungan (ekonomi) namun melibatkan unsur keberlanjutan lingkungan tempat objek wisata, aspek sosial, ekonomi & aspek lainnya yang terkait.
Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu ikon kota Manado yang telah mendunia. Banyak sumber daya alam seperti ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya. Fenomena alam laut yang ada di Taman Nasional Bunaken berbeda dengan taman laut lainnya, inilah yang menjadikan Taman Nasional Bunaken menjadi aset penting bagi kota Manado. Potensi ekonomi yang dimiliki Taman Nasional Bunaken cukup besar, sehingga memberi kesempatan untuk masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Untuk mengembangkan potensi Taman Nasional Bunaken diperlukan adanya langkah-langkah yang tepat seperti menciptakan konektivitas antar objek wisata dengan Taman Nasional Bunaken sebagai sentralnya. Jika hal ini dilakukan maka dalam jangka waktu yang panjang pariwisata di Sulawesi Utara dan Manado akan berkembang kearah pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Melalui pendekatan konekivitas tersebut maka pemerintah daerah dapat membentuk suatu strategi pemasaran objek wisata yang memiliki nilai yang tinggi. Sehingga biaya infrastruktur serta promosi akan menghasilkan output yang lebih efektif dan efisien.
Terumbu karang yang ada di Taman Nasional Bunaken banyak yang telah mengalami kerusakan akibat kegiatan pariwisata yang ada di bagian selatan Pulau Bunaken. Sehingga diperlukan suatu penilaian ekonomi dari Taman Nasional Bunaken supaya dapat diketahui manfaat ekonomi yang diperoleh dari Taman Nasional Bunaken khususnya manfaat rekreasional dari pemanfaatan lingkungan serta sumberdaya alam Taman Nasional Bunaken. Penilaian ekonomi penting dilakukan sebab dengan adanya penilaian ekonomi, maka kesalahan-kesalahan yang terdapat didalam membuat perencanaan pengalokasian sumberdaya alam serta perencanaan pengembangan di masa yang akan datang dapat dihindarkan. Metode travel cost method / TCM adalah metode valuasi nilai lingkungan yang banyak digunakan untuk mengukur nilai ekonomi kawasan wisata.
Nilai ekonomi dapat dihitung dari kegiatan pariwisata di Taman Nasional Bunaken. Dengan mengetahui tingkat keinginan pengunjung dalam membayar (willingness to pay)  obyek wisata yang dikunjungi dapat dilihat dari besaran biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata di Taman Nasional Bunaken. Sehingga  dengan biaya perjalanan pengunjung (travel cost) selama berkunjung ke obyek wisata tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan membayar pengunjung membayar manfaat dari keberadaan Taman Nasional Bunaken.
Dalam pengelolaannya Taman Nasional Bunaken diperlukan tanggungjawab oleh semua pihak tidak hanya Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken (DPTNB) saja, melainkan oleh semua stakeholders yakni pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Namun perlu disadari bahwa belum banyak kajian yang mengarah pada konsep eco-tourism. Untuk itu diperlukan suatu penelitian awal tentang konsep & strategi eco-tourism. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk membangun strategi pengembangan pariwisata dalam konteks eco-tourism adalah pendekatan dengan masyarakat agar konsep ini dapat berjalan sebagaimana seharusnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Bagaimana potensi Taman Nasional Bunaken dalam upaya  pengembangan ekowisata?
2.      Bagaimana pengembangan ekowisata di Taman Nasional Bunaken?
3.      Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Taman Nasional Bunaken?

1.3 Tujuan

1.      Untuk memahami potensi Taman Nasional Bunaken dalam upaya pengembangan ekowisata.
2.      Untuk memahamipengembangan ekowisata di Taman Nasional Bunaken.
3.      Untuk memahami tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Taman Nasional Bunaken.

1.4 Manfaat

1.      Bagi penulis
Memberi pengetahuan & pengalaman mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam sebuah perencanaan.
2.      Bagi masyarakat
Mengetahui pentingnya partisipasi dalam sebuah perencanaan utamanya di kawasan wisata.
3.      Bagi stakeholders
Memberi pengetahuan bahwa pentingnya partisipasi masyarakat dalam sebuah perencanaan yang akan dibuat.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan
Berupa Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang yang berisi mengenai masalah terkait partisipasi masyarakat kemitraan, pengidentifikasian permasalahan yang timbul, rumusan masalah yang berisi pertanyaan terkait masalah partisipasi masyarakat kemitraan yang ada di Taman Nasional Bunaken, tujuan yang berisi mengenai tujuan melakukan penulisan yang berdasar pada rumusan masalah, kegunaan yang berisi mengenai kegunaan melakukan penulisan serta sistematika pembahasan yang berisi tatanan pembahasan yang dimulai dari pendahuluan sampai ke kesimpulan.
BAB II Tinjauan Teori
Berupa tinjauan teori yang berisi mengenai ulasan-ulasan teori yang berkaitan dengan pembahasan di bab III, meliputi definisi partisipasi masyarakat kemitraan, definisi ekowisata, ekowisata berbasis komunitas, serta prinsip-prinsip pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dan konservasi.
BAB III Kasus
Berupa gambaran kasus yang memberikan informasi mengenai keadaan partisipasi masyarakat kemitraan di Taman Nasional Bunaken.
BAB IV Pembahasan
Berupa pembahasan materi yang berisi potensi Taman Nasional Bunaken, pengembangan ekowisata Taman Nasional Bunaken, dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Taman Nasional Bunaken.
BAB V Kesimpulan
Berupa kesimpulan dari pembahasan dalam makalah ini.

1.6 Pendekatan Penulisan

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penulisan makalah ini adalah
1.      pendekatan deskriptif yaitu mendeskripsikan tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan ekowisata di Taman Nasional Bunaken.
2.      Pendekatan evaluatif yaitu mengevaluasi tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan ekowisata di Taman Nasional Bunaken.




1.7 Kerangka Pemikiran

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya (Keith Davis, 1981)
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksimenurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama (Koentjaraningrat, 1994).
Partisipasi Masyarakat merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat untuk mempengaruhi kehidupa di masa sekarang maupun di masa mendatang. Partisipasi sebagai redistribusi kekuatan memungkinkan kaum yang terpinggirkan secara ekonomi dan politik untuk secara deliberatif dilibatkan dalam perencanaan pembangunan masa depan. Partisipasi adalah kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengatasi persoalannya di masa kini guna mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang (Arnstein, 1969).
Partnership (kemitraan) adalah anak tangga ke-6 dari 8 tangga partisipasi masyarakat menurut Arnstein. Partnership memungkinkan masyarakat untuk bernegosiasi dan terlibat dalam suatu keputusan dengan pemegang kekuasaan tradisional. Pada anak tangga ini tangga kekuasaan sebenarnya didistribusikan melalui negosiasi antara warga dan pemegang kekuasaan. Masyarakat sepakat untuk membagi tanggung jawab perencanaan dan pengambilan keputusan melalui struktur seperti papan kebijakan bersama, komite perencanaan dan mekanisme penyelesaian jalan buntu. Setelah aturan dasar terbentuk melalui beberapa bentuk memberi dan menerima, masyarakat tidak tunduk pada perubahan sepihak.
Menurut The International Ecotourism Society / TIES (1991), ekowisata adalah perjalanan wisata alam dalam rangka mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal. Menurut World Conservation Union (WCU), ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negative dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal. Menurut United Nations Commission on Sustainable Development (dalam siding sesi ke 8 tahun 2000) menyatakan bahwa ekowisata adalah sustainable tourism yang menjamin partisipasi yang setara, efektif dan aktif dari seluruh stakeholder, menjamin partisipasi penduduk local menyatakan yes atau no dalam kegiatan pengembangan masyarakat, lahan dan wilayah, mengangkat mekanisme penduduk local dalam hal control dan pemilihan sumber daya. Menurut wood (2002) mendefinisikan ekowisata sebagai bentuk usaha atau sector ekonomi wisata alam yang dirumuskan sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Menurut deklarasi Quebec (hasil pertemuan dari anggota TIES di quebec, Canada tahun 2002),  ekowisata adalah sustainable tourism yang secara spesifik memuat upaya-upaya:
1.      Kontribusi aktif dalam konservasi alam & budaya
2.      Partisipasi penduduk local dalam perencanaan, pembangunan & operasional kegiatan wisata serta menikmati kesejahteraan.
Masyarakat ikut serta berpartisipasi dalam pengembangan dan pemeliharaan wisata agar mendapatkan kesejahteraan bersama.
3.      Transfer pengetahuan tentang warisan budaya dan alam kepada pengunjung
Dengan adanya partisipasi masyarakat dengan ekowisata akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas, sehingga dapat ditransfer kepada pengunjung tentang pengetahuan yang  sudah mereka dapat.
4.      Bentuk wisata independen / kelompok wisata berukuran kecil
Jadi, ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara professional, terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sector atau usaha ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan.

2.2 Partisipasi Masyarakat Partnership

Partisipasi selalu di kaitkan dengan peran serta. Seorang ilmuwan yang bernama Keith Davis mengemukakan,”partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha yang encapai tujuan serta turut bertanggungjawabterhadap usaha yang berangkutan.
Partisipasi berfungsi sebagai suatu kemitraan (partnership) dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dapat tercipta apabila saling percaya dan saling pengertian antara perangkat pemerintah dan lembaga-lebaga atau anggota masyarakat yang dapat dihidupkan.
Partisipasi masyarakat dapat tumbuh, baik dengan sendirinya maupun disebabkan oleh faktor lain. Partisipasi dapat tumbuh dengan sendirinya apabila segala kegiatan yang akan dilaksanakan memberikan manfaat dari kelangsungan hidup. Oleh karena itu, usaha untuk menggerakkan partisipasi masyarakat merupakan suatu keharusan dalam membangun masyarakat partnership.

2.3 Ekowisata Berbasis Komunitas

Ekowisata Berbasis Komunitas (community-based ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring&evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata dapat dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata. Tujuan Pengembangan Ekowisata dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati di taman nasional dan taman wisata alam adalah untuk menyamakan persepsi para pengembang pariwisata di taman nasional dan taman wisata alam  dan sebagai acuan dalam memanfaatkan potensi kawasan secara lestari (Direktorat Jenderal Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan,2001). Sedangkan, sasaran pengembangan ekowisata adalah pencegahan, penanggulangan dan pemulihan kerusakan keanekaragaman hayati di taman nasional dan taman wisata alam, melalui kegiatan pariwisata dan untuk ruang lingkup pengembangan ekowisata adalah pengembangan ekowisata dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Karena terbatas pada kawasan taman nasional dan taman wisata alam dengan pertimbangan: berdasarkan ketentuan yang ada (Undang-undang No. 5 tahun 1990 pasal 31) di zona dan blok pemanfaatan kedua kawasan tersebut dapat diselenggarakan kegiatan pariwisata alam dan rekreasi, disamping penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penunjang budidaya, tekanan dan kerusakan di taman nasional dan taman wisata alam saat ini sangat tinggi dan berpengaruh kepada kelestarian keanekaragaman hayati.

2.4 Prinsip-prinsip Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat dan Konservasi

1.Keberlanjutan Ekowisata dari Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan (prinsip konservasi dan partisipasi masyarakat).
Ekowisata yang dikembangkan di kawasan konservasi adalah ekowisata yang “HIJAUdan ADIL” (Green&Fair) untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan dan konservasi, yaitu sebuah kegiatan  yang bertujuan untuk menyediakan alternatif ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan yang dilindungi, berbagi manfaat dari upaya konservasi secara layak (terutama bagi masyarakat yang lahan dan sumberdaya alamnya berada di kawasan yang dilindungi), dan berkontribusi pada konservasi dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan terhadap perlindungan bentang lahan yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi.
Kriteria:
• Prinsip daya dukung lingkungan diperhatikan pada tingkat kunjungan dan kegiatan wisatawan pada sebuah daerah tujuan ekowisata dikelola sesuai dengan batas-batas yang dapat diterima baik dari segi alam maupun sosial-budaya
• Sedapat mungkin menggunakan teknologi ramah lingkungan (listrik tenaga surya, mikrohidro, biogas)
• Mendorong terbentuknya ”ecotourism conservancies” atau kawasan ekowisata sebagai kawasan dengan peruntukan khusus yang pengelolaannya diberikan kepada organisasi masyarakat yang berkompeten
2.      Pengembangan institusi masyarakat lokal dan kemitraan (Prinsip partisipasi masyarakat)
Aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan ekowisata jugamenjadi isu kunci pentingnya dukungan yang profesional dalam menguatkan organisasi lokal secara kontinyu, mendorong usaha yang mandiri dan menciptakan kemitraan yang adil dalam pengembangan ekowisata. Beberapa contoh di lapangan menunjukan bahwa ekowisata di tingkat lokal dapat dikembangkan melalui kesepakatan dan kerjasama yang baik antara Tour Operator dan organisasi masyarakat (contohnya: KOMPAKH, LSM Tana Tam). Peran organisasi masyarakat sangat penting oleh karena masyarakatadalah stakeholder utama dan akan mendapatkan manfaat secara langsung daripengembangan dan pengelolaan ekowisata.
Koordinasi antar stakeholder perlu mendapatkan perhatian. Salah satu model percontohan organisasi pengelolaan ekowisata yang melibatkan semua stakeholders termasuk masyarakat, pemerintah daerah, UPT, dan sektor swasta, adalah ”Rinjani Trek Management Board.” Terbentuknya Forum atau dewan pembina akan membantu pola pengelolaan yang adil dan efektif terutama di daerah di mana ekowisata merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat.



Kriteria:
• Dibangun kemitraan antara masyarakat dengan Tour Operator untuk memasarkan dan mempromosikan produk ekowisata; dan antara lembaga masyarakat dan Dinas Pariwisata dan UPT
• Adanya pembagian adil dalam pendapatan dari jasa ekowisata dimasyarakat
• Organisasi masyarakat membuat panduan untuk turis. Selama turis berada di wilayah masyarakat, turis/tamu mengacu pada etika yang tertulis di dalam panduan tersebut.
• Ekowisata memperjuangkan prinsip perlunya usaha melindungi pengetahuan serta hak atas karya intelektual masyarakat lokal, termasuk foto, kesenian, pengetahuan tradisional, musik, dll.
3. Ekonomi berbasis masyarakat (Prinsip partisipasi masyarakat)
Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai dalam ekowisata. Homestay bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang dikelola secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah keluarga setempat. Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan modal yang tinggi, dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis, dan distribusi manfaat di masyarakat lebih terjamin. Sistem homestay mempunyai nilai tinggi sebagai produk ekowisata dimana seorang turis mendapatkan kesempatan untuk belajar mengenai alam, budaya masyarakat dan kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut. Pihak turis dan pihak tuan rumah bisa saling mengenal dan belajar satu sama lain, dan dengan itu dapat menumbuhkan toleransi dan pemahaman yang lebih baik. Homestay sesuai dengan tradisi keramahan orang Indonesia.
Dalam ekowisata, pemandu adalah orang lokal yang pengetahuan dan pengalamannyatentang lingkungan dan alam setempat merupakan aset terpenting dalam jasa yang diberikan kepada turis. Demikian juga seorang pemandu lokal akan merasakan langsung manfaat ekonomi dari ekowisata, dan sebagai pengelola juga akan menjaga kelestarian alam dan obyek wisata.
Kriteria:
•Ekowisata mendorong adanya regulasi yang mengatur standar kelayakan homestay sesuai dengan kondisi lokasi wisata
•Ekowisata mendorong adanya prosedur sertifikasi pemandu sesuai dengan kondisi lokasi wisata
•Ekowisata mendorong ketersediaan homestay
•Ekowisata dan tour operator turut mendorong peningkatan pengetahuandan keterampilan serta perilaku bagi para pelaku ekowisata terutamamasyarakat
4. Prinsip Edukasi
Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada wisatawan tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal.Dalam pendekatan ekowisata, Pusat Informasi menjadi hal yang penting dan dapat juga dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari pengalaman seorang turis yang bisa memperoleh informasi yang lengkap tentang lokasi atau kawasan darisegi budaya, sejarah, alam, dan menyaksikan acara seni, kerajinan dan produk budaya lainnya.
Kriteria:
• Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat mendukung danmengembangkan upaya konservasi
• Kegiatan ekowisata selalu beriringan dengan aktivitas meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
• Edukasi tentang budaya setempat dan konservasi untuk para turis/tamu menjadi bagian dari paket ekowisata
• Mengembangkan skema di mana tamu secara sukarela terlibat dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan ekowisata selama kunjungannya (stay & volunteer).
5. Pengembangan dan penerapan rencana tapak dan kerangka kerja pengelolaan
lokasi ekowisata (prinsip konservasi dan wisata)
Dalam perencanaan kawasan ekowisata, soal daya dukung (carrying capacity) perlu diperhatikan sebelum perkembanganya ekowisata berdampak negative terhadap alam (dan budaya) setempat. Aspek dari daya dukung yang perlu dipertimbangkan adalah: jumlah turis/tahun; lamanya kunjungan turis; berapa sering lokasi yang “rentan” secara ekologis dapat dikunjungi; dll. Zonasi dan pengaturannya adalah salah satu pendekatan yang akan membantu menjaga nilai konservasi dan keberlanjutan kawasan ekowisata.
Kriteria:
• Kegiatan ekowisata telah memperhitungkan tingkat pemanfaatan ruangdan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan melalui pelaksanaan sistem zonasi dan pengaturan waktu kunjungan
• Fasilitas pendukung yang dibangun tidak merusak atau didirikan pada ekosistem yang sangat unik dan rentan
• Rancangan fasilitas umum sedapat mungkin sesuai tradisi lokal, dan masyarakat lokal terlibat dalam proses perencanaan dan pembangunan
• Ada sistem pengolahan sampah di sekitar fasilitas umum.
• Kegiatan ekowisata medukung program reboisasi untuk menyeimbangi penggunaan kayu bakar untuk dapur dan rumah
• Mengembangkan paket-paket wisata yang mengedepankan budaya, seni dan tradisi lokal.
• Kegiatan sehari-hari termasuk panen, menanam, mencari ikan/melauk, berburu dapat dimasukkan ke dalam atraksi lokal untuk memperkenalkan wisatawan pada cara hidup masyarakat dan mengajak mereka menghargai pengetahuan dan kearifan lokal.


















BAB 3

STUDI KASUS

Kota Manado Memiliki potensi untuk mengembangkan pariwisatanya di masa depan. Taman Laut Bunaken dapat dijadikan model ekowisata bahari di Manado. Konsep ekowisata adalah konsep yang paling tepat untuk mengembangkan pariwisata di Manado pada umumnya dan Taman Laut Bunaken pada khususnya.
Ekowisata merupakan salah satu bentuk pariwisata berkelanjutan yang di dalamnya terdapat tiga komponen yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Partisipasi masyarakat sangat penting dalam rangka mewujudkan tujuan ekowisata. Dalam pengelolaannya, Taman Nasional Bunaken menerapkan prinsip-prinsip ekowisata dengan sistem zonasi. Terdapat indikasi bahwa masih terdapat berbagai pelanggaran yang berdampak pada ancaman kelestarian Taman Nasional Bunaken, sekalipun partisipasi masyarakat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian telah dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi objek wisata Taman Nasional Bunaken mulai mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh faktor manusia maupun faktor alam, sehingga upaya pelestarian melalui partisipasi masyarakat sangat penting. Masyarakat mulai merasakan dampak positif keberadaan Taman Nasional Bunaken. Hal ini ditandai dengan peningkatan mata pencaharian masyarakat di sektor kepariwisataan, sekalipun tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan yang masih rendah. Kelembagaan yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat mulai berkembang dan terdapat lembaga kolaborasi para pemangku kepentingan yang merupakan wadah bersama dalam pengelolaan Taman Nasional Bunaken.
Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu tujuan ekowisata bahari di Indonesia yang sangat diminati wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Di kawasan konservasi yang sangat kaya dan sangat penting dalam skala dunia ini terdapat kurang lebih 22 desa dengan sekitar 30.000 masyarakat. Penduduk yang didominasi petani dan nelayan tersebut sangat mengandalkan hasil alam dan ekowisata. Namun, kawasan ini seringkali mengalami tekanan lingkungan berupa teknik penangkapan ikan yang merusak lingkungan, penambangan terumbu karang, penebangan pohon bakau dan wisata yang mulai tidak terkendali. Pada tahun 2000 dikembangkan dan diterapkan pengelolaan bersama melalui suatu sistem yang disebut Dewan Penasehat Pengelolaan Taman Nasional Bunaken (DPPTNB). Kunci keberhasilan sistem ini adalah adanya partispasi masyarakat yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Taman Nasional Bunaken (FMPTNB). Masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan penentuan zonasi, yang dirancang untuk pemanfaatan beragam. Partisipasi aktif masyarakat dalam penentuan zonasi dapat menyelesaikan konflik pemanfaatan sumber daya alam dengan cara musyawarah. Masyarakat dapat bersatu untuk mengahadapi tekanan yang meningkat dari luar, termasuk industri wisata berskala besar. DPPTNB mengembangkan program hibah untuk membantu swadaya masyarakat dengan sumber dana dari biaya masuk kawasan dimana 30% dana yang masuk langsung dikembalikan dalam bentuk proyek-proyek konservasi dan pengembangan masyarakat yang dirancang dan dilaksanakan langsung oleh masyarakat.























BAB 4

PEMBAHASAN

4.1  Potensi Taman Nasional Bunaken

Sebagai kota model pengembangan ekowisata, Kota Manado menjadi kota sentral pengembangan ekowisata di sulawesi Utara dengan model utamanya yaitu Taman Laut Bunaken sebagai ekowisata bahari.  Taman Laut Bunaken telah dikenal hampir di seluruh dunia sehingga menimbulkan konsep konservasi dalam suatu objek wisata, yang diinginkan oleh wisatawan. Langkah awal yang dilakukan adalah membentuk tim kerja atau kelompok kerja untuk merealisasikan Taman Laut Bunaken sebagai ekowisata bahari.  Hal ini didukung oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 33 tahun 2009 tentang pengembangan ekowisata di daerah. Konsep ekowisata sangat penting karena ekowisata merupakan kegiatan yang berwawasan alam dengan bertanggungjawab atas unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Untuk menunjang Taman Laut Bunaken sebagai ekowisata bahari maka diperlukan kegiatan perencanaan, pemanfaatan, & pengendalian ekowisata.

Gambar 4.1 Peta Taman Nasional Bunaken

Sumber : Anonim, 2011
Taman Laut Bunaken sebagai ekowisata bahari perlu dibuat sesuai dengan  prinsip-prinsip kesesuaian antara jenis serta karakteristik ekowisata seperti konservasi, yaitu melindungi dan memanfaatkan sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata. Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi. Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah mindset seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan serta budaya, memberikan pengalaman pada pengunjung. Dan  partisipasi masyarakat, yaitu keterlibatan peran masyarakat terhadap kegiatan perencanaan, pemanfaatan, serta pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar kawasan sertamenampung kearifan lokal.

Gambar 4.2 Taman Nasional Bunaken

Sumber : Elis, 2011
Kekayaan serta keindahan alam serta potensi sumberdaya alam hayati yang dimiliki Taman Laut Bunaken merupakan aset yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Keunikan alam Taman Laut Bunaken telah dilengkapi dengan adanya tumbuhan laut dan satwa laut yang khas, serta memiliki pemandangan yang mampu menarik minat wisatawan baik dari mancanegara maupun wisatawan lokal.

4.2 Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Bunaken

Potensi Taman Nasional Bunaken membuat banyak pihak tertarik untuk mengembangkan bisnis pariwisata dengan mengusung tema konservasi lingkungan atau biasa disebut dengan ekowisata.
Prinsip zonasi dalam pengembangan Taman Laut Bunaken:
1.       Di titik beratkan pada 2 kelompok pengguna: masyarakat dan operator selam (bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Bunaken)
  1. Proses dari desa ke desa, dimulai dengan Pulau Bunaken
  2. Mengakomodasi peruntukan lokasi-lokasi yang memang sudah sering digunakan oleh kelompok pengguna, memformulasikan aturan yang sangat jelas untuk tiap zona
  3. Rapat-rapat parallel dengan 2 kelompok pengguna, menggunakan kombinasi antara rapat terbuka dan diskusi fokus
  4. Pulau Bunaken diselesaikan akhir 2000, dengan penandatanganan perjanjian kerjasama antara Balai TN Bunaken dan pemerintah desa, diikuti oleh 22 desa lainnya
  5. Kedua kelompok pengguna bisa saling mengalah
  6. Revisi kerja didistribusikan secara menyeluruh ke masyarakat dengan jangka waktu untuk memberikan pendapat selama 1 bulan diikuti dengan publikasi yang gencar melalui billboard, poster, dll.
  7. Diresmikan oleh Dirjen PHKA pada bulan February 2008
Dalam pembahasan diatas, terlihat bahwa partisipasi masyarakat sangat diharapkan dalam pengembangan pariwisata Taman Laut Bunaken. Masyarakat diminta pendapatnya dan ikut andil dalam pengambilan keputusan. Jadi pemerintah dan masyarakat sama-sama memiliki peran penting dan tanggung jawab yang sama terhadap keputusan yang telah diambil.
Partisipasi masyarakat lainnya yang dapat terlihat adalah bagaimana masyarakat menjaga kebersihan objek wisata dan menjaga kenyamanan wisatawan dengan membangun pondok-pondok serta penginapan yang nyaman bagi mereka.
Indonesia sebagai negara berkembang, industri pariwisata sangat diharapkan karena mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tetapi kenyataannya dampak pariwisata di negara-negara berkembang sangat memprihatinkan. Meskipun bisnis yang dikembangkan telah memberikan keuntungan tetapi dalam banyak kasus ekowisata telah menimbulkan beberapa permasalahan daripada mendatangkan keuntungan sesuai tujuannya. Permasalahan ditimbulkan diantaranya adalah kerusakan lingkungan, kesulitan ekonomi dan masuknya pengaruh negatif terhadap budaya masyarakat lokal. Saat ini ekowisata tidak hanya menjadi isu nasional tetapi telah mendunia. Ekowisata dipandang sebagai suatu bentuk industri yang sangat penting baik dalam kaitannya dengan pengentasan kemiskinan maupun pelestarian alam, seperti yang dibahas dalam WES (World Ecotourism Summit) di Quebec yang menghasilkan prinsip pemikiran. Deklarasi Quebec antara lain bahwa ekowisata mencakup prinsip pariwisata lestari dengan adanya dampak terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan, namun juga memiliki prinsip-prinsip tertentu berupa memberi sumbangan aktif bagi pelestarian alam dan budaya yangmengikut sertakan peran masyarakat setempat dalam kegiatan ekowisata serta berperan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain hasil deklarasi Quebec, para ahli pariwisata dan konservasi juga memulai untuk merumuskan berbagai konsep ekowisata yang ideal dan bisa diterapkan dengan tepat untuk menyikapi berbagai isu yang muncul. Ekowisata erat kaitannya dengan prinsip konservasi karena secara khusus di kawasan pelestarian alam seperti di Taman Nasional, bahwa untuk mengurangi tekanan terhadap lingkungan oleh masyarakat maka masyarakat lokal dapat diberdayakan (community empowerment) dalam kegiatan ekowisata. Pengembangan ekowisata di taman nasional dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi dan mengkonservasi warisan alam serta budaya.

4.3 Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Bunaken

Dalam Pertemuan Ekoturisme Dunia (WES) I yang berlangsung di Quebec, Kanada, 19 hingga 22 Mei 2002, ekoturisme diyakini sebagai pendekatan tepat dalam menggabungkan langkah-langkah pembangunan lingkungan berkelanjutan dengan industri wisata yang diharapkan dapat mengangkat kualitas hidup masyarakat setempat. Sehingga disimpulkan bahwa konsep ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata yang ramah lingkungan dengan melibatkan masyarakat lokal sebagai salah satu pelaku wisata dan masyarakat lokal berhak mendapatkan dampak positif dari kegiatan ekowisata. Tidak sedikit perusahaan yang mengklaim dirinya bergerak dalam bidang ekowisata tetapi pada kenyataannya hanya dijadikan sebagai tunggangan dalam pemasaran biro perjalanan dan mengabaikan tujuan ekowisata yang sebenarnya. Ekowisata kurang dipandang sebagai suatu usaha bersama yang melibatkan partisipasi masyarakat lokal dengan pengunjung dalam usaha untuk melindungi aset keanekaragaman hayati, aset budaya serta aset kawasan. Menurut Chafid Fandeli, ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat.  Alur berpikir yang paling mudah dalam menerapkan ekowisata perlu melibatkan masyarakat lokal adalah kecil kemungkinan berbagai kegiatan yang merusak sumberdaya alam dapat diminimalisir tanpa meningkatkan kualitas kondisi sosial dan ekonomi masyarakat lokal. Oleh karena itu, agar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang tepat untuk terciptanya sumberdaya alam yang lestari dan meningkatnya kondisi ekonomi, sosial, dan budaya maka dalam penerapan ekowisata sudah seharusnya melibatkan masyarakat lokal. Kegiatan ekowisata diharapkan membawa perubahan yang signifikan dalam bidang ekonomi, sosial, & budaya masyarakat lokal.  Keikutsertaan masyarakat  tentu saja tidak bisa lepas dari pihak-pihak lain yang terkait atau stakeholder  yang menjadi satu kesatuan organisasi. Ketika masyarakat sudah dilibatkan secara aktif maka dengan sendirinya akan muncul rasa memiliki di dalam upaya konservasi sumberdaya alam melalui kegiatan wisata alam. Partisipasi masyarakat lokal ini bisa menjadi titik kunci dalam pengembangan ekowisata sekaligus dapat memotivasi mereka untuk lebih bertanggungjawab terhadap pemeliharaan lingkungan dan pelestarian alam serta budaya. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut harus menekankan pada keseimbangan penggunaan sumberdaya alam dengan usaha-usaha konservasi yang berkelanjutan. Untuk mem-follow up hal ini tentu saja dibutuhkan suatu teknik serta upaya dalam rangka menumbuhkan semangat dan partipasi masyarakat lokal yang menjadi titik balik.
Oleh karena ekowisata lebih diarahkan pada kawasan Taman Nasional Bunaken, maka partisipasi masyarakat sangat penting dalam konsep ini.

Gambar 4.3 Partisipasi Masyarakat dalam upaya Penyelamatan Bunaken

Sumber : Unsrat, 2011

4.4 Matriks Kesesuaian

No.
Kriteria
Kondisi Eksisting
Analisis
1.

Masyarakat ikut terlibat dalam proses pengembangan ekowisata Taman Nasional Bunaken yang dilakukan oleh pemerintah
Masyarakat dilibatkan langsung dalam proses perencanaan, pembangunan, operasional kegiatan wisata dan penentuan zonasi melalui Forum Masyarakat Peduli Taman Nasional Bunaken (FMPTNB) bersama dengan pemerintah.
Kondisi ini sudah sesuai karena masyarakat terlibat langsung terutama dalam pengelolaan dana pemasukan.
2.
Pemerintah & masyarakat saling berkontribusi aktif dalam konservasi alam di Taman Wisata Bunaken.
Pemerintah atau stakeholder berperan dalam penyediaan sarana dan prasarana pengembangan pariwisata, sedangkan masyarakat berperan dalam pemeliharaan sarana prasarana yang ada dan pengawasan terhadap pengelolaan pariwisata seperti dana hibah dan pemasukan yang diperoleh dari Taman Wisata Bunaken tersebut.

Kondisi ini sudah sesuai karena pemerintah sudah menyediakan beberapa fasilitas penunjang dan masyarakat sendiri sudah memelihara dan mengawasi sendiri pengelolaan dana yang masuk.
3.
Pemerintah & masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam pencapaian keberhasilan pengembangan ekowisata Taman Wisata Bunaken
Pemerintah bertanggungjawab dalam penyediaan sarana prasarana dan pelaksanaan program konservasi sedangkan masyarakat bertanggungjawab dalam hal menghadapi tekanan dari investor luaar dengan skala besar dan turut serta dalam program konservasi.
Kondisi ini sudah sesuai karena pemerintah sudah menyediakan sarana dan prasarana dan program konservasi yang dananya berasal dari 30% pemasukan yang dikelola oleh masyarakat sendiri.




















BAB 5

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka kajian ini menyimpulkan sebagai berikut
Kota Manado sebagai kota model pengembangan ekowisata bermakna bahwa Kota Manado merupakan sentral pengembangan ekowisata di sulawesi Utara dengan salah satu model utamanya adalah ekowisata di Taman Laut Bunaken sebagai ekowisata bahari.  Hal ini ditunjang oleh sudah terkenalnya Taman Laut Bunaken di hampir seluruh dunia & timbulnya kecenderungan prinsip konservasi dalam suatu objek wisata, yang diinginkan wisatawan asing.
Kekayaan &keindahan alam serta potensi sumberdaya alam hayati yang dimiliki Taman Laut Bunaken merupakan aset yang sangat potensial untuk bisa dikembangkan & bermanfaat bagi masyarakat. Keunikan alam yang dilengkapi dengan tumbuhan laut & satwa laut yang khas, serta landscapenya mampu menarik minat wisatawan baik dari mancanegara maupun wisatawan lokal.
Kota Manado memiliki potensi untuk mengembangkan pariwisatanya di masa depan.Taman Laut Bunaken dapat dijadikan model ekowisata bahari di Manado. Konsep ekowisata adalah konsep yang paling tepat untuk mengembangkan pariwisata Taman Laut Bunaken. Masyarakat mempunyai hak untuk berpaartisipasi dalam konsep ekowisata tersebut. Bentuk partisipasi masyarakat lebih kepada bentuk ide/pendapat & tenaga, sedangkan tingkat partisipasi masyarakat lebih kepada partnership (kemitraan) menurut tangga partisipasi Arnstein.
Untuk mencapai sasaran & tujuan yang tepat yaitu terciptanya sumberdaya alam yang lestari & meningkatnya kondisi ekonomi, sosial, & budaya masyarakat maka dalam penerapan ekowisata sudah seharusnya melibatkan masyarakat lokal.Dari kegiatan ekowisata diharapkan terjadi perubahan yang signifikan dalam bidang ekonomi, sosial, & budaya masyarakat lokal. 
Partisipasi masyarakat lokal ini bisa menjadi titik kunci dalam pengembangan ekowisata sekaligus dapat memotivasi mereka untuk lebih bertanggungjawab terhadap pemeliharaan lingkungan & pelestarian alam serta budaya.




DAFTAR PUSTAKA


Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata & Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fandeli, C. &Mukhlison . 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
http://www.ekowisata.info diakses pada tanggal 21 November 2013
http://www.equatorinitiative.netdiakses pada tanggal 21 November 2013

http://www.mpwk.undip.ac.id diakses pada tanggal 21 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar