PEMILIHAN
SASARAN DAERAH MISKIN
Kabupaten Blora,
Kecamatan Cepu
Oleh :
Fadhilatus Shoimah (135060601111023-Kelas C)
-
Tabel
Data Sekunder
No.
|
Kriteria (Bobot)
|
Desa
|
||||
Mulyorejo
|
Mernung
|
Cabeyan
|
Kentong
|
Kapuan
|
||
1.
|
Indeks Kemiskinan (30)
|
10,63
|
15,82
|
16,11
|
10,87
|
11,75
|
2.
|
Cakupan Air Bersih (30)
|
82,52
|
55,47
|
72,2
|
79,4
|
76,69
|
3.
|
Cakupan Layanan Sanitasi (10)
|
68,29
|
68,29
|
68,29
|
68,29
|
68,29
|
4.
|
Jumlah Penduduk Desa (10)
|
2719 jiwa
|
1572 jiwa
|
3091 jiwa
|
2155 jiwa
|
2700 jiwa
|
5.
|
Kasus Penyakit Diare (20)
|
404
|
404
|
404
|
404
|
404
|
6.
|
Adanya potensi sumber air, tidak
adanya proyek sejenisnya serta kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
-
Tabel
Data setelah Analisis
No.
|
Kriteria (Bobot)
|
Desa
|
||||
Mulyorejo
|
Mernung
|
Cabeyan
|
Kentong
|
Kapuan
|
||
1.
|
Indeks Kemiskinan (30)
|
1,08
|
1,60
|
1,63
|
1,10
|
1,19
|
2.
|
Cakupan Air Bersih (30)
|
Kurang baik
|
Kurang baik
|
Kurang baik
|
Kurang baik
|
Kurang baik
|
3.
|
Cakupan Layanan Sanitasi (10)
|
Kurang baik
|
Kurang baik
|
Kurang baik
|
Kurang baik
|
Kurang baik
|
4.
|
Jumlah Penduduk Desa (10)
|
2719 jiwa
|
1572 jiwa
|
3091 jiwa
|
2155 jiwa
|
2700 jiwa
|
5.
|
Kasus Penyakit Diare (20)
|
2,99
|
2,99
|
2,99
|
2,99
|
2,99
|
|
Prioritas
|
II
|
V
|
I
|
IV
|
III
|
Deskripsi
tiap desa :
1. Desa
Mulyorejo, memiliki IKM tahun 2006 sebesar 10,63. Cakupan air
bersih di desa mulyorejo sebesar 82,52%. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa
sebanyak 17,48% rumahtangga di desa Mulyorejo tidak menggunakan air PDAM, air
pompa atau air sumur yang letaknya lebih dari 10 meter dari septic-tank.
Rumahtangga yang dimaksud tinggal di bantaran sungai dan mereka menggunakan air
sungai untuk keperluan sehari-hari. Namun, air sungai tersebut dipompa menuju
ke bak penampungan untuk diendapkan. Walaupun sudah diendapkan air sungai
tersebut diduga tidak layak untuk dikonsumsi. Mereka tidak berlangganan air
PDAM karena instalasi pipa sulit untuk menuju ke daerah pemukiman mereka.
Mereka juga tidak membuat sumur karena jaraknya tidak lebih dari 10 meter dari septic-tank.
Akibatnya kelompok rumahtangga tersebut mengumpulkan dana pribadi untuk membuat
bak penampungan dan membeli pompa air.
2.
Desa Mernung, memiliki salah satu masalah yang
dihadapi penduduk yakni aksesibilitas terhadap air bersih. Penduduk desa
tersebut mengalami kendala perolehan air bersih di musim kemarau. Jika musim
kemarau, penduduk Desa Mernung mengalami kekeringan sehingga sumur-sumur mereka
kering. Selama musim kemarau penduduk desa tersebut memperoleh air dari sendang
(sumur) di tengah hutan jati yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman. Hingga
saat ini sumur-sumur mereka kering. Penduduk Desa Mernung tidak berlangganan
air PDAM karena diperlukan biaya yang besar untuk pemasangan pipa menuju
pemukiman. Hal tersebut tercermin dari cakupan air bersih sebesar 55,47%. Melihat
kondisi tersebut, perlu adanya upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi
penduduk Desa Mernung.
3.
Desa Cabeyan, memiliki kendala yang dihadapi oleh
rumahtangga dalam kasus perolehan air bersih, penduduk Desa Cabeyan menempati urutan
kedua dalam kesulitan memperoleh air bersih. Hal tersebut terlihat dari nilai
persentase cakupan air bersih sebesar 72,20 persen. Nilai tersebut memiliki
arti bahwa sebanyak 27,80 persen rumahtangga di desa Cabeyan tidak menggunakan
air PDAM dan tidak menggunakan air pompa atau sumur yang jaraknya lebih dari 10
meter dari septic-tank. Selama ini rumahtangga tersebut tidak
berlangganan air PDAM karena keterbatasan kondisi ekonomi, mereka menggunakan
air irigasi untuk pertanian. Air irigasi tersebut dipompa dari air sungai.
Kualitas air tersebut diduga tidak layak untuk dikonsumsi.
4.
Desa Kentong, dalam bidang perolehan air bersih juga
mengalami hal yang sama. Rumahtangga di Desa Kentong sebanyak 20,60 persen menggunakan
air irigasi pertanian untuk keperluan sehari-hari. Walaupun rumahtangga yang
lain sudah berlangganan air PDAM, mereka masih menggunakan air irigasi karena
tidak pernah ada masalah dengan air irigasi. Namun, kualitas tersebut diduga
tidak layak untuk dikonsumsi.
5.
Desa Kapuan, menghadapi masalah dalam perolehan air
bersih. Hal tersebut tercermin dari nilai persentase cakupan air bersih sebesar
76,69 persen yang artinya masih terdapat 23,31 persen rumahtangga yang tidak
menggunakan air PDAM dan air pompa atau sumur yang letaknya lebih dari 10 meter
dari septictank. Kasusnya mirip dengan penduduk di Desa Cabeyan dan
Kentong yaitu menggunakan air irigasi untuk keperluan sehari-hari, seperti
mencuci, mandi, masak dan lain-lain. Namun, kualitas air tersebut diduga tidak
layak untuk dikonsumsi.
Kesimpulan
:
Kabupaten Blora termasuk
kabupaten yang masih kurang dalam penyediaan air bersih dan pelayanan sanitasi,
hal ini dipengaruhi juga oleh jumlah penduduk yang tergolong padat sehingga menyebabkan
banyak masyarakat yang terkena penyakit diare yaitu sebanyak 3.469 kasus pada
tahun 2011. Desa Cabeyan mendapat prioritas pertama pelaksanaan program WSLIC
karena di desa tersebut telah cukup memenuhi kriteria oleh Badan Perecanaan
Pembangunan Nasional yaitu indeks kemiskinan yang tertinggi diantara keempat
desa lainnya, begitu juga dengan jumlah penduduk yang terbanyak diantara
keempat desa lainnya. Sedangkan, Desa Mernung mendapat prioritas terakhir
karena di desa ini mempunyai jumlah penduduk tersedikit diantara keempat desa
lainnya walaupun indeks kemiskinannya berada di urutan kedua tertinggi diantara
keempat desa lainnya.
Daftar
Pustaka :
Sari, E. Y. 2008. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan Di Kecamatan Cepu Kabupaten
Blora Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Buku putih sanitasi
Kabupaten Blora
Hasil sensus penduduk BPS
tahun 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar