Jumat, 02 Mei 2014

PEMILIHAN SASARAN DAERAH MISKIN | WSLIC

PEMILIHAN SASARAN DAERAH MISKIN
Kabupaten Blora, Kecamatan Cepu
Oleh : Fadhilatus Shoimah (135060601111023-Kelas C)
-          Tabel Data Sekunder
No.
Kriteria (Bobot)
Desa
Mulyorejo
Mernung
Cabeyan
Kentong
Kapuan
1.
Indeks Kemiskinan (30)
10,63
15,82
16,11
10,87
11,75
2.
Cakupan Air Bersih (30)
82,52
55,47
72,2
79,4
76,69
3.
Cakupan Layanan Sanitasi (10)
68,29
68,29
68,29
68,29
68,29
4.
Jumlah Penduduk Desa (10)
2719 jiwa
1572 jiwa
3091 jiwa
2155 jiwa
2700 jiwa
5.
Kasus Penyakit Diare (20)
404
404
404
404
404
6.
Adanya potensi sumber air, tidak adanya proyek sejenisnya serta kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi
100
100
100
100
100
-          Tabel Data setelah Analisis
No.
Kriteria (Bobot)
Desa
Mulyorejo
Mernung
Cabeyan
Kentong
Kapuan
1.
Indeks Kemiskinan (30)
1,08
1,60
1,63
1,10
1,19
2.
Cakupan Air Bersih (30)
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
3.
Cakupan Layanan Sanitasi (10)
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
Kurang baik
4.
Jumlah Penduduk Desa (10)
2719 jiwa
1572 jiwa
3091 jiwa
2155 jiwa
2700 jiwa
5.
Kasus Penyakit Diare (20)
2,99
2,99
2,99
2,99
2,99

Prioritas
II
V
I
IV
III
Deskripsi tiap desa :
1. Desa Mulyorejo, memiliki IKM tahun 2006 sebesar 10,63. Cakupan air bersih di desa mulyorejo sebesar 82,52%. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa sebanyak 17,48% rumahtangga di desa Mulyorejo tidak menggunakan air PDAM, air pompa atau air sumur yang letaknya lebih dari 10 meter dari septic-tank. Rumahtangga yang dimaksud tinggal di bantaran sungai dan mereka menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Namun, air sungai tersebut dipompa menuju ke bak penampungan untuk diendapkan. Walaupun sudah diendapkan air sungai tersebut diduga tidak layak untuk dikonsumsi. Mereka tidak berlangganan air PDAM karena instalasi pipa sulit untuk menuju ke daerah pemukiman mereka. Mereka juga tidak membuat sumur karena jaraknya tidak lebih dari 10 meter dari septic-tank. Akibatnya kelompok rumahtangga tersebut mengumpulkan dana pribadi untuk membuat bak penampungan dan membeli pompa air.
2. Desa Mernung, memiliki salah satu masalah yang dihadapi penduduk yakni aksesibilitas terhadap air bersih. Penduduk desa tersebut mengalami kendala perolehan air bersih di musim kemarau. Jika musim kemarau, penduduk Desa Mernung mengalami kekeringan sehingga sumur-sumur mereka kering. Selama musim kemarau penduduk desa tersebut memperoleh air dari sendang (sumur) di tengah hutan jati yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman. Hingga saat ini sumur-sumur mereka kering. Penduduk Desa Mernung tidak berlangganan air PDAM karena diperlukan biaya yang besar untuk pemasangan pipa menuju pemukiman. Hal tersebut tercermin dari cakupan air bersih sebesar 55,47%. Melihat kondisi tersebut, perlu adanya upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk Desa Mernung.
3. Desa Cabeyan, memiliki kendala yang dihadapi oleh rumahtangga dalam kasus perolehan air bersih, penduduk Desa Cabeyan menempati urutan kedua dalam kesulitan memperoleh air bersih. Hal tersebut terlihat dari nilai persentase cakupan air bersih sebesar 72,20 persen. Nilai tersebut memiliki arti bahwa sebanyak 27,80 persen rumahtangga di desa Cabeyan tidak menggunakan air PDAM dan tidak menggunakan air pompa atau sumur yang jaraknya lebih dari 10 meter dari septic-tank. Selama ini rumahtangga tersebut tidak berlangganan air PDAM karena keterbatasan kondisi ekonomi, mereka menggunakan air irigasi untuk pertanian. Air irigasi tersebut dipompa dari air sungai. Kualitas air tersebut diduga tidak layak untuk dikonsumsi.
4. Desa Kentong, dalam bidang perolehan air bersih juga mengalami hal yang sama. Rumahtangga di Desa Kentong sebanyak 20,60 persen menggunakan air irigasi pertanian untuk keperluan sehari-hari. Walaupun rumahtangga yang lain sudah berlangganan air PDAM, mereka masih menggunakan air irigasi karena tidak pernah ada masalah dengan air irigasi. Namun, kualitas tersebut diduga tidak layak untuk dikonsumsi.
5. Desa Kapuan, menghadapi masalah dalam perolehan air bersih. Hal tersebut tercermin dari nilai persentase cakupan air bersih sebesar 76,69 persen yang artinya masih terdapat 23,31 persen rumahtangga yang tidak menggunakan air PDAM dan air pompa atau sumur yang letaknya lebih dari 10 meter dari septictank. Kasusnya mirip dengan penduduk di Desa Cabeyan dan Kentong yaitu menggunakan air irigasi untuk keperluan sehari-hari, seperti mencuci, mandi, masak dan lain-lain. Namun, kualitas air tersebut diduga tidak layak untuk dikonsumsi.

Kesimpulan :
Kabupaten Blora termasuk kabupaten yang masih kurang dalam penyediaan air bersih dan pelayanan sanitasi, hal ini dipengaruhi juga oleh jumlah penduduk yang tergolong padat sehingga menyebabkan banyak masyarakat yang terkena penyakit diare yaitu sebanyak 3.469 kasus pada tahun 2011. Desa Cabeyan mendapat prioritas pertama pelaksanaan program WSLIC karena di desa tersebut telah cukup memenuhi kriteria oleh Badan Perecanaan Pembangunan Nasional yaitu indeks kemiskinan yang tertinggi diantara keempat desa lainnya, begitu juga dengan jumlah penduduk yang terbanyak diantara keempat desa lainnya. Sedangkan, Desa Mernung mendapat prioritas terakhir karena di desa ini mempunyai jumlah penduduk tersedikit diantara keempat desa lainnya walaupun indeks kemiskinannya berada di urutan kedua tertinggi diantara keempat desa lainnya.

Daftar Pustaka :
Sari, E. Y. 2008. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan Di Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Buku putih sanitasi Kabupaten Blora

Hasil sensus penduduk BPS tahun 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar