PENGGUNAAN
BAHASA MELAYU PADA HIKAYAT
OLEH :
1) FADHILATUS
SHOIMAH (08)
2) GEA
RIZKIA NAHAWA (11)
KELAS
XI IPA 7
SMA
N 1 REMBANG
2011/2012
i
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA
ILIMIAH BAHASA INDONESIA
Judul
:
“
PENGGUNAAN BAHASA MELAYU PADA HIKAYAT HANG TUAH “
Telah
disahkan atau disetujui pada tanggal
.............
Oleh
:
Kepala
Sekolah SMA N 1 Rembang Guru Bahasa
Indonesia
Drs.
Setya Purwoko
Drs.SLAMET
SUSENO,M.Si
NIP.
19630328 198803 1 003 NIP.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul Penggunaan Bahasa Melayu dalam Hikayat.
Karya ilmiah ini berisi tentang bahasa Melayu
dalam bacaan Hikayat.Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi tentang
bahasa Melayu yang sering digunakan dalam bacaan-bacaan Hikayat.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami baik langsung maupun tidak langsung dan dalam
hal sarana maupun prasarananya sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.Dan
tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Seno yang telah membimbing
kami untuk membuat makalah ini dengan benar.
Akhirnya tanpa mengurangi tanggung jawab kami
atas kemungkinan adanya kekurangan maupun kelemahan dalam makalah ini, kritik
serta saran yang membangun dari Pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah yang kamu buat ini di masa yang akan datang.
Terimakasih.
15
Februari 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Bagian
Pembuka
- Halaman judul……………………………………………………i
- Halaman pengesahan……………………………………………ii
- Kata pengantar………………………………………………….iii
- Daftar isi………………………………………………………...iv
Bagian Isi
BAB I
Pendahuluan
- Latar belakang masalah…………………………………………
- Rumusan masalah……………………………………………….
- Pembatasan masalah…………………………………………….
- Tujuan penelitian………………………………………………..
- Manfaat penelitian………………………………………………
BAB II
Tinjauan Pustaka
- Pembahasan teori………………………………………………...
- Pengajuan hipotesis………………………………………………
BAB III
Metodologi penelitian
- Waktu dan tempat penelitian……………………………………..
- Metode penelitian………………………………………………...
- Populasi dan sampel……………………………………………...
BAB IV
Pembahasan
- Hasil penelitian………………………………………………
BAB V
PENUTUP
- Kesimpulan…………………………………………………...
- Saran………………………………………………………….
- Daftar pustaka………………………………………………...
BAB
I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Salah
satu kekayaan sastra Indonesia berasal dari peninggalan sastrawan
Melayu.Sastrawan Melayu mengalamai zaman keemasan pada masa kerajaan Islam disepanjang
semenanjung Melayu, misalnya Kesultanan Lingga di Kepulauan Riau.Pada masa-masa
kesusastraan mengalami zaman keemasan, karena pemerintah menaruh perhatian
besar pada sastra.Menulis menjadi pekerjaan keratin yang dihormati
masyarakat.Di kalangan istana-istana tradisional Melayu, kronik dan puisi
mungkin diperintahkan bahkan dibawah pengawasan raja, pangeran, atau bangasawan
yang berkuasa,tetapi isi karangan dipertanggungjawabkan kepada orang yang ahli
yaiut seorang pengarang.karya sastra menjadi alat yang efektive untuk menambah
pengetahuan Bahasa, agama, dan tata laku yang benar.Masyarakat Melayu menyambut
dengan baik kebijakan pemerintah di bidang sastra, budaya baca tulis berkembang
dengan sangat pesat bahkan sastra menjadi alat untuk mempertahankan diri dari
pengaruh huruf dunia luar.
Salah
satu pengarang Melayu legendaris adalah Raja Ali Haji.kemahiran dalam agama,
silsilah, sejarah, kesusastraan, dan hukum menjadikan Raja Ali Haji tokoh yang
amat tenar.Karya terkenal yang dihasilakannya adalah Tuhfat-Al Nafis ( hadiah
yang berharga), yang ditulis bersama ayahnya, Raja Ahmad.Sebelumnya, Raja Ali
Haji juga menulis silsilah Melayu dan Bugis.Materi pada silsilah Melayu dan
Bugis banyak dikembangkan pada Tuhfat-Al Nafis.Pada paruh abad 19, banyak naskah
Melayu dikumpulkan oleh pejabat Belanda, baik untuk kepentingan pribadi maupun
atas instruksi dari pemerintah pusat di Batavia.Residen Elisa Netscher (1861 –
1870) dengan cermat mengumpulkan, mentranskrip, dan menerjemahkan sejumlah
karya dan diterbitkan dalam beberapa majalah Belanda yang terkenal.Hal ini
menunjukkan betapa berharganya naskah Melayu
Karya
sastra Melayu klasik tidak hanya mengacu pada karya prosa dan puisi Melayu,
sebab istilah sastra mengacui pada semua hasil yang dihasilkan pada zaman
kerajaan Melayu.Karya tulis tersebut berupa sejarah atau silsilah, agama,
bahasa, pedoman tata laku, pantun, dan Hikayat.Karya tulis tersebut dituangkan
dengan bahasa sastra, sehingga karya tersebut disebut sebagai krya sastra
Melayu.Seiring dengan perjalanan waktu, karya tersebut akhirnya menjadi karya
sastra Melayu klasik.
Salah
satu jenis karya sastra yang berkembang pada masa Kerajaan Melayu pada abad
ke-18 adalah Hikayat. Pada karya ilmiah inilah, kami akan membahas mengenai
Hikayat. Hikayat mengisahkan kehidupan para Raja dan kalangan bangsawaan.Salah
satu fungsi Hikayat adalah menyampaikan nasihat.Hikayat juga disebut sebagai cerita berbingkai yang artinya kisah
dikembangkan melalui sebuah kisah yang dituturkan seorang juru cerita.Sedangkan
pengertian Hikayat adalah karya sastra lama berisi cerita, baik sejarah maupun
cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang,
atau sekedar untuk meramaikan pesta.Misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat seribu
satu malam, hikayat Bayan Budiman, Hikayat Kalilah dan Dimnan, Hikayat Singa
dan Lembu, dan Hikayat Si Miskin.
Hikayat
merupakan bentuk cerita yang berasal dari bahasa Arab. Hikayat mulai dikenal di
Indonesia sejak masuknya ajaran agama islam ke Indonesia.Hikayat berasal dari
bahasa Arab “ Hikayah “ yang berarti kisah, cerita atau dongeng.dalam sastra
Melayu lama Hikayat diartikan sebagai cerita rekaan berbentuk prosa panjang
berbahasa Melayu yang menceritakan kehebatan dan kepahlawanan orang ternama
dengan segala kesaktian, keanehan, dan karomah yang mereka miliki.Orang ternama
tersebut Raja, permaisuri, Putra Putri Raja, para kerabat raja ataupun
orang-orang suci.Hikayat juga menceritakan tentang cerita kehidupan seputar
istana, kisah cerita anak-anak raja, pertempuran antar Negara, seorang pahlawan
yang memiliki senjata sakti, dan sebagainya.
Maka dari itu, hikayat juga sering disebut dongeng istana.Hikayat
termasuk genre yang popular dalam masyarakat Melayu dengan jumlah cerita yang
cukup banyak.Kemunculan genre ini merupakan kelanjutan dari cerita pelipue lara
yang berkembang dalam tradisi lisan pada masyarakat, kemudian diperkaya dan
diperindah dengan menambah unsur-unsur Hindhu dan unsur-unsur Islam.Dalam
kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari Hikayat berfungsi sebagai media
pendidikan dan hiburan.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1) Apa
pengertian dari bahasa secara umum dan menurut beberapa ahli ?
2) Apa
yang dimaksud dengan bahasa Melayu ?
3) Apa
pengertian dan ciri-ciri serta unsur-unsur dari Hikayat ?
PEMBATASAN MASALAH
Adapun
pembatasan masalahnya, sebagai berikut :
1) Apa
saja penggunaan bahasa Melayu yang digunakan pada Hikayat berjudul “ Hang
Tuah”.
2) Apa
saja unsur intrinsic dan ekstrinsik yang terdapat pada hikayat Melayu ?
TUJUAN PENELITIAN
Sesuai
dengan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1) Memenuhi
tugas Bahasa Indonesia.
2) Mengetahui
apa pengertian bahasa secara umum dan menurut para tokoh.
3) Mengetahui
apa pengertian bahasa Melayu.
4) Mengetahui
pengertian hikayat beserta ciri-cirinya dan unsur-unsurnya.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian
ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1) Menambah
wawasan kita tentang bahasa Melayu.
2) Memperkuat
rasa nasionalisme kita akan bahasa Nasional, Bahasa Indonesia.
3) Sebagai
ajang berlatih untuk mengadakan penelitian karya ilmiah.
4) Agar
kita mengetahui bahwa Hikayat merupakan khazanah warisan leluhur yang perlu
dilestarikan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
PEMBAHASAN TEORI
·
BAHASA
Berikut ini, pengertian
bahasa menurutbeberapa tokoh ahli :
1) Wilhelm
Von Humboldt seorang sarjana
Jermanmendefinisikan bahasa sebagai sintesis bunyi.
2) Ferdinand de
Saussure seorang sarjana linguistik Swiss pada awal abad ke- 20 menyatakan
bahasa sebagai sistem isyarat.
3) Charles F. Hockett memperkatakan bahasa dari
sudut psikologi behaviurisme, iaitu sistem tabiat-tabiat sangat rumit.
4) John B. Carol juga
meninjau bahasa dari sudut linguistik yang merupakan sistem bunyi vokal
berstruktur dan urutan-urutan bunyi.
5) Bloch dan Trager
mendefinisikan bahasa sebagai satu lambang pertuturan yang arbitrari yang
digunakan anggota masyarakat untuk berkomunikasi.
Secara
umum : Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat
kornunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
è Sebagaimana
kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing
mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan
objek atau konsep yang diwakili Kumpulan kata atau kosa kata itu oleh ahli
bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai penjelasan
artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon.
·
BAHASA MELAYU
"Bahasa
Melayu" adalah Bahasa Kebangsaan negara Malaysia yang termaktub di dalam
Perlembagaan Persekutuan."Bahasa Melayu" adalah bahasa rasmi negara
Malaysia.Penggunaan Bahasa Melayu adalah sepertimana yang diperuntukkan oleh
Akta Bahasa Rasmi.Istilah yang betul untuk digunakan adalah "Bahasa
Melayu" dan bukannya "Bahasa Malaysia".
**
Varian-varian bahasa Melayu
Bahasa
Melayu sangat bervariasi.Penyebab yang utama adalah tidak adanya institusi yang
memiliki kekuatan untuk mengatur pembakuannya.Kerajaan-kerajaan Melayu hanya
memiliki kekuatan regulasi sebatas wilayah kekuasaannya, padahal bahasa Melayu
dipakai oleh orang-orang jauh di luar batas kekuasaan mereka.Akibatnya muncul
berbagai dialek (geografis) maupun sosiolek (dialek sosial). Pemakaian bahasa
ini oleh masyarakat berlatar belakang etnik lain juga memunculkan berbagai
varian kreol di mana-mana, yang masih dipakai hingga sekarang. Bahasa Betawi,
suatu bentuk kreol, bahkan sekarang mulai memengaruhi secara kuat bahasa
Indonesia akibat penggunaannya oleh kalangan muda Jakarta dan dipakai secara
meluas di program-program hiburan televisi nasional.
Ada
kesulitan dalam mengelompokkan bahasa-bahasa Melayu.Sebagaimana beberapa bahasa
di Nusantara, tidak ada batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang
penuturnya bersebelahan secara geografis.Perubahan dialek seringkali bersifat
bertahap. Untuk kemudahan, biasanya dilakukan pengelompokan varian sebagai
berikut:
Bahasa-bahasa Melayu Tempatan (Lokal)
Bahasa-bahasa
Melayu Kerabat (Paramelayu, Paramalay = Melayu "tidak penuh")
Bahasa-bahasa kreol (bukan suku/penduduk
melayu) berdasarkan bahasa Melayu
Jumlah
penutur bahasa Melayu di Indonesia sangat banyak, bahkan dari segi jumlah
melampaui jumlah penutur bahasa Melayu di Malaysia maupun di Brunei Darussalam.
Bahasa Melayu dituturkan mulai sepanjang pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau,
Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu hingga pesisir
Pulau Borneo dan kota Negara, Bali.
·
HIKAYAT
Adalah salah satu
bentuk sastra prosa, yang biasanya ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu.
Umumnya hikayat berisi
tentang kisah, cerita, dan dongeng tentang kehebatan maupun kepahlawanan
seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.
-
Ciri-ciri Hikayat :
1) Isi
cerita berkisar pada tokoh-tokoh raja dan keluarganya (istana sentris).
2) Bersifat
pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sam dengan logika umum,
ada juga yang menyebutnya fantastis.
3) Mempergunakan
banyak bahasa kiasan.
4) Bersifat
anonim ( nama pengarang biasanya tidak dicantumkan ).
5) Berkembang
secara statis dan mempunyai rumus yang baku.
6) Bersifat
imajinatif, hanya bersifat khayal.
7) Lisan,
karena disebarkan lewat mulut ke mulut.
8) Berbahasa
klise, meniru bahasa penutur sebelumnya.
9) Mempergunakan
banyak kata arkais yang khas, misalnya : Hatta, Syahdan, Sahibul hikayat,
menurut empunya cerita, konon, dan tersebutlah perkataan.
10) Tema
dominan dalam hikayat adalah petualangan.Biasanya diakhir kisah tokoh utama
berhasil menjadi Raja atau orang yang mulia.
11) Karya fiksi
12) Menggunakan bahasa melayu yang tidak lazim
dalam bahasa Indonesia.
13) Cerita selalu diawali dengan kata penghubung
yang menyatakan bahwa cerita tersebut tidak diketahui tempat dan waktu secara
pasti
14) Penggunaan kata penghubung “maka” dalam awal
kalimat.
15) Penggunaan kalimat yang tidak efektif
16) Komunal, yaitu hasil sastra yang dianggap
milik bersama
17) Statis, yaitu tidak mengalami perubahan dan
perkembangan
18) Tidak berangka tahun / tidak diketahui secara
pasti kapan karya tersebut dibuat.
PENGAJUAN HIPOTESIS
Pada
karya sastra melayu kuno yaitu Hikayat mempunyai salah satu ciri – ciri /
karakteristik yaitu menggunakan bahasa melayu yang maknanya bisa sangat jauh
berbeda dengan bahasa Indonesia.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
WAKTU DAN TEMPAT
PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan pada :
Tanggal : 13 -14 Februari 2012
Waktu
: 14.00 – 16.00 WIB
Tempat : Ruang kelas XI IPA 7 SMA N 1
REMBANG
METODE PENELITIAN
Kami
mengadakan observasi ini menggunakan metode observasi dan kepustakaan.
Seperti yang kita ketahui observasi adalah
mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalanka dengan melakukan
usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki, penulis
menggunakan tehnik ini merupakan tehnik bantu yang digunakan untuk membantu
memperoleh dan kenyataan langsung mengenai objek yang akan diteliti.
Dan sedangkan metode
kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang
diteliti.Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam metode
ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan
untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah
berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah
dibuat.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
karya ilmiah bahasa Indonesia yang kami buat ini adalah HIKAYAT
Sedangkan
untuk sampelnya, kami memilih sebuah hikayat
yang berjudul “Hang Tuah”.
BAB
VI
PEMBAHASAN
Pada
karya ilmiah ini yang berjudul penggunaan bahasa melayu pada hikayat ini kami
mengambil sampel hikayat Hang Tuah, yang tertulis di bawah ini :
HIKAYAT HANG TUAH
Setelah
sudah segala pegawai dan petuanan bertunggu dengan beberapa alat senjatanya,
maka keesokan harinya, maka rajapun memberi anugrah akan Laksamana pakaian yang
indah-indah dan diberi anugrah anyapan pada tempat raja santap.Setelah sudah
maka rajapun memeluk leher Laksamana seraya dicium baginda kepala Laksamana,
seraya bertitah, “Hai kekasihku Laksamana, segeralah hapuskan arang pada mukaku
ini. “ Maka sembah Laksamana, “ Daulat Tuanku.”
Maka
Laksamanapun meniarap pada kaki raja, seraya memakai dihadapan raja : Pertama
dipakainya digangsi yang bertepi emas dipahat bersirat, diragam dan diikat
pinggang khatifah tujuh belit bersurat ayat Gur’an dan berbaju kesumba murup
bersurat doa besar-besar dan memakai keris parung sari itu.Maka mastul
pemberian Syeikh Mansyur itu dipakainya.Sudah itu maka keris raja itu dipakai
ke hadapan.Setelah sudah maka Laksamanapun bertelut menyembah lalu turun
berjalan diiringkan oleh orangnya empat puluh itu.
Maka
dilihat segala rakyat di dalam negeri Melaka itu Laksamana dititahkan raja
membunuh Si Jebat itu, maka kata orang banyak itu, “ Marilah kita melihat
temasya Laksamana bertikam dengan Si Jebat itu.Sekali ini barulah Si Jebat
beroleh lawan, sama berani dan sama tahu, kerana Laksamana pun banyak tahunya.”
. Maka kata seorang pula, “ Si Jebat tahu banyak maka ia tiada dapat dilawan
orang.” Maka kata seorang pula, “ Si Jebat pun tahu banyak maka ia tiada dapat
dilawan orang.” Maka kata seorang pula, “ Apakah kita perbantahkan ? kita lihat
sekarang”, siapa mati siap hidup pun bertentulah, kerana Laksamana hulu baling
besar; sudah ia bercakap ke bawah Dull Yang Dipertuan masakan ia kembali
sahaja.”
Hatta
dengan demikian Laksamana pun sampailah ke balai gendang.Maka Laksamana
berhenti dibalai gendang mendengar bunyi reban itu terlalu ramai, Si Jebat
makan dengan segala isi istana.Setelah dilihatnya hari hampir tengah hari, maka
didengar oleh Laksamana bunyi reban dan redap itu berhenti, hingga bunyi rebana
kecil juga lagu bunyinya mengalit Si Jebat tidur.Maka Laksamana pun tahulah akan
Si Jebat tidur itu.Maka Laksamana pun melihat ketika dan edaran.Setelah sudah
sampai ketikanya, maka Laksamana pun turun dari balai gendang itu lalu berjalan
masuk ke dalam pagar lalu berdiri di tengah halaman istana itu.Maka segala
orangnya empat puluh itupun berdiri di belakang Laksamana.Maka segala orang
banyak pun berdiri dari jauh melihat temasya; ada yang naik pohon kayu, ada
yang naik bumbungan, ada yang naik ke haling jambatan raja.
Maka
sekalian yang berani masuk berdiri di belakang Laksamana.Maka gemparlah segala
perempuan isi istana itu mendengar bunyi lembing perisai dan tepuk sorak orang
banyak mengepung istana itu.Maka Hang Jebat pun terkejut daripada tidurnya lalu
bangun.Maka Laksamana pun berseru-seru, katanya, “ Hati Si Jebat durhaka!
Tiadakah setiamu pada tuanmu ?Jika engkau berani, marilah engkau turun
bertikam.“ Maka didengarnya bunyi lembing perisai gemeretak dan bunyi suara
orang terlalu gempita.
Maka
di dalam hatinya, “ Rupanya yang datang ini.” Maka Hang Jebat pun menghunus
kerisnya lalu dikikirnya.Maka Laksamana pun berseru-seru pula, katanya, “ Hai
Si Jebat durhaka ! Sungguh engkau berani tiada berlawan !Marilah engkau turun
dari istana ini bertikang bersama seorang.” Maka suara itupun terdengar kepada
Hang Jebat, dikenalnya suara Laksamana.Maka Hang Jebat, ia pun naik ke
peranginan; maka dibukanya peranginan itu, maka dilihatnya Laksamana berdiri di
tengah halaman itu.
Maka
Hang Jebat pun berdebar-debar hatinya ; ia pun fikir dalam hatinya ; “ Adapun
Hang Tuah itu sudah dibunuh Bendahara ; sekarang Laksamana itu tiada dalam
dunia ini, siapa pula yang datang ini seperti Laksamana pun sikapnya dan
lakunya ? Kalau mataku bekas tidur ini gerangan, maka jadi salah pemandangku ?”
Maka
Hang Jebat pun turun dari peranginan itu lau ia mandi pada pasu emas itu dan
dibasuh mukanya.Setelah sudah maka Hang Jebat pun memakai pakaian kerajaan lalu
ia membuka pintu itu.Maka Laksamana pun
berseru-seru.Katanya, “ Hai Si Jebat, segeralah engkau turun.Jika engkau tiada
turun, sekarang istana ini kunaiki, tetapi sukar kita bertikam.” Setelah Hang
Jebat mendengar suara Laksamana itu, maka ia pun membuka pintu itu sedikit ;
maka dilihatnya Laksamana di peramatamatinya, di kenalkannya itu Laksamana.Maka
nyatalah Laksamana itu.Maka Hang Jebat pun hairan.
Maka
dilihatnya oleh Laksamana Hang Jebat membuka pintu istana itu , maka Laksamana
pun menyingsing tangan bajunya.Maka kata Laksamana, “ Cih, Si Jebat durhaka !
Mati engkau olehku !“ Maka Hang Jebat pun segera menutup pintu istana itu
seraya berkata, “ Siapa engkau yang datang hendak bertikam dengan aku itu dan
siapa namamu ?” Maka kata Laksamana, “ Hai Si Jebat durhaka, takutkah engkau
akan aku bertanya ? Akulah Laksamana, baharu datang dari berguru di hulu
Melaka. “ Maka sahut Jebat, “ Hai Laksamana, baharu datang dari berguru di hulu
Melaka. ‘ Maka sahut Jebat, “ Hai Laksamana, bahwa aku tiada takut akan
engkau.Kudengar engkau sudah dibunuh oleh Bendahara ; sebab itulah maka aku
harian. “
Maka
kata Laksamana, “ Akulah Hang Tuah dititahkan Dulli Yang Dipertuan membunuh
engkau, karena aku tiada mati ; aku ditaruh oleh Bendahara di hulu Melaka. “
Setelah Hang Jebat mendengar kata Laksamana demikian, maka ia pun heran, seraya
berkata, “ Hai Orang Kaya Laksamana, keranamu lah maka aku berbuat pekerjaan
ini.pada bicaraku, engkau tiada dalam dunia ini lagi.Jika aku tahu akan engkau
ada hidup ; demi Allah dan RasulNya, tiada aku berbuat pekerjaan yang demikian
in. “ Maka kata Hang Jebat, “ Hai Laksamana, sekali-kali tiada aku menyesal dan
takut akan mati, tetapi aku tahu akan kematianku pada tanganmu dimana dapat
kusalahi lagi ? Tetapi tuan hamba lihatlah tikam Si Jebat durhaka ini, empat
puluh hari orang Melaka membuangkan bangkai dalam negeri Melaka ini dan tiada
menderita bau busuk bangkai.Segala-gala jahata jangan kepalang ; kuperbuat
sungguh-sungguh.” Maka sahut Laksamana, “ Hai Si Jebat tersalah citamu itu
“
Adapun pekerjaanmu durhaka pada tuanmu itu berapa dosanya kepada Allah, tiada
tertanggung olehmu di dalam akhirat jemah.Akan sekarang engkau hendak membunuh
orang yang tiada berdosa pula berpuluh-puluh ribu itu ; benarkan bicaramu itu ?
“ Maka kata Hang Jebat, “ Apakah dayaku ? Sekalian itu dengan kehendaknya juga
; tiada dengan kuasaku berbuat itu, supaya namaku masyhur pada segala negeri, “
Maka kata Hang Jebat, “ Adapun aku tiada mau turun dari istana ini berlawanan
dengan engkau, kerana engkau hulu baling besar lagi ternama ; tiada boleh
kupermudahkan seperti lawan yang dahulu itu dan engkau saudara tua padaku ;
tiada baik.Jika engkau hendak bertikam dengan aku, marilah naik.Maka sahut
Laksamana, “ Bukakan lah pintu itu.” Maka kata Hang Jebat, “ nantilah aku
seketika lagi ; aku hendak berlangirkan kerisku.”
·
Penggunaan bahasa
Melayu pada Hikayat tersebut, terdapat pada kalimat :
1) Maka
rajapun memberi anugrah akan Laksamana pakaian yang indah-indah dan diberi anugrah
anyapan pada tempat raja santap.
2) Marilah
kita melihat temasya Laksamana bertikam dengan Si Jebat itu.
3) Sudah
ia bercakap ke bawah Dull Yang Dipertuan masakan ia kembali sahaja.”
4) Hatta
dengan demikian Laksamana pun sampailah ke balai gendang.
5) Maka
Hang Jebat pun menghunus kerisnya lalu dikikirnya.
6) Ada
yang naik ke haling jambatan raja.
7) Adapun
Hang Tuah itu sudah dibunuh Bendahara.
8) Kalau
mataku bekas tidur ini gerangan, maka jadi salah pemandangku
?
9) Maka
Hang Jebat pun turun dari peranginan itu lau ia mandi pada pasu emas
itu dan dibasuh mukanya.
10) Maka
dilihatnya Laksamana di peramatamatinya, di kenalkannya itu Laksamana.
11) Maka
Hang Jebat pun hairan.
12) Kudengar
engkau sudah dibunuh oleh Bendahara ; sebab itulah maka aku harian. “
13) Segala-gala
jahata jangan kepalang ; kuperbuat sungguh-sungguh.” Maka sahut
Laksamana, “ Hai Si Jebat tersalah citamu itu
14) Tetapi
tuan hamba lihatlah tikam Si Jebat durhaka ini.
15) Kerana
engkau hulu baling besar lagi ternama.
16) Nantilah
aku seketika lagi ; aku hendak berlangirkan kerisku.”
17) Maka
Laksamana pun melihat ketika dan edaran
18) dengan
beberapa alat senjatanya. Setelah sudah segala pegawai dan petuanan
bertunggu
19) Setelah
sudah maka Laksamana pun bertelut menyembah lalu turun berjalan
diiringkan oleh orangnya empat puluh itu.
20) Tetapi
tuan hamba lihatlah tikam Si Jebat durhaka ini, empat puluh hari orang
Melaka membuangkan bangkai dalam negeri Melaka ini dan tiada menderita bau
busuk bangkai
21) Tiada
boleh kupermudahkan seperti lawan yang dahulu itu dan engkau saudara tua
padaku.
22) Maka
Hang Jebat, ia pun naik ke peranginan; maka dibukanya peranginan itu, maka
dilihatnya Laksamana berdiri di tengah halaman itu.
23) Apakah
kita perbantahkan ? kita lihat sekarang
24) Maka
kata Hang Jebat, “ Apakah dayaku ? Sekalian itu dengan kehendaknya juga ;
tiada dengan kuasaku berbuat itu, supaya namaku masyhur pada segala negeri,
“
-
Unsur-unsur Intrinsik
Hikayat :
1) Plot
/ Alur Cerita
2) Tokoh
3) Latar
/ Setting
4) Tema
5) Sudut
pandang pengarang
6) Bahasa
yang digunakan pengarang
7) Amanat
8) Penokohan
-
Unsur-unsur Ekstrinsik
Hikayat :
1) Religi
2) Latar
belakang social budaya pengarang
3) Latar
belakang pendidikan pengarang
4) Adat
istiadat
5) Status
ekonomi
BAB
V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam
karya sastra Melayu klasik dalam hal ini yaitu Hikayat mempunyai salah satu
karakteristik atau ciri-ciri yaitu menggunakan bahasa Melayu yang maknanya
mungkin bisa sangat jauh berbeda dengan bahas Indonesia.
SARAN
Dari
penjelasan diatas ada saran yang ingin kami sampaikan :
·
Sebagai generasi muda
penerus bangsa yang turut menyumbang dalam pembangunan negara, sebaiknya kita
memperhatikan dengan seksama masalah keanekaragaman bahasa Melayu, dalam
penggunaannya pada Hikayat
·
Sebagai warga Indonesia
yang baik kita harus bersama-sama menjaga warisan budaya nenek moyang kita,
dalam hal ini khusunya karya sastra Melayu klasik ( Hikayat ).
DAFTAR
PUSTAKA
Wahyuni,Sri.2007.BAHASA
INDONESIA.Solo.putra kertonatan
Tim
MGMP.2007.BAHASA INDONESIA.Rembang.DK
Darmawati,Uti.2011.PR
BAHASA INDONESIA.Klaten.Intan Pariwara
Fibrianti,Ika,2011.PR
BAHASA INDONESIA.Klaten.Intan Pariwara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar