Jumat, 02 Mei 2014

Makalah Bahasa Indonesia-Penggunaan Bahasa Melayu pada Hikayat

PENGGUNAAN BAHASA MELAYU PADA HIKAYAT





                                                           
















OLEH :

1)      FADHILATUS SHOIMAH (08)
2)      GEA RIZKIA NAHAWA     (11)


KELAS XI IPA 7
SMA N 1 REMBANG
2011/2012
                                                                                                                                    i
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA ILIMIAH BAHASA INDONESIA

Judul :

“ PENGGUNAAN BAHASA MELAYU PADA HIKAYAT HANG TUAH “


Telah disahkan atau disetujui pada tanggal  .............
Oleh :


Kepala Sekolah SMA N 1 Rembang                           Guru Bahasa Indonesia           



Drs. Setya Purwoko                                                   Drs.SLAMET SUSENO,M.Si
NIP. 19630328 198803 1 003                                     NIP.

                                               
                                                                                                                                                                       








KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Penggunaan Bahasa Melayu dalam Hikayat.
Karya ilmiah ini berisi tentang bahasa Melayu dalam bacaan Hikayat.Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi tentang bahasa Melayu yang sering digunakan dalam bacaan-bacaan Hikayat.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami baik langsung maupun tidak langsung dan dalam hal sarana maupun prasarananya sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.Dan tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Seno yang telah membimbing kami untuk membuat makalah ini dengan benar.
Akhirnya tanpa mengurangi tanggung jawab kami atas kemungkinan adanya kekurangan maupun kelemahan dalam makalah ini, kritik serta saran yang membangun dari Pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang kamu buat ini di masa yang akan datang.
Terimakasih.

                                                                                                                                                                                                                                    15 Februari 2012

                                                                                                                                                             Penulis



                                                                       

                                   
DAFTAR ISI
Bagian Pembuka
  • Halaman judul……………………………………………………i
  • Halaman pengesahan……………………………………………ii
  • Kata pengantar………………………………………………….iii
  • Daftar isi………………………………………………………...iv
Bagian Isi
BAB I
Pendahuluan
  • Latar belakang masalah…………………………………………
  • Rumusan masalah……………………………………………….
  • Pembatasan masalah…………………………………………….
  • Tujuan penelitian………………………………………………..
  • Manfaat penelitian………………………………………………
BAB II
Tinjauan Pustaka
  • Pembahasan teori………………………………………………...
  • Pengajuan hipotesis………………………………………………
BAB III
 Metodologi penelitian
  • Waktu dan tempat penelitian……………………………………..
  • Metode penelitian………………………………………………...
  • Populasi dan sampel……………………………………………...
BAB IV
Pembahasan
  • Hasil penelitian………………………………………………
BAB V
PENUTUP
  • Kesimpulan…………………………………………………...
  • Saran………………………………………………………….
  • Daftar pustaka………………………………………………...




















BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Salah satu kekayaan sastra Indonesia berasal dari peninggalan sastrawan Melayu.Sastrawan Melayu mengalamai zaman keemasan pada masa kerajaan Islam disepanjang semenanjung Melayu, misalnya Kesultanan Lingga di Kepulauan Riau.Pada masa-masa kesusastraan mengalami zaman keemasan, karena pemerintah menaruh perhatian besar pada sastra.Menulis menjadi pekerjaan keratin yang dihormati masyarakat.Di kalangan istana-istana tradisional Melayu, kronik dan puisi mungkin diperintahkan bahkan dibawah pengawasan raja, pangeran, atau bangasawan yang berkuasa,tetapi isi karangan dipertanggungjawabkan kepada orang yang ahli yaiut seorang pengarang.karya sastra menjadi alat yang efektive untuk menambah pengetahuan Bahasa, agama, dan tata laku yang benar.Masyarakat Melayu menyambut dengan baik kebijakan pemerintah di bidang sastra, budaya baca tulis berkembang dengan sangat pesat bahkan sastra menjadi alat untuk mempertahankan diri dari pengaruh huruf dunia luar.
Salah satu pengarang Melayu legendaris adalah Raja Ali Haji.kemahiran dalam agama, silsilah, sejarah, kesusastraan, dan hukum menjadikan Raja Ali Haji tokoh yang amat tenar.Karya terkenal yang dihasilakannya adalah Tuhfat-Al Nafis ( hadiah yang berharga), yang ditulis bersama ayahnya, Raja Ahmad.Sebelumnya, Raja Ali Haji juga menulis silsilah Melayu dan Bugis.Materi pada silsilah Melayu dan Bugis banyak dikembangkan pada Tuhfat-Al Nafis.Pada paruh abad 19, banyak naskah Melayu dikumpulkan oleh pejabat Belanda, baik untuk kepentingan pribadi maupun atas instruksi dari pemerintah pusat di Batavia.Residen Elisa Netscher (1861 – 1870) dengan cermat mengumpulkan, mentranskrip, dan menerjemahkan sejumlah karya dan diterbitkan dalam beberapa majalah Belanda yang terkenal.Hal ini menunjukkan betapa berharganya naskah Melayu
Karya sastra Melayu klasik tidak hanya mengacu pada karya prosa dan puisi Melayu, sebab istilah sastra mengacui pada semua hasil yang dihasilkan pada zaman kerajaan Melayu.Karya tulis tersebut berupa sejarah atau silsilah, agama, bahasa, pedoman tata laku, pantun, dan Hikayat.Karya tulis tersebut dituangkan dengan bahasa sastra, sehingga karya tersebut disebut sebagai krya sastra Melayu.Seiring dengan perjalanan waktu, karya tersebut akhirnya menjadi karya sastra Melayu klasik.
Salah satu jenis karya sastra yang berkembang pada masa Kerajaan Melayu pada abad ke-18 adalah Hikayat. Pada karya ilmiah inilah, kami akan membahas mengenai Hikayat. Hikayat mengisahkan kehidupan para Raja dan kalangan bangsawaan.Salah satu fungsi Hikayat adalah menyampaikan nasihat.Hikayat juga disebut sebagai cerita berbingkai yang artinya kisah dikembangkan melalui sebuah kisah yang dituturkan seorang juru cerita.Sedangkan pengertian Hikayat adalah karya sastra lama berisi cerita, baik sejarah maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta.Misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat seribu satu malam, hikayat Bayan Budiman, Hikayat Kalilah dan Dimnan, Hikayat Singa dan Lembu, dan Hikayat Si Miskin.
Hikayat merupakan bentuk cerita yang berasal dari bahasa Arab. Hikayat mulai dikenal di Indonesia sejak masuknya ajaran agama islam ke Indonesia.Hikayat berasal dari bahasa Arab “ Hikayah “ yang berarti kisah, cerita atau dongeng.dalam sastra Melayu lama Hikayat diartikan sebagai cerita rekaan berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu yang menceritakan kehebatan dan kepahlawanan orang ternama dengan segala kesaktian, keanehan, dan karomah yang mereka miliki.Orang ternama tersebut Raja, permaisuri, Putra Putri Raja, para kerabat raja ataupun orang-orang suci.Hikayat juga menceritakan tentang cerita kehidupan seputar istana, kisah cerita anak-anak raja, pertempuran antar Negara, seorang pahlawan yang memiliki senjata sakti, dan sebagainya.  Maka dari itu, hikayat juga sering disebut dongeng istana.Hikayat termasuk genre yang popular dalam masyarakat Melayu dengan jumlah cerita yang cukup banyak.Kemunculan genre ini merupakan kelanjutan dari cerita pelipue lara yang berkembang dalam tradisi lisan pada masyarakat, kemudian diperkaya dan diperindah dengan menambah unsur-unsur Hindhu dan unsur-unsur Islam.Dalam kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari Hikayat berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan.


RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1)      Apa pengertian dari bahasa secara umum dan menurut beberapa ahli ?
2)      Apa yang dimaksud dengan bahasa Melayu ?
3)      Apa pengertian dan ciri-ciri serta unsur-unsur dari Hikayat ?

PEMBATASAN MASALAH
Adapun pembatasan masalahnya, sebagai berikut :
1)      Apa saja penggunaan bahasa Melayu yang digunakan pada Hikayat berjudul “ Hang Tuah”.
2)      Apa saja unsur intrinsic dan ekstrinsik yang terdapat pada hikayat Melayu ?

TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1)      Memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
2)      Mengetahui apa pengertian bahasa secara umum dan menurut para tokoh.
3)      Mengetahui apa pengertian bahasa Melayu.
4)      Mengetahui pengertian hikayat beserta ciri-cirinya dan unsur-unsurnya.

MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1)      Menambah wawasan kita tentang bahasa Melayu.
2)      Memperkuat rasa nasionalisme kita akan bahasa Nasional, Bahasa Indonesia.
3)      Sebagai ajang berlatih untuk mengadakan penelitian karya ilmiah.
4)      Agar kita mengetahui bahwa Hikayat merupakan khazanah warisan leluhur yang perlu dilestarikan.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN TEORI
·         BAHASA
Berikut ini, pengertian bahasa menurutbeberapa  tokoh ahli :
1)      Wilhelm Von Humboldt seorang sarjana  Jermanmendefinisikan bahasa sebagai sintesis bunyi.
2) Ferdinand de Saussure seorang sarjana linguistik Swiss pada awal abad ke- 20 menyatakan bahasa sebagai sistem isyarat.
3)  Charles F. Hockett memperkatakan bahasa dari sudut psikologi behaviurisme, iaitu sistem tabiat-tabiat sangat rumit.
4) John B. Carol juga meninjau bahasa dari sudut linguistik yang merupakan sistem bunyi vokal berstruktur dan urutan-urutan bunyi.
5) Bloch dan Trager mendefinisikan bahasa sebagai satu lambang pertuturan yang arbitrari yang digunakan anggota masyarakat untuk berkomunikasi.
Secara umum : Secara umum bahasa didefinisikan sebagai lambang. Bahasa adalah alat kornunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia.
è Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili Kumpulan kata atau kosa kata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon.
·         BAHASA MELAYU
"Bahasa Melayu" adalah Bahasa Kebangsaan negara Malaysia yang termaktub di dalam Perlembagaan Persekutuan."Bahasa Melayu" adalah bahasa rasmi negara Malaysia.Penggunaan Bahasa Melayu adalah sepertimana yang diperuntukkan oleh Akta Bahasa Rasmi.Istilah yang betul untuk digunakan adalah "Bahasa Melayu" dan bukannya "Bahasa Malaysia".

** Varian-varian bahasa Melayu
Bahasa Melayu sangat bervariasi.Penyebab yang utama adalah tidak adanya institusi yang memiliki kekuatan untuk mengatur pembakuannya.Kerajaan-kerajaan Melayu hanya memiliki kekuatan regulasi sebatas wilayah kekuasaannya, padahal bahasa Melayu dipakai oleh orang-orang jauh di luar batas kekuasaan mereka.Akibatnya muncul berbagai dialek (geografis) maupun sosiolek (dialek sosial). Pemakaian bahasa ini oleh masyarakat berlatar belakang etnik lain juga memunculkan berbagai varian kreol di mana-mana, yang masih dipakai hingga sekarang. Bahasa Betawi, suatu bentuk kreol, bahkan sekarang mulai memengaruhi secara kuat bahasa Indonesia akibat penggunaannya oleh kalangan muda Jakarta dan dipakai secara meluas di program-program hiburan televisi nasional.
Ada kesulitan dalam mengelompokkan bahasa-bahasa Melayu.Sebagaimana beberapa bahasa di Nusantara, tidak ada batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang penuturnya bersebelahan secara geografis.Perubahan dialek seringkali bersifat bertahap. Untuk kemudahan, biasanya dilakukan pengelompokan varian sebagai berikut:
    Bahasa-bahasa Melayu Tempatan (Lokal)
Bahasa-bahasa Melayu Kerabat (Paramelayu, Paramalay = Melayu "tidak penuh")
    Bahasa-bahasa kreol (bukan suku/penduduk melayu) berdasarkan bahasa Melayu
Jumlah penutur bahasa Melayu di Indonesia sangat banyak, bahkan dari segi jumlah melampaui jumlah penutur bahasa Melayu di Malaysia maupun di Brunei Darussalam. Bahasa Melayu dituturkan mulai sepanjang pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu hingga pesisir Pulau Borneo dan kota Negara, Bali.
·         HIKAYAT
Adalah salah satu bentuk sastra prosa, yang biasanya ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu.
Umumnya hikayat berisi tentang kisah, cerita, dan dongeng tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama.


-          Ciri-ciri Hikayat :
1)      Isi cerita berkisar pada tokoh-tokoh raja dan keluarganya (istana sentris).
2)      Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sam dengan logika umum, ada juga yang menyebutnya fantastis.
3)      Mempergunakan banyak bahasa kiasan.
4)      Bersifat anonim ( nama pengarang biasanya tidak dicantumkan ).
5)      Berkembang secara statis dan mempunyai rumus yang baku.
6)      Bersifat imajinatif, hanya bersifat khayal.
7)      Lisan, karena disebarkan lewat mulut ke mulut.
8)      Berbahasa klise, meniru bahasa penutur sebelumnya.
9)      Mempergunakan banyak kata arkais yang khas, misalnya : Hatta, Syahdan, Sahibul hikayat, menurut empunya cerita, konon, dan tersebutlah perkataan.
10)  Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan.Biasanya diakhir kisah tokoh utama berhasil menjadi Raja atau orang yang mulia.
11)   Karya fiksi
12)   Menggunakan bahasa melayu yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia.
13)   Cerita selalu diawali dengan kata penghubung yang menyatakan bahwa cerita tersebut tidak diketahui tempat dan waktu secara pasti
14)   Penggunaan kata penghubung “maka” dalam awal kalimat.
15)   Penggunaan kalimat yang tidak efektif
16)   Komunal, yaitu hasil sastra yang dianggap milik bersama
17)   Statis, yaitu tidak mengalami perubahan dan perkembangan
18)   Tidak berangka tahun / tidak diketahui secara pasti kapan karya tersebut dibuat.

PENGAJUAN HIPOTESIS
Pada karya sastra melayu kuno yaitu Hikayat mempunyai salah satu ciri – ciri / karakteristik yaitu menggunakan bahasa melayu yang maknanya bisa sangat jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada :
Tanggal           : 13 -14 Februari 2012
Waktu                         : 14.00 – 16.00 WIB
Tempat            : Ruang kelas XI IPA 7 SMA N 1 REMBANG

METODE PENELITIAN
Kami mengadakan observasi ini menggunakan metode observasi dan kepustakaan.
Seperti yang kita ketahui observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalanka dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki, penulis menggunakan tehnik ini merupakan tehnik bantu yang digunakan untuk membantu memperoleh dan kenyataan langsung mengenai objek yang akan diteliti.
Dan sedangkan metode kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat.

POPULASI DAN SAMPEL
Populasi karya ilmiah bahasa Indonesia yang kami buat ini adalah HIKAYAT
Sedangkan untuk sampelnya, kami memilih sebuah  hikayat yang berjudul “Hang Tuah”.



BAB VI
PEMBAHASAN

Pada karya ilmiah ini yang berjudul penggunaan bahasa melayu pada hikayat ini kami mengambil sampel hikayat Hang Tuah, yang tertulis di bawah ini :

HIKAYAT HANG TUAH

Setelah sudah segala pegawai dan petuanan bertunggu dengan beberapa alat senjatanya, maka keesokan harinya, maka rajapun memberi anugrah akan Laksamana pakaian yang indah-indah dan diberi anugrah anyapan pada tempat raja santap.Setelah sudah maka rajapun memeluk leher Laksamana seraya dicium baginda kepala Laksamana, seraya bertitah, “Hai kekasihku Laksamana, segeralah hapuskan arang pada mukaku ini. “ Maka sembah Laksamana, “ Daulat Tuanku.”
Maka Laksamanapun meniarap pada kaki raja, seraya memakai dihadapan raja : Pertama dipakainya digangsi yang bertepi emas dipahat bersirat, diragam dan diikat pinggang khatifah tujuh belit bersurat ayat Gur’an dan berbaju kesumba murup bersurat doa besar-besar dan memakai keris parung sari itu.Maka mastul pemberian Syeikh Mansyur itu dipakainya.Sudah itu maka keris raja itu dipakai ke hadapan.Setelah sudah maka Laksamanapun bertelut menyembah lalu turun berjalan diiringkan oleh orangnya empat puluh itu.
Maka dilihat segala rakyat di dalam negeri Melaka itu Laksamana dititahkan raja membunuh Si Jebat itu, maka kata orang banyak itu, “ Marilah kita melihat temasya Laksamana bertikam dengan Si Jebat itu.Sekali ini barulah Si Jebat beroleh lawan, sama berani dan sama tahu, kerana Laksamana pun banyak tahunya.” . Maka kata seorang pula, “ Si Jebat tahu banyak maka ia tiada dapat dilawan orang.” Maka kata seorang pula, “ Si Jebat pun tahu banyak maka ia tiada dapat dilawan orang.” Maka kata seorang pula, “ Apakah kita perbantahkan ? kita lihat sekarang”, siapa mati siap hidup pun bertentulah, kerana Laksamana hulu baling besar; sudah ia bercakap ke bawah Dull Yang Dipertuan masakan ia kembali sahaja.”
Hatta dengan demikian Laksamana pun sampailah ke balai gendang.Maka Laksamana berhenti dibalai gendang mendengar bunyi reban itu terlalu ramai, Si Jebat makan dengan segala isi istana.Setelah dilihatnya hari hampir tengah hari, maka didengar oleh Laksamana bunyi reban dan redap itu berhenti, hingga bunyi rebana kecil juga lagu bunyinya mengalit Si Jebat tidur.Maka Laksamana pun tahulah akan Si Jebat tidur itu.Maka Laksamana pun melihat ketika dan edaran.Setelah sudah sampai ketikanya, maka Laksamana pun turun dari balai gendang itu lalu berjalan masuk ke dalam pagar lalu berdiri di tengah halaman istana itu.Maka segala orangnya empat puluh itupun berdiri di belakang Laksamana.Maka segala orang banyak pun berdiri dari jauh melihat temasya; ada yang naik pohon kayu, ada yang naik bumbungan, ada yang naik ke haling jambatan raja.
Maka sekalian yang berani masuk berdiri di belakang Laksamana.Maka gemparlah segala perempuan isi istana itu mendengar bunyi lembing perisai dan tepuk sorak orang banyak mengepung istana itu.Maka Hang Jebat pun terkejut daripada tidurnya lalu bangun.Maka Laksamana pun berseru-seru, katanya, “ Hati Si Jebat durhaka! Tiadakah setiamu pada tuanmu ?Jika engkau berani, marilah engkau turun bertikam.“ Maka didengarnya bunyi lembing perisai gemeretak dan bunyi suara orang terlalu gempita.
Maka di dalam hatinya, “ Rupanya yang datang ini.” Maka Hang Jebat pun menghunus kerisnya lalu dikikirnya.Maka Laksamana pun berseru-seru pula, katanya, “ Hai Si Jebat durhaka ! Sungguh engkau berani tiada berlawan !Marilah engkau turun dari istana ini bertikang bersama seorang.” Maka suara itupun terdengar kepada Hang Jebat, dikenalnya suara Laksamana.Maka Hang Jebat, ia pun naik ke peranginan; maka dibukanya peranginan itu, maka dilihatnya Laksamana berdiri di tengah halaman itu.
Maka Hang Jebat pun berdebar-debar hatinya ; ia pun fikir dalam hatinya ; “ Adapun Hang Tuah itu sudah dibunuh Bendahara ; sekarang Laksamana itu tiada dalam dunia ini, siapa pula yang datang ini seperti Laksamana pun sikapnya dan lakunya ? Kalau mataku bekas tidur ini gerangan, maka jadi salah pemandangku ?”
Maka Hang Jebat pun turun dari peranginan itu lau ia mandi pada pasu emas itu dan dibasuh mukanya.Setelah sudah maka Hang Jebat pun memakai pakaian kerajaan lalu ia membuka pintu itu.Maka Laksamana  pun berseru-seru.Katanya, “ Hai Si Jebat, segeralah engkau turun.Jika engkau tiada turun, sekarang istana ini kunaiki, tetapi sukar kita bertikam.” Setelah Hang Jebat mendengar suara Laksamana itu, maka ia pun membuka pintu itu sedikit ; maka dilihatnya Laksamana di peramatamatinya, di kenalkannya itu Laksamana.Maka nyatalah Laksamana itu.Maka Hang Jebat pun hairan.
Maka dilihatnya oleh Laksamana Hang Jebat membuka pintu istana itu , maka Laksamana pun menyingsing tangan bajunya.Maka kata Laksamana, “ Cih, Si Jebat durhaka ! Mati engkau olehku !“ Maka Hang Jebat pun segera menutup pintu istana itu seraya berkata, “ Siapa engkau yang datang hendak bertikam dengan aku itu dan siapa namamu ?” Maka kata Laksamana, “ Hai Si Jebat durhaka, takutkah engkau akan aku bertanya ? Akulah Laksamana, baharu datang dari berguru di hulu Melaka. “ Maka sahut Jebat, “ Hai Laksamana, baharu datang dari berguru di hulu Melaka. ‘ Maka sahut Jebat, “ Hai Laksamana, bahwa aku tiada takut akan engkau.Kudengar engkau sudah dibunuh oleh Bendahara ; sebab itulah maka aku harian. “
Maka kata Laksamana, “ Akulah Hang Tuah dititahkan Dulli Yang Dipertuan membunuh engkau, karena aku tiada mati ; aku ditaruh oleh Bendahara di hulu Melaka. “ Setelah Hang Jebat mendengar kata Laksamana demikian, maka ia pun heran, seraya berkata, “ Hai Orang Kaya Laksamana, keranamu lah maka aku berbuat pekerjaan ini.pada bicaraku, engkau tiada dalam dunia ini lagi.Jika aku tahu akan engkau ada hidup ; demi Allah dan RasulNya, tiada aku berbuat pekerjaan yang demikian in. “ Maka kata Hang Jebat, “ Hai Laksamana, sekali-kali tiada aku menyesal dan takut akan mati, tetapi aku tahu akan kematianku pada tanganmu dimana dapat kusalahi lagi ? Tetapi tuan hamba lihatlah tikam Si Jebat durhaka ini, empat puluh hari orang Melaka membuangkan bangkai dalam negeri Melaka ini dan tiada menderita bau busuk bangkai.Segala-gala jahata jangan kepalang ; kuperbuat sungguh-sungguh.” Maka sahut Laksamana, “ Hai Si Jebat tersalah citamu itu
“ Adapun pekerjaanmu durhaka pada tuanmu itu berapa dosanya kepada Allah, tiada tertanggung olehmu di dalam akhirat jemah.Akan sekarang engkau hendak membunuh orang yang tiada berdosa pula berpuluh-puluh ribu itu ; benarkan bicaramu itu ? “ Maka kata Hang Jebat, “ Apakah dayaku ? Sekalian itu dengan kehendaknya juga ; tiada dengan kuasaku berbuat itu, supaya namaku masyhur pada segala negeri, “ Maka kata Hang Jebat, “ Adapun aku tiada mau turun dari istana ini berlawanan dengan engkau, kerana engkau hulu baling besar lagi ternama ; tiada boleh kupermudahkan seperti lawan yang dahulu itu dan engkau saudara tua padaku ; tiada baik.Jika engkau hendak bertikam dengan aku, marilah naik.Maka sahut Laksamana, “ Bukakan lah pintu itu.” Maka kata Hang Jebat, “ nantilah aku seketika lagi ; aku hendak berlangirkan kerisku.”

·         Penggunaan bahasa Melayu pada Hikayat tersebut, terdapat pada kalimat :
1)      Maka rajapun memberi anugrah akan Laksamana pakaian yang indah-indah dan diberi anugrah anyapan pada tempat raja santap.
2)      Marilah kita melihat temasya Laksamana bertikam dengan Si Jebat itu.
3)      Sudah ia bercakap ke bawah Dull Yang Dipertuan masakan ia kembali sahaja.”
4)      Hatta dengan demikian Laksamana pun sampailah ke balai gendang.
5)      Maka Hang Jebat pun menghunus kerisnya lalu dikikirnya.
6)      Ada yang naik ke haling jambatan raja.
7)      Adapun Hang Tuah itu sudah dibunuh Bendahara.
8)      Kalau mataku bekas tidur ini gerangan, maka jadi salah pemandangku ?
9)      Maka Hang Jebat pun turun dari peranginan itu lau ia mandi pada pasu emas itu dan dibasuh mukanya.
10)  Maka dilihatnya Laksamana di peramatamatinya, di kenalkannya itu Laksamana.
11)  Maka Hang Jebat pun hairan.
12)  Kudengar engkau sudah dibunuh oleh Bendahara ; sebab itulah maka aku harian. “
13)  Segala-gala jahata jangan kepalang ; kuperbuat sungguh-sungguh.” Maka sahut Laksamana, “ Hai Si Jebat tersalah citamu itu
14)  Tetapi tuan hamba lihatlah tikam Si Jebat durhaka ini.
15)  Kerana engkau hulu baling besar lagi ternama.
16)  Nantilah aku seketika lagi ; aku hendak berlangirkan kerisku.”
17)  Maka Laksamana pun melihat ketika dan edaran
18)  dengan beberapa alat senjatanya. Setelah sudah segala pegawai dan petuanan bertunggu
19)  Setelah sudah maka Laksamana pun bertelut menyembah lalu turun berjalan diiringkan oleh orangnya empat puluh itu.
20)  Tetapi tuan hamba lihatlah tikam Si Jebat durhaka ini, empat puluh hari orang Melaka membuangkan bangkai dalam negeri Melaka ini dan tiada menderita bau busuk bangkai
21)  Tiada boleh kupermudahkan seperti lawan yang dahulu itu dan engkau saudara tua padaku.
22)  Maka Hang Jebat, ia pun naik ke peranginan; maka dibukanya peranginan itu, maka dilihatnya Laksamana berdiri di tengah halaman itu.
23)  Apakah kita perbantahkan ? kita lihat sekarang
24)  Maka kata Hang Jebat, “ Apakah dayaku ? Sekalian itu dengan kehendaknya juga ; tiada dengan kuasaku berbuat itu, supaya namaku masyhur pada segala negeri,
-          Unsur-unsur Intrinsik Hikayat :
1)      Plot / Alur Cerita
2)      Tokoh
3)      Latar / Setting
4)      Tema
5)      Sudut pandang pengarang
6)      Bahasa yang digunakan pengarang
7)      Amanat
8)      Penokohan
-          Unsur-unsur Ekstrinsik Hikayat :
1)      Religi
2)      Latar belakang social budaya pengarang
3)      Latar belakang pendidikan pengarang
4)      Adat istiadat
5)      Status ekonomi

BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam karya sastra Melayu klasik dalam hal ini yaitu Hikayat mempunyai salah satu karakteristik atau ciri-ciri yaitu menggunakan bahasa Melayu yang maknanya mungkin bisa sangat jauh berbeda dengan bahas Indonesia.

SARAN
Dari penjelasan diatas ada saran yang ingin kami sampaikan :
·         Sebagai generasi muda penerus bangsa yang turut menyumbang dalam pembangunan negara, sebaiknya kita memperhatikan dengan seksama masalah keanekaragaman bahasa Melayu, dalam penggunaannya pada Hikayat
·         Sebagai warga Indonesia yang baik kita harus bersama-sama menjaga warisan budaya nenek moyang kita, dalam hal ini khusunya karya sastra Melayu klasik ( Hikayat ).















DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni,Sri.2007.BAHASA INDONESIA.Solo.putra kertonatan
Tim MGMP.2007.BAHASA INDONESIA.Rembang.DK
Darmawati,Uti.2011.PR BAHASA INDONESIA.Klaten.Intan Pariwara

Fibrianti,Ika,2011.PR BAHASA INDONESIA.Klaten.Intan Pariwara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar