TUGAS
MATA KULIAH
METODE
ANALISIS PERENCANAAN 1
“REVIEW
JURNAL ANALISIS VARIANS (ANOVA)”
Jurnal 1 : “Analisis Disparitas Kualitas Pelayanan Puskesmas Di Kabupaten Kutai Kartanegara”
Oleh : Irwandy, Nurdin Perdana, & Dian S. Rislamind
Jurnal 2 : “Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Menengah
Atas “
Oleh : Wega Syamdermawan, Surjono, & Eddi Basuki Kurniawan
Jurnal 3 : “Pekerja Sektor Informal Dan Pengembangan Wilayah Di Kota Binjai
Oleh : Tuti Hidayati
Oleh : Kelompok 8
Fadhilatus
Shoimah (135060601111023)
Mayora
Alvensi Daristan (135060601111022)
Muammal (135060600111047)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2014
Jurnal
1 : “Analisis Disparitas Kualitas
Pelayanan Puskesmas Di Kabupaten Kutai Kartanegara”
Oleh
: Irwandy, Nurdin Perdana, & Dian
S. Rislamind
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok
dan juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas
sumber daya manusia. Namum pada kenyataannya pembangunan kesehatan masih belum
berjalan secara optimal dan belum merata di
seluruh wilayah dan lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan
masih banyak kejadian disparitas pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia.
Pelayanan kesehatan yang umum digunakan,
paling luas penyebarannya serta langsung dijangkau oleh masyarakat adalah
puskesmas. Puskesmas merupakan upaya dalam
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan adanya
suatu pelayanan yang bermutu bagi masyarakat.
Salah satu wilayah di indonesia yang memiliki
potensi tinggi terjadinya disparitas adalah wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
provinsi Kalimantan Timur. Hal ini terbukti dengan minimnya jumlah pegawai
puskesmas pada daerah pedalaman, padahal pada wilayah-wilayah tersebut
masyarakat sangat bergantung terhadap pelayanan puskesmas.
Penilaian mutu pelayanan dapat diukur dengan
lima dimensi karakteristik yaitu, kualitas pelayanan tersebut adalah Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy
dan Tangibles. (Araceli, Susana, and Enrique, 2005). Dengan
mempertimbangkan mutu pelayanan kesehatan, maka akan muncul disparitas tenaga
kesehatan dan topografi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang bervariasi.
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian analisis Disparitas
Kualitas Pelayanan Puskesmas Ditinjau Dari Kepuasan Pasien Di Kabupaten Kutai
Kartanegara berdasarkan topografi wilayah penyebaran Puskesmas yaiyu Puskesmas
daerah pesisir, daerah kota dan daerah pedalaman. Model analisis data yang
dilakukan adalah analisis univariat, bivariat , dan multivariate dengan
menggunakan uji ANOVA untuk melihat perbedaan kepuasan pasien.
ISI
Penelitian ini dilakukan pada 6 unit
puskesmas di tiga wilayah berbeda yakni puskesmas rapak mahang dan loa ipuh di
wilayah kota, puskesmas semboja dan muara jawa di daerah pesisir, serta
puskesmas kahala dan kembang janggut di daerah pedalaman. Sampel yang digunakan
untuk masing-masing puskesmas sebanyak 60 responden. Kepuasan pasien dapat
diukur melalui pendekatan lima dimensi
mutu pelayanan yaitu Reliability (kehandalan), Assurance (jaminan),
Tangible (Bukti fisik), Empathy (kemampupahaman), dan Responsiveness.
Untuk mengetahui perbedaan (disparitas)
terhadap kepuasan pasien puskesmas pada daerah pedalaman, kota dan pesisir di
Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga dilakukan uji annova. Uji Annova umumnya digunakan untuk menguji
rata-rata dua sampel atau lebih secara
signifikan atau tidak. Hasil analisis penilaian pasien terhadap pelayanan puskesmas
(realibility, responsiviness, tangible, assurance, dan empathy) dari 6 Puskesmas
yang mewakili 3 wilayah yaitu perkotaan, pesisir serta pedalaman adalah sebagai
berikut.
Hasil
Uji Annova Kepuasan Pasien Pada Puskesmas Kota, Pesisir dan Pedalaman Di Kabupaten
Kutai Kartanegara Tahun 2011
ANOVA
|
||||||
|
Sum
Of Squares
|
Df
|
Mean
Square
|
F
|
Sig.
|
|
Realiability
|
Between
Groups
|
20.800
|
2
|
10.400
|
7.033
|
.001
|
|
Within
Groups
|
261.750
|
177
|
1.479
|
|
|
|
Total
|
282.550
|
179
|
|
|
|
Responsive
ness
|
Between
Groups
|
8.811
|
2
|
4.406
|
6.083
|
.003
|
|
Within
Groups
|
128.183
|
177
|
.724
|
|
|
|
Total
|
136.994
|
179
|
|
|
|
Assurance
|
Between
Groups
|
.711
|
2
|
.356
|
.673
|
.512
|
|
Within
Groups
|
93.533
|
177
|
.528
|
|
|
|
Total
|
94.244
|
179
|
|
|
|
Emphaty
|
Between
Groups
|
4.811
|
2
|
2.406
|
2.127
|
.122
|
|
Within
Groups
|
200.978
|
177
|
1.131
|
|
|
|
Total
|
204.978
|
179
|
|
|
|
Tangible
|
Between
Groups
|
14.744
|
2
|
7.372
|
3.294
|
.039
|
|
Within
Groups
|
396.167
|
177
|
2.238
|
|
|
|
Total
|
410.911
|
179
|
|
|
|
Sumber: Data Primer
Dari
hasil uji anova diperoleh bahwa yang memperlihatkan adanya perbedaan / disparitas
adalah variabel reliability, responsiveness, dan tangible karena nilai p <
0.05 sedangkan untuk variabel assurance dan empathy dari hasil uji anova
menunjukkan tidak adanya perbedaan karena nilai p > 0.05.
Dari
variabel reliability, responsiveness, dan tangible karena antara wilayah yang
satu dengan yang lainnya berbeda secara signifikan, maka untuk melihat mana
yang berbeda dalam variabel tersebut maka digunakan uji LSD.
Hasil
Uji LSD Pada Puskesmas Kota, Pesisir dan Pedalaman
di Kabupaten Kutai
Kartanegara Tahun 2011
Dependent
Variable
|
(I)
Jenis
|
(J)
Jenis
|
Mean
Difference (I-J)
|
Std.
Error
|
Sig.
|
|||
Reliability
|
1
|
2
|
-.200
|
.222
|
369
|
|||
|
|
3
|
-.800
|
.222
|
.000
|
|||
|
2
|
1
|
.200
|
.222
|
.369
|
|||
|
|
3
|
-.600*
|
.222
|
.008
|
|||
|
|
|
.800*
|
.222
|
|
|||
|
|
2
|
.600*
|
.222
|
.008
|
|||
Responsiveness
|
|
2
|
.117
|
.155
|
.454
|
|||
|
|
3
|
|
.155
|
.011
|
|||
|
2
|
1
|
|
.155
|
.454
|
|||
|
|
3
|
|
.155
|
.001
|
|||
|
3
|
1
|
|
.155
|
.011
|
|||
|
|
2
|
|
.155
|
.001
|
|||
Tangible
|
1
|
2
|
|
.273
|
.162
|
|||
|
|
3
|
|
.273
|
.248
|
|||
|
2
|
1
|
|
.273
|
.162
|
|||
|
|
3
|
|
.273
|
.011
|
|||
|
3
|
1
|
|
.273
|
.248
|
|||
|
|
2
|
|
.273
|
.011
|
|||
Ket
: 1 = daerah pesisir; 2 = daerah perkotaan; 3 = daerah pedalaman
|
Sumber : Data Primer
Dari
hasil uji LSD diperoleh bahwa variabel reliability menunjukkan adanya
disparitas tingkat kepuasan puskesmas menurut penilaian pasien adalah antara
wilayah pedalaman dan pesisir, dimana hasil uji membuktikan angka signifikan
p(0.000), < 0.05. serta wilayah kota dan pesisir dimana hasil uji
membuktikan adanya angka signifikan 0.008 (<0.05). Sedangkan pada variabel
responsiveness menunjukkan adanya disparitas tingkat kepuasan pasien puskesmas
menurut penilaian pasien adalah antara wilayah pedalaman dengan pesisir, dimana
hasil uji menunjukan angka signifikan yakni 0.01 (<0.05) serta kota dan
pesisir yakni 0.01 (<0.05). Hasil uji juga memperlihatkan pada variabel
tangible menunjukkan adanya disparitas kepuasan terhadap dimensi tangible
menurut penilaian pasien adalah antara wilayah kota dengan wilayah pesisir,
dengan angka signifikan 0.011 (<0.05).
PENUTUP
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa masih terdapat perbedaan kualitas pelayanan yang dilihat dari
tingkat kepuasan antara wilayah berbeda khususnya dimensi reliability,
responsiveness dan tangible. Berdasarkan hasil uji annova yang telah dilakukan,
pada variabel kepuasan pasien terdapat perbedaan tingkat kepuasan responden
pada tiga dimensi kepuasan yakni, reliability, responsiveness, dan tangible karena
nilai p < 0.05 sedangkan untuk variabel assurance dan empathy dari hasil uji
anova menunjukkan tidak adanya perbedaan karena nilai p > 0.05.
Dari hasil uji annova tersebut, maka
pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara memerlukan adanya distribusi frekwensi
tenaga serta fasilitas kesehatan sesuai dengan standar kebutuhan masing-masing
wilayah agar tidak terjadi perbedaan kualitas pelayanan kesehatan yang mencolok
antar berbagai wilayah.
Jurnal
2 : “Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap
Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Menengah Atas “
Oleh
: Wega Syamdermawan, Surjono, & Eddi
Basuki Kurniawan
PENDAHULUAN
Kota Malang sedang berupaya menyeimbangkan
pembangunan dengan memperhatikan luasan dan kualitas ruang terbuka hijau. Akan tetapi
dari tahun ke tahun Kota Malang mengalami perubahan kawasan perkotaan yang
sangat pesat sebagai akibat adanya perkembangan ekonomi dan letak yang cukup
strategis, yang berimplikasi pada pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk Kota
Malang, sehingga memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap
pemanfaatan ruang kota terutama pada penataan ruang kawasan perkotaan yaitu
ruang-ruang terbuka publik (open spaces). Hampir seluruh kawasan
permukiman di Kota Malang telah berkembang menjadi permukiman penduduk yang
relatif padat. Umumnya tingkat kepadatan yang tinggi terdapat di pusat kota,
sehingga pembangunan di Kota Malang terasa telah melebihi kapasitas karena
nyaris menutup seluruh ruang terbuka yang ada, sehingga mengakibatkan luasan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Malang semakin menyusut. Dalam kurun waktu 10
tahun terakhir hutan kota di Kota Malang sudah banyak yang beralih fungsi. Saat
ini, RTH di Malang hanya tersisa 1,8% dari luas kota Malang 110,6 km. Idealnya,
luas RTH setidaknya 30% dari total luas wilayah yang terdiri dari 20% ruang
publik dan 10% ruang privat. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan
pembangunan kota yang belum sepenuhnya memperhatikan keseimbangan lingkungan.
Kota Malang memiliki potensi pengembangan perumahan
yang lebih berwawasan lingkungan, terutama pada perumahan mengengah ke atas
dimana lebih mengutamakan ketersediaan fasilitas penunjang sebagai salah satu
daya tarik perumahan itu sendiri. Keberadaan ruang terbuka hijau akan
berpengaruh pada tingkat kebisingan perumahan, terutama pada kadar CO dan
tingkat kebisingan. Kondisi tersebut melatarbelakangi penelitian ini guna
mengidentifikasi pengaruh ruang terbuka hijau terhadap kualitas udara pada
perumahan menengah atas di Kota Malang. Ruang terbuka hijau (RTH) perumahan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah RTH yang berada pada kawasan
perumahan, seperti taman, lapangan olah raga, jalur hijau (boulevard),
dan sempadan sungai. Variabel pada penelitian ini adalah luasan ruang terbuka
hijau, sebaran ruang terbuka hijau dan jenis vegetasi.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
kuantitatif, karena pembahasan dalam penelitian mengenai pengaruh ruang terbuka
hijau terhadap kualitas udara pada kawasan perumahan menengah atas Kota Malang.
Metode analisis yang digunakan berupa metode analisis korelasi, untuk
mengetahui pengaruh ruang terbuka hijau terhadap kualitas udara, dan metode
analisis regresi, untuk mengetahui hubungan ruang terbuka hijau terhadap
kualitas udara.
Penentuan titik sampel tingkat kebisingan ditentukan
berdasarkan kriteria daerah bising menurut Keputusan Direktur Jenderal Bina
Marga No. 076/KPTS/ Db/1999. Pada masing-masing perumahan diambil sebanyak lima
titik sampel kebisingan yang radiusnya diambil dari jalan utama perumahan,
pengambilan dua titik sampel tambahan yang diambil berdasarkan karakteristik
masing masing perumahan. Pengambilan titik sampel untuk karbon monoksida
(CO) pada perumahan menengah atas akan diambil 5 titik sampel yang dipilih
dengan cara non random sampling. Pengukuran kualitas udara akan
dilakukan pada lokasi yang menjadi Ruang Terbuka Hijau pada perumahan tersebut
seperti taman, boulevard, dan sepadan sungai.
ISI
1.
Hubungan RTH terhadap
Kualitas Udara pada Kawasan Perumahan Menengah Atas Kota Malang Hubungan Luasan
Ruang Terbuka Hijau dengan Tingkat Kebisingan
Pada
hasil korelasi luasan ruang terbuka hijau dengan tingkat kebisingan diperoleh
nilai sebesar -0,609, yang berarti korelasi keeratan kuat. Jadi tingkat
kebisingan pada kawasan perumahan menengah atas kota malang dipengaruhi luasan
RTH dengan nilai yang berkebalikan. Maksud dari nilai berkebalikan adalah
apabila luasan RTH pada perumahan mengengah atas bertambah, maka tingkat
kebisingan akan menurun.
2.
Hubungan Luasan Ruang
Terbuka Hijau dengan Kadar CO
Hasil
korelasi antara luasan ruang terbuka hijau dengan kadar CO memiliki nilai
-0,530 yang berarti memiliki hubungan korelasi keeratan kuat antara kadar CO
pada kawasan perumahan menengah atas Kota Malang dengan luasan menandakan bahwa
hubungan korelasi antara luasan RTH dengan Kadar CO berkebalikan.
3.
Variabel Sebaran Ruang
Terbuka Hijau dengan Tingkat Kebisingan
Korelasi
antara sebaran ruang terbuka hijau dengan tingkat kebisingan pada kawasan
perumahan menegah atas kota malang memiliki korelasi negatif, dengan nilai sebesar
-0,740 yang berarti memiliki hubungan korelasi keeratan sangat kuat. Jadi pada
variabel ini sebaran ruang terbuka hijau mempengaruhi tingkat kebisingan pada
kawasan perumahan menegah atas kota malang dengan pengaruh yang berkebalikan.
4.
Variabel Sebaran Ruang
Terbuka Hijau dengan Kadar CO
Hubungan
antara sebaran RTH dengan kadar CO memiliki korelasi negatif dengan nilai
-0,475 yang berarti hubungan keeratan kuat. Nilai negatif pada nilai korelasi
menandakan adanya hubungan yang berkebalikan antara sebaran RTH dengan kadar CO
dalam udara, sehingga setiap pertambahan luasan, maka akan mengurangi kadar CO.
5.
Variabel Vegetasi Ruang
Terbuka Hijau dengan Tingkat Kebisingan
Korelasi
antara vegetasi dengan tingkat kebisingan memiliki korelasi positif dengan nilai
-0,693 yang berarti hubungan korelasi keeratan kuat antara jenis vegetasi dan
tingkat kebisingan. Jadi tingkat kebisingan pada kawasan perumahan menengah
atas kota malang dipengaruhi jenis vegetasi dengan nilai yang berkebalikan
(negatif). Maksud dari nilai berkebalikan adalah apabila jenis vegetasi pada
perumahan mengengah atas bertambah, maka tingkat kebisingan akan menurun.
6.
Variabel Vegetasi Ruang
Terbuka Hijau dengan Kadar CO
Korelasi
antara vegetasi RTH dengan kadar CO memiliki nilai korelasi negatif yaitu
-0,614 yang berarti memiliki keeratan kuat antara jenis vegetasi dengan kadar
CO. Nilai negatif pada nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa korelasi yang
terbentuk adalah korelasi berkebalikan, dimana setiap peningkatan jenis
vegetasi maka akan mengurangi kadar CO dalam udara.
7.
Pengaruh RTH terhadap
Kualitas Udara pada Kawasan Perumahan Menengah Atas Kota Malang (Pengaruh Ruang Terbuka Hijau terhadap
Tingkat Kebisingan)
Pada
analisa regresi hasil yang diperoleh adalah tingkat kebisingan berkorelasi
positif dengan luasan, sebaran dan jenis vegetasi pada ruang terbukahijau.
Dengan hubungan sangat kuat untuk luasan, hubungan rendah untuk sebaran dan
hubungan sangat lemah untuk jenis vegetasi.
Berdasarkan tabel analisa regresi tersebut dapat
diketahui bahwa:
A. Dari
ketiga variabel ruang terbuka hijau yang digunakan sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini dapat digunakan semua untuk menjelaskan persamaan analisa
regresi yang dilakukan. Tidak ada variabel bebas yang dikeluarkan dari proses
analisa.
B. Nilai
Adjusted R Square sebesar 0,537 memiliki arti bahwa sebesar 53,7%
variabel tingkat kebisingan pada perumahan menengah atas dipengaruhi oleh
luasan, sebaran dan jenis vegetasi, dan sisanya sebesar 46,3% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar variabel yang digunakan.
C. Tingkat
signifikan dalam persamaan ini adalah 0,001 (lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05), maka persamaan yang terbentuk dapat digunakan untuk
memprediksi tingkat kebisingan.
D. Persamaan
regresi yang terbentuk adalah : Y1 dB= 55,361 + 0,007 m2
X1 - 37,816 m2
X2 -1,731 X3. Persamaan regresi tersebut berarti
bahwa jika tidak ada perubahan pada nilai luasan (X1), sebaran (X2) dan
vegetasi (X3), maka nilai tingkat kebisingan adalah 55,361 dB. Apabila luasan
RTH bertambah maka akan berbanding lurus dengan tingkat kebisingan (Y1),
sedangkan untuk luasan dan vegetasi RTH memiliki hubungan yang berbanding
terbalik dengan tingkat kebisingan. Koefisien luasan RTH 0,007 m2
menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan
luasan akan berbanding lurus dengan kenaikan tingkat kebisingan sebesar 0,007
dB. Koefisien sebaran -7,816 m2 menyatakan
bahwa setiap penambahan satu satuan sebaran RTH akan mengurangi tingkat
kebisingan sebesar 37,816 dB. Koefisien vegetasi RTH -1,731 menyatakan bahwa
setiap penambahan satu satuan vegetasi RTH akan mengurangi tingkat kebisingan
sebesar 1,731 dB.
8.
Pengaruh Ruang Terbuka
Hijau terhadap Nilai CO
Tingkat
kadar CO memiliki nilai korelasi negatif atau berkebalikan dengan luasan,
sebaran dan jenis vegetasi pada ruang terbuka hijau. Dengan tingkat keeratan
kuat untuk luasan dan keeratan kuat untuk sebaran RTH dan keeratan sangat lemah
untuk jenis vegetasi.
Berdasarkan tabel analisa regresi tersebut dapat
diketahui bahwa:
A. Dari
ketiga variabel ruang terbuka hijau yang digunakan sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini dapat digunakan semua untuk menjelaskan persamaan analisa
regresi yang dilakukan. Tidak ada variabel bebas yang dikeluarkan dari proses
analisa.
B. Nilai
Adjusted R Square sebesar 0,293 memiliki arti bahwa sebesar 29,3%
variabel kadar CO pada perumahan menengah atas dipengaruhi oleh luasan, sebaran
dan jenis vegetasi, dan sisanya sebesar 70,5% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar variabel yang digunakan.
C. Tingkat
signifikan dalam persamaan ini adalah 0,036 (lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05), maka persamaan yang terbentuk dapat digunakan untuk
memprediksi tingkat kebisingan.
D. Persamaan
regresi yang terbentuk adalah: Y3 ppm = 5,687 + 0,003 m2
X1 -0,361 m2 X2
- 0,635 X3. Konstanta regresi sebesar 5,687 berarti bahwa apabila tidak terjadi
perubahan pada luasan (X1), sebaran (X2) dan vegetasi (X3), maka nilai CO2
(Y3) adalah sebesar 5,687 ppm. Koefisien luasan RTH
0,003 m2
menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan luasan RTH berbanding lurus
dengan CO sebesar 0,003 ppm. Koefisien sebaran RTH -0,361 m2
menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan
sebaran RTH akan mengurangi kadar CO sebesar 0,361 ppm. Koefisien vegetasi RTH
-0,635 menyatan bahwa setiap penambahan satu satuan vegetasi RTH akan
mengurangi CO sebesar 0,635 ppm.
Hubungan yang paling besar antara ruang terbuka
hijau terhadap kualitas udara pada perumahan menengah atas Kota Malang adalah
luasan ruang terbuka hijau. Hal ini berarti semakin besar luasan ruang terbuka
hijau maka akan dapat meredam tingkat kebisingan dan dapat mengurangi kadar CO
pada perumahan mengah atas Kota Malang. Sedangkan variabel ruang terbuka hijau
yang berpengaruh terhadap kualitas udara adalah sebaran ruang terbuka hijau dan
jenis vegetasi. Semakin banyak sebaran ruang terbuka hijau pada perumahan
semakin bisa meredam tingkat kebisingan dan mengurangi kadar CO di udara.
Apabila tingkat kebisingan pada perumahan melebihi ambang batas pada standar
yang telah ditentukan yaitu 55 dB maka memiliki efek terhadap kesehatan. Karena
kebisingan merupakan suatu masalah kesehatan lingkungan,. Hubungan ruang
terbuka hijau dengan kadar CO pada perumahan menegah atas Kota Malang memiliki
hubungan kuat, jenis vegetasi memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk
mengurangi kadar CO pada udara, setiap penambahan jenis vegetasi akan
mengurangi kadar CO pada udara karena peningkatan kadar CO di udara bisa
membahayakan bagi kesehatan.
PENUTUP
Hubungan luasan, sebaran ruang terbuka hijau dan
jenis vegetasi dengan kualitas udara memiliki hubungan yang berkebalikan (-),
yang artinya setiap penambahan luasan sebaran dan jenis vegetasi mengurangi
tingkat kebisingan dan kadar CO. Dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka hijau
memiliki hubungan negatif dengan kualitas udara pada perumahan menengah atas
Kota Malang.
Pengaruh ruang terbuka hijau terhadap kualitas udara
menunjukkan bahwa variabel sebaran dan jenis vegetasi memiliki pengaruh yang
berkebalikan, sedangkan untuk variabel luasan ruang terbuka hijau memiliki
pengaruh yang searah.
Jurnal
3 : “Pekerja Sektor Informal Dan
Pengembangan Wilayah Di Kota Binjai
Oleh
: Tuti Hidayati
PENDAHULUAN
Pertambahan penduduk yang tinggi di wilayah perkotaan telah memberikan dampak
terhadap jumlah penawaran tenaga kerja. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
tersebut jika tidak diimbangi dengan permintaan tenaga kerja maka akan menambah
jumlah pengangguran. Untuk mempertahankan hidup, para pengangguran akhirnya bekerja
di sektor informal. Sektor informal di Sumatera Utara pada khususnya maupun di Indonesia pada
umumnya masih mendominasi jumlah tenaga kerja.
Meningkatnya populasi secara signifikan mempengaruhi persediaan tenaga
kerja, sebagaimana permintaan tenaga kerja. kelebihan suplai tenaga kerja akan
mempengaruhi sektor informal. untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja dalam
sektor informal seperti jam kerja harian, modal kerja, pengalaman kerja, level
pendidikan dan tipe bisnis pada pendapatan tenaga kerja dan dampak sektor
informal pada pembangunan regional di kota binjai. metode deskriptif dan
regresi multiple akan digunakan untuk menganalisis data. lulusan sma dengan
jarak umur tenaga kerja antara 31 hingga 50 tahun mendominasi level pendidikan.
modal kerja, level pendidikan, rata-rata jam kerja, pengalaman kerja dan tipe
bisnis berdampak positif dalam pendapatan. ini juga membuktikan bahwa sektor
informal memiliki dampak positif pada proses pembangunan regional di kota
binjai.
Jumlah pekerja informal meningkat dari waktu ke waktu karena penyerapan
tenaga kerja di sektor formal tidak signifikan. sebagian dari yang bekerja dari
tambahan pekerja baru diserap oleh sektor informal yang berperan sebagai
penyangga baik pada masa normal maupun krisis. ciri-ciri sektor informal berupa
upah atau gaji yang tidak tetap, rendah, serta tidak cukup memadai;
produktivitas tidak maksimal karena tidak menggunakan teknologi modern; usaha dikelola sendiri secara mandiri tanpa
bantuan pihak lain; tidak membutuhkan modal yang relatif besar; keterampilan
tenaga kerja kurang berkualitas relatif dibanding dengan tenaga kerja di sektor
formal.
Menurut Hart perbedaan kesempatan memperoleh penghasilan antara sektor
formal dan informal didasarkan atas perbedaan pendapatan dari gaji dan pendapatan
dari usaha sendiri.
Menurut Charles pendapatan beberapa pedagang sektor informal lebih besar
dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak terampil dan oleh karena itu
pedagang sektor informal lebih suka bertahan di sektor informal sebagai
pedagang dari pada menjadi pekerja yang tidak terampil.
Pengembangan wilayah adalah suatu tindakan untuk memajukan, memperbaiki,
mengembangkan, membangun dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yang
sudah ada.
Program pembangunan oleh pemerintah bertujuan untuk membangun manusia
seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. sedangkan, sasaran
pengembangan wilayah yaitu mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang
cepat, menyediakan kesempatan kerja yang cukup, pemerataan pendapatan,
mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta
kemampuan antardaerah, membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah
(Hadjisaroso, 1994).
Menurut Idris, 2003 secara umum jumlah jam kerja rata-rata per hari dan
status pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil pekerja sektor informal;
menganalisis faktor-faktor jam kerja rata-rata per hari, modal kerja, pengalaman
usaha, tingkat pendidikan, dan jenis usaha yang mempengaruhi pendapatan pekerja
sektor informal; dan menguraikan kaitan sektor informal terhadap pengembangan
wilayah yang ada di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Binjai Kota dan Binjai Utara, dengan menggunakan
sumber data primer dari pedagang makanan dan minuman pada malam hari yang
berada di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Sutomo Binjai yang berperan sebagai responden
dan data sekunder dari instansi terkait. Jumlah sampel 40% dari populasi yaitu
sebanyak 44 responden yang dipilih secara sistematik.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode analisis
diskriptif yang digunakan untuk melihat profil pekerja sektor informal serta melihat
kaitan pekerja sektor informal terhadap pengembangan wilayah, dan metode
analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh
rata-rata jam kerja per hari, modal kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan
responden dan jenis usaha terhadap pendapatan.
ISI
1.
Gambaran Umum Kota Binjai
Penduduk
merupakan indikator dalam pembangunan karena penduduk dapat menjadi modal
pembangunan jika kualitasnya baik, tetapi juga dapat menjadi beban pembangunan
jika kualitasnya buruk. Penduduk Kota Binjai pada tahun 2005 mempunyai dominasi
penduduk usia produktif yang bisa dijadikan modal pembangunan. yaitu mencapai
65,41 % dari 237.904 jiwa penduduk.
Tingkat
pendidikan yang rendah dapat menjadi penghambat dalam pembangunan karena
pendidikan akan menghasilkan manusia yang berkualitas dan mandiri yang akan
mengisi peluang-peluang pembangunan. Tingkat pendidikan penduduk Kota Binjai
didominasi oleh tamat SLTA (32,88%), lalu tamat SLTP(23,03%), lalu tamat SD
(21,83%), lalu tidak tamat SD / tidak bersekolah (16,83%) dan yang terakhir
yaitu tamat D1-S1 (5,44%).
Angkatan kerja (usia 15 tahun
ke atas) di Kota Binjai yang bekerja
didominasi tamat SLTA (43,55%), tamat SLTP (21,27%), tamat SD (18,55%).
Angkatan
kerja di Kota Binjai untuk penduduk yang berumur 15 tahun ke atas mencapai
88.271 jiwa dengan penduduk yang bekerja sebanyak 65.577 jiwa dan mencari kerja
22.694 jiwa.
Lapangan
usaha yang dominan di Kota Binjai dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan
dan jasa. Perkembangan pembangunan yang terjadi di Kota Binjai terlihat dari peningkatan
nilai PDRB Kota Binjai dari tahun 2000 hingga tahun 2005.
2.
Profil
Pekerja Sektor Informal di Kota Binjai
Profil
responden (pekerja sektor informal Kota Binjai). Menurut jenis kelamin
didapatkan 75% laki-laki dan 25% perempuan. Menurut umur didapatkan umur
terendah 21 tahun dan tertinggi 65 tahun dengan rata-rata umur 39 tahun,
sedangkan berdasarkan kelompok umur didominasi kelompok umur 31-40 tahun
(45,45%), kelompok umur 41-50 tahun (22,73%), kelompok umur 21-30 tahun
(15,91%, dan kelompok umur 50 tahun keatas (15,91%). Menurut status perkawinan
didapatkan 79,55% berstatus kawin, 18,185 berstatus belum kawin dan 2,27%
berstatus cerai. Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan 45,45% tamat SLTA,
34,09 tamat SLTP, 13,64% tamat SD, 6,82%. Berdasarkan etnis/suku didapatkan
45,46% suku padang, 18,18% suku jawa, 11,36% suku melayu, 6,82% suku batak,
suku karo 5%, mandailing 5%, dan suku china 5%. Berdasarkan jumlah tanggungan
didapatkan tanggungan 3-4 orang (45,45%), tanggungan 5-6 orang (18,18%), tidak
memiliki tanggungan (15,91%), tanggungan 1-2 orang (13,64%), tanggungan 7-8
orang (6,82%). Berdasarkan asal penduduk didapatkan penduduk asli Kota Binjai
(86,36%) dan penduduk pendatang yag berasal dari Sumatera Barat (13,64%).
Berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua didapatkan bapak tamat
SD (47,73%) dan ibu tamat SD (68,18%). Berdasarkan pekerjaan bapak didominasi
bekerja pada sektor perdagangan (52,27%), pertanian (25%), jasa (11,36%),
angkutan (6,82%) dan konstruksi (4,55%).
Secara
uji korelasi Pearson menggunakan SPSS versi 15, juga terlihat adanya korelasi
yang positif dan siginifikan antara tingkat pendidikan anak dengan pendidikan
bapak pada derajat kepercayaan 1 persen. Sedangkan antara tingkat pendidikan
anak dan pendidikan ibu menunjukkan korelasi yang signifikan pada derajat
kepercayaan 5 persen.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan diantaranya adalah rata-rata jam kerja per hari, modal
usaha, dan jenis usaha. Jumlah jam kerja tergantung dari jumlah/jenis dagangan
ataupun modal usaha. Rata-rata jumlah jam kerja didominasi 5-10jam (75%) dan
15-25jam (25%). Modal usaha didominasi 1-5juta perbulan (56,82%), 6-10juta
(18,18%), 11-20juta (18,18%), dan modal 21-30juta (6,82%).
Sektor informal ini memiliki jenis usaha yang
berbeda-beda, ada yang hanya menjual makanan saja, ada yang menjual khusus
minuman, namun ada juga yang menjual makanan dan minuman.
Dalam
lima tahun terakhir perkembangan sektor informal di Kota Binjai banyak
bermunculan. Hal ini menunjukkan semakin sulitnya persaingan untuk mendapatkan
pekerjaan. Bagi yang tidak mendapatkan lapangan pekerjaan harus mampu bertahan
hidup dengan lari ke sektor informal. Lamanya responden menekuni usaha didominasi
oleh responden yang berusaha selama 1 sampai 4 tahun (54,54%), yang berusaha
selama 21 sampai 25 tahun (15,91) dan yang berusaha 5 sampai 10 tahun (13,64%).
Rata-rata omset dari sektor informal didominasi oleh 1-5juta (38,64%), 6-10
(38,64%), 11-20juta (18,18%), 21juta keatas (9,09%). Persentase pembeli perhari
didominasi oleh 21-30 orang (34,09%), 31-40 orang (22,73%), 1-10 orang (2,27%).
4.
Pengujian
Hipotesis
Berdasarkan hasil komputasi diperoleh R Square
sebesar 0,983 berarti terdapat
98,3 persen faktor pendapatan responden mampu dijelaskan oleh variasi himpunan
variabel independen (yaitu: rata-rata jam kerja per hari, modal, pengalaman
usaha, tingkat pendidikan dan jenis usaha). Selebihnya 1,7 persen diterangkan
oleh variabel lain yang tidak terangkum dalam model regresi. Hasil perhitungan
tabel anova diperoleh F hitung sebesar 449,222 yang signifikan pada derajat
kepercayaan 1%. Karena F hitung lebih tinggi dari pada nilai F tabel, maka Ho
yang menyatakan bahwa semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen dapat
ditolak. Artinya terbukti bahwa memang semua variabel independen secara
simultan mampu menjelaskan variabel dependen. Modal berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan. Semakin besar modal kerja yang digunakan maka
akan dapat meningkatkan pendapatan responden.Sedangkan jam kerja rata-rata per
hari, pengalaman usaha, tingkat pendidikan dan jenis usaha berpengaruh tidak
signifikan.
Korelasi pearson
menunjukkan secara parsial jenis usaha berkorelasi secara signifikan terhadap
pendapatan pada derajat kepercayaan 5% dan modal pada derajat kepercayaan 1%.
Sedangkan, pengalaman usaha, pendidikan dan rata-rata jam kerja perhari tidak
berkorelasi secara signifikan.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
antara Pendapatan, dengan Modal Kerja, Rata-rata Jam Kerja per Hari, Tingkat
Pendidikan, Pengalaman Usaha, dan Jenis Usaha
Variabel
|
Koefisien
Regresi
|
t
hitung
|
Signifikansi
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
Konstanta
|
678.666,47
|
0,875
|
0,387
|
Rata-rata jam
kerja per hari
|
19.264,159
|
0,272
|
0,787
|
Modal
|
1,053
|
41,880
|
0,000
|
Pengalaman USAHA
|
697,021
|
0,036
|
0,972
|
Tingkat
pendidikan
Variabel Dummy :
lulus SLTA
|
234.319,15
|
0,741
|
0,463
|
Jenis usaha
Variabel Dummy :
substitusi nasi (makanan berat)
|
219.349,17
|
0,647
|
0,521
|
Y : 678.666,47 + 19.624,159 X1 +
1,053 X2 + 697,021 X3 + 234.319,15 X4 + 219.349,17 X5
|
|||
R2 :0,983
|
|||
Adjusted R2 : 0,981
|
|||
F hitung : 449,222
|
Sumber : Hasil Pengolahan
5.
Pengembangan
Wilayah
Pengembangan
wilayah didasarkan pada penyerapan tenaga kerja, tingkat pendapatan, daya beli
masyarakat, dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang berpengaruh terhadap
pengembangan wilayah.
Penyerapan tenaga kerja yang berasal dari sektor
informal telah berperan dalam pengembangan wilayah di Kota Binjai dengan
penciptaan tenaga kerja. Akan tetapi sifat dari penyerapan tenaga kerja sektor
informal ini hanya jangka pendek untuk mengatasi pengangguran. Di samping itu sektor informal ini juga mempunyai efek
multiplier di mana bahan baku dan penolong berasal dari Kota Binjai sendiri
sehingga akan memberikan dampak positif juga terhadap pedagang bahan baku dan
penolong tersebut. Tetapi sektor informal juga memunculkan, tempat usaha yang
berada di tepi jalan telah menimbulkan permasalahan kemacetan lalu lintas,
kesemrawutan, kenyamanan, kebersihan, dan kesehatan lingkungan sehingga
mengurangi keindahan kota dan mengganggu masyarakat sekitar lokasi. Tingkat kesejahteraan masyarakat antara
lain dapat dilihat dari membaiknya kondisi
ekonomi, meningkatnya pendapatan serta
terpenuhinya
kebutuhan ekonomi keluarga dengan tetap memperhatikan faktor kenyamanan, keamanan, dan keharmonisan hidup
terhadap lingkungan.
Peran sektor informal perlu ditingkatkan oleh
Pemerintah Daerah dengan pemberdayaan pekerja sektor informal, pembinaan
pekerja sektor informal, pembentukan paguyuban usaha untuk memperkuat usaha dan
rencana alokasi pekerja sektor informal.
Menurut
persepsi responden pendapatan dan kesejahteraan responden dibandingkan usaha
sebelumnya didominasi tetap (65,91%), meningkat ( 34,09%), dan menurun (0%). Pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain kebutuhan hidup, harga, jumlah anggota keluarga, tingkat
pendidikan dan sebagainya. Menurut persepsi responden tingkat pengeluaran
konsumsi didominasi meningkat (56,82%), tetap (43,18%) dan menurun (0%).
Menurut persepsi responden, 100% responden mengatakan pembangunan di Kota Binjai
meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan PDRB, pendapatan perkapita dan
realita yang ada. Menurut persepsi responden daya beli masyarakat Kota Binjai
didominasi tetap (54,55%), meningkat (45,45%) dan menurun (0%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa daya beli meningkat menunjukkan pengembangan wilayah di Kota
Binjai cukup baik karena semakin tingginya daya beli masyarakat tentunya berkaitan
erat dengan kondisi perekonomian yang baik dan semakin bertambahnya pendapatan
masyarakat. Pendapatan masyarakat yang membaik akan mendorong terciptanya daya
beli sehingga perekonomian akan semakin berkembang dengan baik.
PENUTUP
Profil pekerja sektor informal di Kota Binjai didominasi oleh laki-laki,
berumur 31 sampai 50 tahun, tingkat pendidikan SLTA, Suku Padang, memiliki jumlah
tanggungan 3 sampai 4, pendidikan orang tua tamat SD dan bekerja di sektor
perdagangan.
Seluruh variabel bebas (rata-rata jam kerja per hari, modal, pengalaman
usaha, tingkat pendidikan dan jenis usaha) secara simultan siginifikan
mempengaruhi variabel
terikat (pendapatan). Namun secara parsial hanya modal yang berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan. Modal usaha pekerja sektor informal yang kurang
sehingga diharapkan adanya kerjasama pemerintah dan lembaga swasta perbankan
untuk mengembangkan usahanya.
Pekerja sektor informal di Kota Binjai telah mempunyai peran positif
maupun negatif dalam pengembangan wilayah.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayati, Tuti. 2007. Pekerja Sektor Informal Dan
Pengembangan Wilayah Di Kota Binjai. Jurnal
Perencanaan & Pengembangan Wilayah. III (1): 18-28 (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17937/1/wah-agu2007-3%20(3).pdf diakses pada tanggal 20 April 2014)
Irwandy et al. 2013. Analisis Disparitas Kualitas
Pelayanan Puskesmas Di Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal AKK. II (1): 42-50 (http://journal.unhas.ac.id/index.php/jadkkm/article/download/539/452 diakses pada tanggal 20 April 2014)
Syamdermawan ET AL. 2012. Pengaruh Ruang Terbuka
Hijau Terhadap Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Menengah Atas. Jurnal Teknologi Dan Kejuruan. XXXV (1):81-92 (http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-kejuruan/article/download/3709/642 diakses pada tanggal 20 April 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar