Jumat, 02 Mei 2014

Review Jurnal-Anova

TUGAS MATA KULIAH
METODE ANALISIS PERENCANAAN 1

 “REVIEW JURNAL ANALISIS VARIANS (ANOVA)

Jurnal 1 : “Analisis Disparitas Kualitas Pelayanan Puskesmas Di Kabupaten Kutai Kartanegara”
Oleh : Irwandy, Nurdin Perdana, & Dian S. Rislamind
Jurnal 2 : “Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Menengah Atas “
Oleh : Wega Syamdermawan, Surjono, & Eddi Basuki Kurniawan
Jurnal 3 : “Pekerja Sektor Informal Dan Pengembangan Wilayah Di Kota Binjai
Oleh : Tuti Hidayati


 






  




Oleh : Kelompok 8
Fadhilatus Shoimah               (135060601111023)
Mayora Alvensi Daristan      (135060601111022)
Muammal                               (135060600111047)


JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2014
Jurnal 1 : “Analisis Disparitas Kualitas Pelayanan Puskesmas Di Kabupaten Kutai Kartanegara”
Oleh : Irwandy, Nurdin Perdana, & Dian S. Rislamind

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok dan juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya manusia. Namum pada kenyataannya pembangunan kesehatan masih belum berjalan secara optimal dan belum merata di  seluruh wilayah dan lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan masih banyak kejadian disparitas pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia.
Pelayanan kesehatan yang umum digunakan, paling luas penyebarannya serta langsung dijangkau oleh masyarakat adalah puskesmas. Puskesmas merupakan upaya dalam  meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, sehingga dibutuhkan adanya suatu pelayanan yang bermutu bagi masyarakat.
Salah satu wilayah di indonesia yang memiliki potensi tinggi terjadinya disparitas adalah wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara provinsi Kalimantan Timur. Hal ini terbukti dengan minimnya jumlah pegawai puskesmas pada daerah pedalaman, padahal pada wilayah-wilayah tersebut masyarakat sangat bergantung terhadap pelayanan puskesmas.
Penilaian mutu pelayanan dapat diukur dengan lima dimensi karakteristik yaitu, kualitas pelayanan tersebut adalah Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy dan Tangibles. (Araceli, Susana, and Enrique, 2005). Dengan mempertimbangkan mutu pelayanan kesehatan, maka akan muncul disparitas tenaga kesehatan dan topografi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang bervariasi. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian analisis Disparitas Kualitas Pelayanan Puskesmas Ditinjau Dari Kepuasan Pasien Di Kabupaten Kutai Kartanegara berdasarkan topografi wilayah penyebaran Puskesmas yaiyu Puskesmas daerah pesisir, daerah kota dan daerah pedalaman. Model analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat , dan multivariate dengan menggunakan uji ANOVA untuk melihat perbedaan kepuasan pasien.
ISI
Penelitian ini dilakukan pada 6 unit puskesmas di tiga wilayah berbeda yakni puskesmas rapak mahang dan loa ipuh di wilayah kota, puskesmas semboja dan muara jawa di daerah pesisir, serta puskesmas kahala dan kembang janggut di daerah pedalaman. Sampel yang digunakan untuk masing-masing puskesmas sebanyak 60 responden. Kepuasan pasien dapat diukur  melalui pendekatan lima dimensi mutu pelayanan yaitu Reliability (kehandalan), Assurance (jaminan), Tangible (Bukti fisik), Empathy (kemampupahaman), dan Responsiveness.
Untuk mengetahui perbedaan (disparitas) terhadap kepuasan pasien puskesmas pada daerah pedalaman, kota dan pesisir di Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga dilakukan uji annova.  Uji Annova umumnya digunakan untuk menguji rata-rata dua sampel atau lebih  secara signifikan atau tidak. Hasil analisis penilaian pasien terhadap pelayanan puskesmas (realibility, responsiviness, tangible, assurance, dan empathy) dari 6 Puskesmas yang mewakili 3 wilayah yaitu perkotaan, pesisir serta pedalaman adalah sebagai berikut.
Hasil Uji Annova Kepuasan Pasien Pada Puskesmas Kota, Pesisir dan Pedalaman Di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011
ANOVA

Sum Of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Realiability
Between Groups
20.800
2
10.400
7.033
.001

Within Groups
261.750
177
1.479



Total
282.550
179



Responsive ness
Between Groups
8.811
2
4.406
6.083
.003

Within Groups
128.183
177
.724



Total
136.994
179



Assurance
Between Groups
.711
2
.356
.673
.512

Within Groups
93.533
177
.528



Total
94.244
179



Emphaty
Between Groups
4.811
2
2.406
2.127
.122

Within Groups
200.978
177
1.131



Total
204.978
179



Tangible
Between Groups
14.744
2
7.372
3.294
.039

Within Groups
396.167
177
2.238



Total
410.911
179



Sumber: Data Primer
Dari hasil uji anova diperoleh bahwa yang memperlihatkan adanya perbedaan / disparitas adalah variabel reliability, responsiveness, dan tangible karena nilai p < 0.05 sedangkan untuk variabel assurance dan empathy dari hasil uji anova menunjukkan tidak adanya perbedaan karena nilai p > 0.05.
Dari variabel reliability, responsiveness, dan tangible karena antara wilayah yang satu dengan yang lainnya berbeda secara signifikan, maka untuk melihat mana yang berbeda dalam variabel tersebut maka digunakan uji LSD.

Hasil Uji LSD Pada Puskesmas Kota, Pesisir dan Pedalaman
di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011
Dependent Variable
(I) Jenis

(J) Jenis

Mean Difference (I-J)
Std. Error

Sig.

Reliability

1

2

-.200

.222

369



3

-.800

.222

.000


2


1
.200

.222
.369



3

-.600*

.222

.008


3
1
.800*

.222

.000


2

.600*

.222

.008

Responsiveness
1
2

.117

.155

.454



3
       -.400*
.155

.011


2
1
-.117
.155

.454



3
-.517*
.155

.001


3
1
.400*
.155

.011



2
.517*
.155

.001

Tangible
1
2
.383
.273

.162



3
-.317
.273

.248


2
1
-.383
.273

.162



3
-.700*
.273

.011


3
1
.317
.273

.248



2
.700*
.273

.011

Ket : 1 = daerah pesisir; 2 = daerah perkotaan; 3 = daerah pedalaman

Sumber : Data Primer

Dari hasil uji LSD diperoleh bahwa variabel reliability menunjukkan adanya disparitas tingkat kepuasan puskesmas menurut penilaian pasien adalah antara wilayah pedalaman dan pesisir, dimana hasil uji membuktikan angka signifikan p(0.000), < 0.05. serta wilayah kota dan pesisir dimana hasil uji membuktikan adanya angka signifikan 0.008 (<0.05). Sedangkan pada variabel responsiveness menunjukkan adanya disparitas tingkat kepuasan pasien puskesmas menurut penilaian pasien adalah antara wilayah pedalaman dengan pesisir, dimana hasil uji menunjukan angka signifikan yakni 0.01 (<0.05) serta kota dan pesisir yakni 0.01 (<0.05). Hasil uji juga memperlihatkan pada variabel tangible menunjukkan adanya disparitas kepuasan terhadap dimensi tangible menurut penilaian pasien adalah antara wilayah kota dengan wilayah pesisir, dengan angka signifikan 0.011 (<0.05).
PENUTUP
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat perbedaan kualitas pelayanan yang dilihat dari tingkat kepuasan antara wilayah berbeda khususnya dimensi reliability, responsiveness dan tangible. Berdasarkan hasil uji annova yang telah dilakukan, pada variabel kepuasan pasien terdapat perbedaan tingkat kepuasan responden pada tiga dimensi kepuasan yakni, reliability, responsiveness, dan tangible karena nilai p < 0.05 sedangkan untuk variabel assurance dan empathy dari hasil uji anova menunjukkan tidak adanya perbedaan karena nilai p > 0.05.
Dari hasil uji annova tersebut, maka pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara  memerlukan adanya distribusi frekwensi tenaga serta fasilitas kesehatan sesuai dengan standar kebutuhan masing-masing wilayah agar tidak terjadi perbedaan kualitas pelayanan kesehatan yang mencolok antar berbagai wilayah.























Jurnal 2 : “Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Menengah Atas “
Oleh : Wega Syamdermawan, Surjono, & Eddi Basuki Kurniawan

PENDAHULUAN
Kota Malang sedang berupaya menyeimbangkan pembangunan dengan memperhatikan luasan dan kualitas ruang terbuka hijau. Akan tetapi dari tahun ke tahun Kota Malang mengalami perubahan kawasan perkotaan yang sangat pesat sebagai akibat adanya perkembangan ekonomi dan letak yang cukup strategis, yang berimplikasi pada pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk Kota Malang, sehingga memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota terutama pada penataan ruang kawasan perkotaan yaitu ruang-ruang terbuka publik (open spaces). Hampir seluruh kawasan permukiman di Kota Malang telah berkembang menjadi permukiman penduduk yang relatif padat. Umumnya tingkat kepadatan yang tinggi terdapat di pusat kota, sehingga pembangunan di Kota Malang terasa telah melebihi kapasitas karena nyaris menutup seluruh ruang terbuka yang ada, sehingga mengakibatkan luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Malang semakin menyusut. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir hutan kota di Kota Malang sudah banyak yang beralih fungsi. Saat ini, RTH di Malang hanya tersisa 1,8% dari luas kota Malang 110,6 km. Idealnya, luas RTH setidaknya 30% dari total luas wilayah yang terdiri dari 20% ruang publik dan 10% ruang privat. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan pembangunan kota yang belum sepenuhnya memperhatikan keseimbangan lingkungan.
Kota Malang memiliki potensi pengembangan perumahan yang lebih berwawasan lingkungan, terutama pada perumahan mengengah ke atas dimana lebih mengutamakan ketersediaan fasilitas penunjang sebagai salah satu daya tarik perumahan itu sendiri. Keberadaan ruang terbuka hijau akan berpengaruh pada tingkat kebisingan perumahan, terutama pada kadar CO dan tingkat kebisingan. Kondisi tersebut melatarbelakangi penelitian ini guna mengidentifikasi pengaruh ruang terbuka hijau terhadap kualitas udara pada perumahan menengah atas di Kota Malang. Ruang terbuka hijau (RTH) perumahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah RTH yang berada pada kawasan perumahan, seperti taman, lapangan olah raga, jalur hijau (boulevard), dan sempadan sungai. Variabel pada penelitian ini adalah luasan ruang terbuka hijau, sebaran ruang terbuka hijau dan jenis vegetasi.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif, karena pembahasan dalam penelitian mengenai pengaruh ruang terbuka hijau terhadap kualitas udara pada kawasan perumahan menengah atas Kota Malang. Metode analisis yang digunakan berupa metode analisis korelasi, untuk mengetahui pengaruh ruang terbuka hijau terhadap kualitas udara, dan metode analisis regresi, untuk mengetahui hubungan ruang terbuka hijau terhadap kualitas udara.
Penentuan titik sampel tingkat kebisingan ditentukan berdasarkan kriteria daerah bising menurut Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 076/KPTS/ Db/1999. Pada masing-masing perumahan diambil sebanyak lima titik sampel kebisingan yang radiusnya diambil dari jalan utama perumahan, pengambilan dua titik sampel tambahan yang diambil berdasarkan karakteristik masing masing perumahan. Pengambilan titik sampel untuk karbon monoksida (CO) pada perumahan menengah atas akan diambil 5 titik sampel yang dipilih dengan cara non random sampling. Pengukuran kualitas udara akan dilakukan pada lokasi yang menjadi Ruang Terbuka Hijau pada perumahan tersebut seperti taman, boulevard, dan sepadan sungai.
ISI
1.        Hubungan RTH terhadap Kualitas Udara pada Kawasan Perumahan Menengah Atas Kota Malang Hubungan Luasan Ruang Terbuka Hijau dengan Tingkat Kebisingan
Pada hasil korelasi luasan ruang terbuka hijau dengan tingkat kebisingan diperoleh nilai sebesar -0,609, yang berarti korelasi keeratan kuat. Jadi tingkat kebisingan pada kawasan perumahan menengah atas kota malang dipengaruhi luasan RTH dengan nilai yang berkebalikan. Maksud dari nilai berkebalikan adalah apabila luasan RTH pada perumahan mengengah atas bertambah, maka tingkat kebisingan akan menurun.
2.        Hubungan Luasan Ruang Terbuka Hijau dengan Kadar CO
Hasil korelasi antara luasan ruang terbuka hijau dengan kadar CO memiliki nilai -0,530 yang berarti memiliki hubungan korelasi keeratan kuat antara kadar CO pada kawasan perumahan menengah atas Kota Malang dengan luasan menandakan bahwa hubungan korelasi antara luasan RTH dengan Kadar CO berkebalikan.
3.        Variabel Sebaran Ruang Terbuka Hijau dengan Tingkat Kebisingan
Korelasi antara sebaran ruang terbuka hijau dengan tingkat kebisingan pada kawasan perumahan menegah atas kota malang memiliki korelasi negatif, dengan nilai sebesar -0,740 yang berarti memiliki hubungan korelasi keeratan sangat kuat. Jadi pada variabel ini sebaran ruang terbuka hijau mempengaruhi tingkat kebisingan pada kawasan perumahan menegah atas kota malang dengan pengaruh yang berkebalikan.
4.        Variabel Sebaran Ruang Terbuka Hijau dengan Kadar CO
Hubungan antara sebaran RTH dengan kadar CO memiliki korelasi negatif dengan nilai -0,475 yang berarti hubungan keeratan kuat. Nilai negatif pada nilai korelasi menandakan adanya hubungan yang berkebalikan antara sebaran RTH dengan kadar CO dalam udara, sehingga setiap pertambahan luasan, maka akan mengurangi kadar CO.
5.        Variabel Vegetasi Ruang Terbuka Hijau dengan Tingkat Kebisingan
Korelasi antara vegetasi dengan tingkat kebisingan memiliki korelasi positif dengan nilai -0,693 yang berarti hubungan korelasi keeratan kuat antara jenis vegetasi dan tingkat kebisingan. Jadi tingkat kebisingan pada kawasan perumahan menengah atas kota malang dipengaruhi jenis vegetasi dengan nilai yang berkebalikan (negatif). Maksud dari nilai berkebalikan adalah apabila jenis vegetasi pada perumahan mengengah atas bertambah, maka tingkat kebisingan akan menurun.
6.        Variabel Vegetasi Ruang Terbuka Hijau dengan Kadar CO
Korelasi antara vegetasi RTH dengan kadar CO memiliki nilai korelasi negatif yaitu -0,614 yang berarti memiliki keeratan kuat antara jenis vegetasi dengan kadar CO. Nilai negatif pada nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa korelasi yang terbentuk adalah korelasi berkebalikan, dimana setiap peningkatan jenis vegetasi maka akan mengurangi kadar CO dalam udara.
7.        Pengaruh RTH terhadap Kualitas Udara pada Kawasan Perumahan Menengah Atas Kota Malang (Pengaruh Ruang Terbuka Hijau terhadap Tingkat Kebisingan)
Pada analisa regresi hasil yang diperoleh adalah tingkat kebisingan berkorelasi positif dengan luasan, sebaran dan jenis vegetasi pada ruang terbukahijau. Dengan hubungan sangat kuat untuk luasan, hubungan rendah untuk sebaran dan hubungan sangat lemah untuk jenis vegetasi.
Berdasarkan tabel analisa regresi tersebut dapat diketahui bahwa:
A.    Dari ketiga variabel ruang terbuka hijau yang digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini dapat digunakan semua untuk menjelaskan persamaan analisa regresi yang dilakukan. Tidak ada variabel bebas yang dikeluarkan dari proses analisa.
B.     Nilai Adjusted R Square sebesar 0,537 memiliki arti bahwa sebesar 53,7% variabel tingkat kebisingan pada perumahan menengah atas dipengaruhi oleh luasan, sebaran dan jenis vegetasi, dan sisanya sebesar 46,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.
C.     Tingkat signifikan dalam persamaan ini adalah 0,001 (lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05), maka persamaan yang terbentuk dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebisingan.
D.    Persamaan regresi yang terbentuk adalah : Y1 dB= 55,361 + 0,007 m2 X1 - 37,816 m2 X2 -1,731 X3. Persamaan regresi tersebut berarti bahwa jika tidak ada perubahan pada nilai luasan (X1), sebaran (X2) dan vegetasi (X3), maka nilai tingkat kebisingan adalah 55,361 dB. Apabila luasan RTH bertambah maka akan berbanding lurus dengan tingkat kebisingan (Y1), sedangkan untuk luasan dan vegetasi RTH memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan tingkat kebisingan. Koefisien luasan RTH 0,007 m2 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan luasan akan berbanding lurus dengan kenaikan tingkat kebisingan sebesar 0,007 dB. Koefisien sebaran -7,816 m2 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan sebaran RTH akan mengurangi tingkat kebisingan sebesar 37,816 dB. Koefisien vegetasi RTH -1,731 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan vegetasi RTH akan mengurangi tingkat kebisingan sebesar 1,731 dB.
8.        Pengaruh Ruang Terbuka Hijau terhadap Nilai CO
Tingkat kadar CO memiliki nilai korelasi negatif atau berkebalikan dengan luasan, sebaran dan jenis vegetasi pada ruang terbuka hijau. Dengan tingkat keeratan kuat untuk luasan dan keeratan kuat untuk sebaran RTH dan keeratan sangat lemah untuk jenis vegetasi.
Berdasarkan tabel analisa regresi tersebut dapat diketahui bahwa:
A.    Dari ketiga variabel ruang terbuka hijau yang digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini dapat digunakan semua untuk menjelaskan persamaan analisa regresi yang dilakukan. Tidak ada variabel bebas yang dikeluarkan dari proses analisa.
B.     Nilai Adjusted R Square sebesar 0,293 memiliki arti bahwa sebesar 29,3% variabel kadar CO pada perumahan menengah atas dipengaruhi oleh luasan, sebaran dan jenis vegetasi, dan sisanya sebesar 70,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.
C.     Tingkat signifikan dalam persamaan ini adalah 0,036 (lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05), maka persamaan yang terbentuk dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebisingan.
D.    Persamaan regresi yang terbentuk adalah: Y3 ppm = 5,687 + 0,003 m2 X1 -0,361 m2 X2 - 0,635 X3. Konstanta regresi sebesar 5,687 berarti bahwa apabila tidak terjadi perubahan pada luasan (X1), sebaran (X2) dan vegetasi (X3), maka nilai CO2 (Y3) adalah sebesar 5,687 ppm. Koefisien luasan RTH 0,003 m2 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan luasan RTH berbanding lurus dengan CO sebesar 0,003 ppm. Koefisien sebaran RTH -0,361 m2 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan sebaran RTH akan mengurangi kadar CO sebesar 0,361 ppm. Koefisien vegetasi RTH -0,635 menyatan bahwa setiap penambahan satu satuan vegetasi RTH akan mengurangi CO sebesar 0,635 ppm.
Hubungan yang paling besar antara ruang terbuka hijau terhadap kualitas udara pada perumahan menengah atas Kota Malang adalah luasan ruang terbuka hijau. Hal ini berarti semakin besar luasan ruang terbuka hijau maka akan dapat meredam tingkat kebisingan dan dapat mengurangi kadar CO pada perumahan mengah atas Kota Malang. Sedangkan variabel ruang terbuka hijau yang berpengaruh terhadap kualitas udara adalah sebaran ruang terbuka hijau dan jenis vegetasi. Semakin banyak sebaran ruang terbuka hijau pada perumahan semakin bisa meredam tingkat kebisingan dan mengurangi kadar CO di udara. Apabila tingkat kebisingan pada perumahan melebihi ambang batas pada standar yang telah ditentukan yaitu 55 dB maka memiliki efek terhadap kesehatan. Karena kebisingan merupakan suatu masalah kesehatan lingkungan,. Hubungan ruang terbuka hijau dengan kadar CO pada perumahan menegah atas Kota Malang memiliki hubungan kuat, jenis vegetasi memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk mengurangi kadar CO pada udara, setiap penambahan jenis vegetasi akan mengurangi kadar CO pada udara karena peningkatan kadar CO di udara bisa membahayakan bagi kesehatan.
PENUTUP
Hubungan luasan, sebaran ruang terbuka hijau dan jenis vegetasi dengan kualitas udara memiliki hubungan yang berkebalikan (-), yang artinya setiap penambahan luasan sebaran dan jenis vegetasi mengurangi tingkat kebisingan dan kadar CO. Dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka hijau memiliki hubungan negatif dengan kualitas udara pada perumahan menengah atas Kota Malang.
Pengaruh ruang terbuka hijau terhadap kualitas udara menunjukkan bahwa variabel sebaran dan jenis vegetasi memiliki pengaruh yang berkebalikan, sedangkan untuk variabel luasan ruang terbuka hijau memiliki pengaruh yang searah.












Jurnal 3 : “Pekerja Sektor Informal Dan Pengembangan Wilayah Di Kota Binjai
Oleh : Tuti Hidayati

PENDAHULUAN
Pertambahan penduduk yang tinggi di wilayah perkotaan telah memberikan dampak terhadap jumlah penawaran tenaga kerja. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut jika tidak diimbangi dengan permintaan tenaga kerja maka akan menambah jumlah pengangguran. Untuk mempertahankan hidup, para pengangguran akhirnya bekerja di sektor informal. Sektor informal di Sumatera Utara pada khususnya maupun di Indonesia pada umumnya masih mendominasi jumlah tenaga kerja.
Meningkatnya populasi secara signifikan mempengaruhi persediaan tenaga kerja, sebagaimana permintaan tenaga kerja. kelebihan suplai tenaga kerja akan mempengaruhi sektor informal. untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja dalam sektor informal seperti jam kerja harian, modal kerja, pengalaman kerja, level pendidikan dan tipe bisnis pada pendapatan tenaga kerja dan dampak sektor informal pada pembangunan regional di kota binjai. metode deskriptif dan regresi multiple akan digunakan untuk menganalisis data. lulusan sma dengan jarak umur tenaga kerja antara 31 hingga 50 tahun mendominasi level pendidikan. modal kerja, level pendidikan, rata-rata jam kerja, pengalaman kerja dan tipe bisnis berdampak positif dalam pendapatan. ini juga membuktikan bahwa sektor informal memiliki dampak positif pada proses pembangunan regional di kota binjai.
Jumlah pekerja informal meningkat dari waktu ke waktu karena penyerapan tenaga kerja di sektor formal tidak signifikan. sebagian dari yang bekerja dari tambahan pekerja baru diserap oleh sektor informal yang berperan sebagai penyangga baik pada masa normal maupun krisis. ciri-ciri sektor informal berupa upah atau gaji yang tidak tetap, rendah, serta tidak cukup memadai; produktivitas tidak maksimal karena tidak menggunakan teknologi modern;  usaha dikelola sendiri secara mandiri tanpa bantuan pihak lain; tidak membutuhkan modal yang relatif besar; keterampilan tenaga kerja kurang berkualitas relatif dibanding dengan tenaga kerja di sektor formal.
Menurut Hart perbedaan kesempatan memperoleh penghasilan antara sektor formal dan informal didasarkan atas perbedaan pendapatan dari gaji dan pendapatan dari usaha sendiri.
Menurut Charles pendapatan beberapa pedagang sektor informal lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja yang tidak terampil dan oleh karena itu pedagang sektor informal lebih suka bertahan di sektor informal sebagai pedagang dari pada menjadi pekerja yang tidak terampil.
Pengembangan wilayah adalah suatu tindakan untuk memajukan, memperbaiki, mengembangkan, membangun dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yang sudah ada.
Program pembangunan oleh pemerintah bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. sedangkan, sasaran pengembangan wilayah yaitu mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang cepat, menyediakan kesempatan kerja yang cukup, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antardaerah, membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah (Hadjisaroso, 1994).
Menurut Idris, 2003 secara umum jumlah jam kerja rata-rata per hari dan status pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil pekerja sektor informal; menganalisis faktor-faktor jam kerja rata-rata per hari, modal kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan, dan jenis usaha yang mempengaruhi pendapatan pekerja sektor informal; dan menguraikan kaitan sektor informal terhadap pengembangan wilayah yang ada di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Binjai Kota dan Binjai Utara, dengan menggunakan sumber data primer dari pedagang makanan dan minuman pada malam hari yang berada di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Sutomo Binjai yang berperan sebagai responden dan data sekunder dari instansi terkait. Jumlah sampel 40% dari populasi yaitu sebanyak 44 responden yang dipilih secara sistematik.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode analisis diskriptif yang digunakan untuk melihat profil pekerja sektor informal serta melihat kaitan pekerja sektor informal terhadap pengembangan wilayah, dan metode analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh rata-rata jam kerja per hari, modal kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan responden dan jenis usaha terhadap pendapatan.
ISI
1.                  Gambaran Umum Kota Binjai
Penduduk merupakan indikator dalam pembangunan karena penduduk dapat menjadi modal pembangunan jika kualitasnya baik, tetapi juga dapat menjadi beban pembangunan jika kualitasnya buruk. Penduduk Kota Binjai pada tahun 2005 mempunyai dominasi penduduk usia produktif yang bisa dijadikan modal pembangunan. yaitu mencapai 65,41 % dari 237.904 jiwa penduduk.
Tingkat pendidikan yang rendah dapat menjadi penghambat dalam pembangunan karena pendidikan akan menghasilkan manusia yang berkualitas dan mandiri yang akan mengisi peluang-peluang pembangunan. Tingkat pendidikan penduduk Kota Binjai didominasi oleh tamat SLTA (32,88%), lalu tamat SLTP(23,03%), lalu tamat SD (21,83%), lalu tidak tamat SD / tidak bersekolah (16,83%) dan yang terakhir yaitu tamat D1-S1 (5,44%).
Angkatan kerja (usia 15 tahun ke atas) di Kota Binjai  yang bekerja didominasi tamat SLTA (43,55%), tamat SLTP (21,27%), tamat SD (18,55%).
Angkatan kerja di Kota Binjai untuk penduduk yang berumur 15 tahun ke atas mencapai 88.271 jiwa dengan penduduk yang bekerja sebanyak 65.577 jiwa dan mencari kerja 22.694 jiwa.
Lapangan usaha yang dominan di Kota Binjai dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan jasa. Perkembangan pembangunan yang terjadi di Kota Binjai terlihat dari peningkatan nilai PDRB Kota Binjai dari tahun 2000 hingga tahun 2005.
2.                  Profil Pekerja Sektor Informal di Kota Binjai
Profil responden (pekerja sektor informal Kota Binjai). Menurut jenis kelamin didapatkan 75% laki-laki dan 25% perempuan. Menurut umur didapatkan umur terendah 21 tahun dan tertinggi 65 tahun dengan rata-rata umur 39 tahun, sedangkan berdasarkan kelompok umur didominasi kelompok umur 31-40 tahun (45,45%), kelompok umur 41-50 tahun (22,73%), kelompok umur 21-30 tahun (15,91%, dan kelompok umur 50 tahun keatas (15,91%). Menurut status perkawinan didapatkan 79,55% berstatus kawin, 18,185 berstatus belum kawin dan 2,27% berstatus cerai. Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan 45,45% tamat SLTA, 34,09 tamat SLTP, 13,64% tamat SD, 6,82%. Berdasarkan etnis/suku didapatkan 45,46% suku padang, 18,18% suku jawa, 11,36% suku melayu, 6,82% suku batak, suku karo 5%, mandailing 5%, dan suku china 5%. Berdasarkan jumlah tanggungan didapatkan tanggungan 3-4 orang (45,45%), tanggungan 5-6 orang (18,18%), tidak memiliki tanggungan (15,91%), tanggungan 1-2 orang (13,64%), tanggungan 7-8 orang (6,82%). Berdasarkan asal penduduk didapatkan penduduk asli Kota Binjai (86,36%) dan penduduk pendatang yag berasal dari Sumatera Barat (13,64%). Berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua didapatkan bapak tamat SD (47,73%) dan ibu tamat SD (68,18%). Berdasarkan pekerjaan bapak didominasi bekerja pada sektor perdagangan (52,27%), pertanian (25%), jasa (11,36%), angkutan (6,82%) dan konstruksi (4,55%).
Secara uji korelasi Pearson menggunakan SPSS versi 15, juga terlihat adanya korelasi yang positif dan siginifikan antara tingkat pendidikan anak dengan pendidikan bapak pada derajat kepercayaan 1 persen. Sedangkan antara tingkat pendidikan anak dan pendidikan ibu menunjukkan korelasi yang signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen.


3.                  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan diantaranya adalah rata-rata jam kerja per hari, modal usaha, dan jenis usaha. Jumlah jam kerja tergantung dari jumlah/jenis dagangan ataupun modal usaha. Rata-rata jumlah jam kerja didominasi 5-10jam (75%) dan 15-25jam (25%). Modal usaha didominasi 1-5juta perbulan (56,82%), 6-10juta (18,18%), 11-20juta (18,18%), dan modal 21-30juta (6,82%). Sektor informal ini memiliki jenis usaha yang berbeda-beda, ada yang hanya menjual makanan saja, ada yang menjual khusus minuman, namun ada juga yang menjual makanan dan minuman.
Dalam lima tahun terakhir perkembangan sektor informal di Kota Binjai banyak bermunculan. Hal ini menunjukkan semakin sulitnya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan. Bagi yang tidak mendapatkan lapangan pekerjaan harus mampu bertahan hidup dengan lari ke sektor informal. Lamanya responden menekuni usaha didominasi oleh responden yang berusaha selama 1 sampai 4 tahun (54,54%), yang berusaha selama 21 sampai 25 tahun (15,91) dan yang berusaha 5 sampai 10 tahun (13,64%). Rata-rata omset dari sektor informal didominasi oleh 1-5juta (38,64%), 6-10 (38,64%), 11-20juta (18,18%), 21juta keatas (9,09%). Persentase pembeli perhari didominasi oleh 21-30 orang (34,09%), 31-40 orang (22,73%), 1-10 orang (2,27%).
4.                  Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil komputasi diperoleh R Square sebesar 0,983 berarti terdapat 98,3 persen faktor pendapatan responden mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel independen (yaitu: rata-rata jam kerja per hari, modal, pengalaman usaha, tingkat pendidikan dan jenis usaha). Selebihnya 1,7 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak terangkum dalam model regresi. Hasil perhitungan tabel anova diperoleh F hitung sebesar 449,222 yang signifikan pada derajat kepercayaan 1%. Karena F hitung lebih tinggi dari pada nilai F tabel, maka Ho yang menyatakan bahwa semua variabel independen yang dimasukkan dalam model tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen dapat ditolak. Artinya terbukti bahwa memang semua variabel independen secara simultan mampu menjelaskan variabel dependen. Modal berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan. Semakin besar modal kerja yang digunakan maka akan dapat meningkatkan pendapatan responden.Sedangkan jam kerja rata-rata per hari, pengalaman usaha, tingkat pendidikan dan jenis usaha berpengaruh tidak signifikan.
Korelasi pearson menunjukkan secara parsial jenis usaha berkorelasi secara signifikan terhadap pendapatan pada derajat kepercayaan 5% dan modal pada derajat kepercayaan 1%. Sedangkan, pengalaman usaha, pendidikan dan rata-rata jam kerja perhari tidak berkorelasi secara signifikan.
Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Linear Berganda antara Pendapatan, dengan Modal Kerja, Rata-rata Jam Kerja per Hari, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Usaha, dan Jenis Usaha
Variabel
Koefisien Regresi
t hitung
Signifikansi
(1)
(2)
(3)
(4)
Konstanta
678.666,47
0,875
0,387
Rata-rata jam kerja per hari
19.264,159
0,272
0,787
Modal
1,053
41,880
0,000
Pengalaman USAHA
697,021
0,036
0,972
Tingkat pendidikan
Variabel Dummy : lulus SLTA
234.319,15
0,741
0,463
Jenis usaha
Variabel Dummy : substitusi nasi (makanan berat)
219.349,17
0,647
0,521
Y              : 678.666,47 + 19.624,159 X1 + 1,053 X2 + 697,021 X3 + 234.319,15 X4 + 219.349,17 X5
R2                   :0,983
Adjusted R2    : 0,981
F hitung          : 449,222
Sumber : Hasil Pengolahan
5.                  Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah didasarkan pada penyerapan tenaga kerja, tingkat pendapatan, daya beli masyarakat, dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang berpengaruh terhadap pengembangan wilayah.
Penyerapan tenaga kerja yang berasal dari sektor informal telah berperan dalam pengembangan wilayah di Kota Binjai dengan penciptaan tenaga kerja. Akan tetapi sifat dari penyerapan tenaga kerja sektor informal ini hanya jangka pendek untuk mengatasi pengangguran. Di samping itu sektor informal ini juga mempunyai efek multiplier di mana bahan baku dan penolong berasal dari Kota Binjai sendiri sehingga akan memberikan dampak positif juga terhadap pedagang bahan baku dan penolong tersebut. Tetapi sektor informal juga memunculkan, tempat usaha yang berada di tepi jalan telah menimbulkan permasalahan kemacetan lalu lintas, kesemrawutan, kenyamanan, kebersihan, dan kesehatan lingkungan sehingga mengurangi keindahan kota dan mengganggu masyarakat sekitar lokasi. Tingkat kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat dari membaiknya kondisi ekonomi, meningkatnya pendapatan serta terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga dengan tetap memperhatikan faktor kenyamanan, keamanan, dan keharmonisan hidup terhadap lingkungan.
Peran sektor informal perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Daerah dengan pemberdayaan pekerja sektor informal, pembinaan pekerja sektor informal, pembentukan paguyuban usaha untuk memperkuat usaha dan rencana alokasi pekerja sektor informal.
Menurut persepsi responden pendapatan dan kesejahteraan responden dibandingkan usaha sebelumnya didominasi tetap (65,91%), meningkat ( 34,09%), dan menurun (0%). Pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kebutuhan hidup, harga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan dan sebagainya. Menurut persepsi responden tingkat pengeluaran konsumsi didominasi meningkat (56,82%), tetap (43,18%) dan menurun (0%).
Menurut persepsi responden, 100% responden mengatakan pembangunan di Kota Binjai meningkat yang ditunjukkan dengan peningkatan PDRB, pendapatan perkapita dan realita yang ada. Menurut persepsi responden daya beli masyarakat Kota Binjai didominasi tetap (54,55%), meningkat (45,45%) dan menurun (0%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya beli meningkat menunjukkan pengembangan wilayah di Kota Binjai cukup baik karena semakin tingginya daya beli masyarakat tentunya berkaitan erat dengan kondisi perekonomian yang baik dan semakin bertambahnya pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat yang membaik akan mendorong terciptanya daya beli sehingga perekonomian akan semakin berkembang dengan baik.
PENUTUP
Profil pekerja sektor informal di Kota Binjai didominasi oleh laki-laki, berumur 31 sampai 50 tahun, tingkat pendidikan SLTA, Suku Padang, memiliki jumlah tanggungan 3 sampai 4, pendidikan orang tua tamat SD dan bekerja di sektor perdagangan.
Seluruh variabel bebas (rata-rata jam kerja per hari, modal, pengalaman usaha, tingkat pendidikan dan jenis usaha) secara simultan siginifikan mempengaruhi variabel terikat (pendapatan). Namun secara parsial hanya modal yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Modal usaha pekerja sektor informal yang kurang sehingga diharapkan adanya kerjasama pemerintah dan lembaga swasta perbankan untuk mengembangkan usahanya.
Pekerja sektor informal di Kota Binjai telah mempunyai peran positif maupun negatif dalam pengembangan wilayah.













DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Tuti. 2007. Pekerja Sektor Informal Dan Pengembangan Wilayah Di Kota Binjai. Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah. III (1): 18-28 (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17937/1/wah-agu2007-3%20(3).pdf diakses pada tanggal 20 April 2014)
Irwandy et al. 2013. Analisis Disparitas Kualitas Pelayanan Puskesmas Di Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal AKK.  II (1): 42-50 (http://journal.unhas.ac.id/index.php/jadkkm/article/download/539/452 diakses pada tanggal 20 April 2014)

Syamdermawan ET AL. 2012. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Kualitas Lingkungan Pada Perumahan Menengah Atas. Jurnal Teknologi Dan Kejuruan. XXXV (1):81-92 (http://journal.um.ac.id/index.php/teknologi-kejuruan/article/download/3709/642 diakses pada tanggal 20 April 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar